Panji
Sayangku, sungguh, kegelisahanmu pagi ini menular padaku. Aku ikut gelisah melihatmu tidak tenang dalam mobil sewaan yang dikendarai George. Padahal aku ada disampingmu, Sayang. Semalam, kamu menerima sebuah telepon, sepertinya dari seorang perempuan. Setelahnya, kamu menangis sesenggukan didadaku sambil menyebut satu nama. Satria. Dan keputusan untuk mengambil penerbangan terpagi dari Bali ke Jakarta, kamu buat mendadak. Hanya untuk menemui Satria.
Alunan lagu One Step At A Time miliki Jordin Sparks yang bernada rancak, ternyata tidak sanggup mengalihkan kegelisahanmu, Sayang. Kamu ambil headset dari dalam tas dan memasangnya di kedua telingamu lalu memilih lagu dan merebahkan kepalamu dengan mata tertutup di jok mobil. Entah apa yang ada dalam pikiranmu sekarang, aku tidak berani bertanya padamu Sayang. Kusentuh lembut ujung jemarimu, memberi sedikit ketenangan. Kamu membuka matamu yang lebam karena menangis semalaman dan tersenyum. Tapi aku lega Sayang, melihat senyummu meskipun terlukis dengan terpaksa.
Rindu
Satria, apakah karena penyakit sialan itu kamu membatalkan semua rencana masa depan kita? Kuhembuskan nafas berat, mengingat kabar yang aku terima semalam dari ibumu. Rasanya seperti tersengat listrik tegangan tinggi mengetahui kamu mengidap kanker paru-paru stadium akhir. Aku ingin melihatmu, Satria. Mengetahui bagaimana keadaanmu. Karenanya, aku memutuskan secara sepihak untuk kembali ke Jakarta dengan penerbangan terpagi hari ini.
Ah, aku tidak sanggup menutup lebam dimataku meskipun dengan make up setebal apapun karena menangis yang tiada henti semalam. George sialan!!! Lama sekali menyetir mobil ini. Aku ingin cepat menemuimu, Satria. Oh iya, mungkin dengan lagu itu, hatiku bisa lebih tenang. Cepat-cepat aku ambil headset dari dalam tas dan memasangnya di telingaku. Mencari lagu Fixing a Broken Heart milik Indecent Obsession dan Mari Hamada. Nyesss, lagu yang rencananya akan ditampilkan dalam pernikahan kita nanti membuatku sedikit tenang, Satria. Tanpa sadar aku merebahkan kepalaku di jok mobil. Dan beberapa menit kemudian, sebuah tangan menyentuh ujung jemariku. Panji. Kubuka mataku dan tersenyum. Meskipun aku tahu, senyumku tak seindah hari-hari kemarin ketika menyadari Panji masih mencintaiku.
Kulanjutkan mendengarkan lagu pernikahanku, dengan tangan Panji masih meremas pelan ujung jemariku.
#####
Satria
Sungguh aku kaget melihatmu pagi ini bersama dengan rombonganmu ketika kubuka pintu rumah setelah mendengar ketukan bertubi-tubi. Aku rindu padamu, Rindu. Ingin aku memelukmu langsung, mencium bibir tipismu yang kamu oles dengan lipstik baby pink kesukaanmu. Tapi itu sudah tidak mungkin lagi, my Princess. Apalagi sekarang ada Panji disampingmu, orang yang sudah aku percaya sepenuhnya mampu menjagamu dan mendukungmu mewujudkan semua mimpi-mimpi yang pernah kamu ceritakan padaku dulu.