Mohon tunggu...
Misran Lubis
Misran Lubis Mohon Tunggu... Relawan - Penggiat Sosial dan Kemanusiaan

Aktivis Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) sejak tahun 1998, dimulai dengan pendamping masyarakat bersama Bitra Indonesia, kemudian tahun 2000 bergabung dengan lebaga PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak), sampai sekarang, dan saat ini sebagai Direktur Eksekutif Nasional Konsil LSM Indonesia, Ketua FK PUSPA Sumatera Utara, dan Dewan Daerah WALHI Sumuatera Utara. Keahlian: Penelitian, konsultan dan fasilitator pelatihan hakanak, peningakatan kapasitas OMS, dan Fasilitator Bisnis dan HAM/Hak Anak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Anak Nasional 2020

23 Juli 2020   02:14 Diperbarui: 23 Juli 2020   02:17 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dampak Pandemi Covid-19: 11 juta anak Indonesia rentan menjadi Pekerja Anak 

Sejak 36 tahun lalu setiap tanggal 23 Juli, anak-anak Indonesia mendapatkan panggung kehormatan, baik yang berada di perkotaan maupun di desa-desa.

Beragam acara baik sebelum hari puncak maupun sesudah hari puncak digelar untuk merayakan hari istimewa bagi anak-anak Indonesia, Hari Anak Nasional.

Terlebih sejak tahun 2011 dimana partisipasi anak melalui Forum Anak Nasional semakin menguat, Pemerintah melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) menyelenggarakan temu anak nasional semakin menambah kemeriahan dan gembiranya anak-anak Indonesia.

Namun tahun 2020 ini suasana terasa sangat berbeda, kegebiraan dan keceriaan anak-anak dari berbagai suku dan daerah tidak dapat di lakukan seperti tahun-tahun sebelumnya.

Tahun ini susana hari anak sangat berbeda, perayaan dilakukan secara daring, anak-anak menyampaikan pandangannya, menyapa teman-teman se-tanah air melalui layar handphone atau laptop.

Bagi anak-anak tentu ini pengalaman baru, namun ada perasaan berbeda tentu seperti yang dikatakan salah seorang pengurus Forum Anak Nasional dari Sumatera Utara, "saya merasa senang masih bisa menyapa teman-teman forum anak dari seluruh Indonesia yang difasilitasi oleh KPPPA, kami masih bisa menyampaikan suara kami dari forum anak tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi dan nasional, tetapi saya sendiri juga merasa sedih karena tidak bisa bertemu langsung seperti tahun-tahun sebelumnya, kurang terasa kebersamaanya. Meskipun begitu saya mengharapkan teman-teman tetap semangat belajar walau tugas sekolah melimpah dirumah, tetap enjoy saja dan jalani, kita berdoa semoga corona segera berakhir" (Muhammad Fikri, 17 tahun/Pengurus Bidang Humas FAN).

Hal yang senada juga disampaikan anak-anak dari Jawa Timur "Pandemi ini membuat kami tidak bisa bertemu, yang biasanya rutin 2/3 kali dalam sebulan, kini sama sekali tidak bisa bertatap muka, semua menggunakan sistem daring.

Hal ini membuat kami tidak terlalu bersemangat, kami tidak bisa berekspresi, tidak leluasa berdiskusi karena ada tantangan kuota dan sinyal yang buruk di beberapa wilayah.

Harapan terbesar kami adalah, Cepat bersekolah lagi, kami rindu beremu teman-teman, bercanda dan melakukan kegiatan bersama". (Sesaria Perdana Aisyah, 16 tahu, Ketua Forum Anak Kabupaten Probolinggo, Jatim).  

Banyak hal positif yang bisaa anak-anak dapat dirumah terutamanya sehat terhindar dari penyakit, bisa membantu orang tua , semakin dekat dengan orang tua, belajar untuk mengetahui teknologi informasi yang digunakan untuk belajar, bermain permainan tradisional bersama orang tua dan masih banyak lagi. (Talia Yeska Penina Kristiana Putri, 17 Tahun).

Apa yang dirasakan oleh Fikri, Sesaria  dan Talia hanyalah bagian kecil dari apa yang dirasakan anak-anak diseluruh dunia, keinginan berkumpul dengan teman-teman sekolah dan juga teman-teman bermain.

Namun dampak pandemic pada anak-anak tidak hanya sebatas soal tidak bisa datang ke sekolah dan merayakan hari anak secara langsung.

Karena covid-19 Covid-19 menginfeksi 7,5 juta orang secara global dan bertransformasi dampaknya kepada pasar kerja, distraksi/gangguan produksi dan prospek ekonomi, sehingga tenaga kerja menurun tajam secara kuantitas maupun kualitas.

Semkain banyak tenaga kerja dan keluarga yang terdampak pandemi COVID-19 dan menurunya pendapatan, Belajar dari krisis-krisis sebelumnya, biasanya banyak anak yang dipekerjakan pada pekerjaan yang eksploitatif dan berbahaya.

Kemiskinan memaksa keluarga menggunakan pekerja anak untuk tetap bisa survive sehingga dampaknya mungkin berbeda dari satu negara dengan negara lainnya.

Dampak COVID-19 diperkirakan terjadi kenaikan kemiskian, ini berarti bahwa Kontraksi ekonomi membuat peluang kerja terbatas, sehingga dapat mendorong terjadinya pekerja anak. Hal ini disampaikan Michiko Miyamoto (Direktur ILO Indonesia-Timur Leste) pada Event Webinar Nasional PAACLA Indonesia dalam peringatan Hari Dunia Menentang Pekerja Anak, 12 Juni 2020. 

Potensi meningkatkan Pekerja Anak

Pandemi COVID-19 selain isu kesehatan juga bedampak luas dan potensi berjangka panjang terhadap ekonomi dan berpotensi meningkatnya secara drastis angka kemiskinan baru. Hal ini terjadi akibat dari pemutusan hubungan kerja (PHK), menurunya pendapatan kelompok usaha mikro, dan terhambatnya pemasaran produk-produk pertanian rakyat. Menurut proyeksi SMERU Research Institute, tingkat kemiskinan pada tahun 2020 ini akan meningkat menjadi 12,4% dari 9,7% (24,97 juta) pada tahun 2019, data ini menyiratkan terjadi peningkatan 8,5 juta orang akan menjadi miskin baru,  maka jumlah masyarakat miskin pada akhir 2020 diproyeksikan mencapai 33,4 juta orang.

Walaupun belum ada data statistik tentang pertambahan jumlah pekerja anak dari dampak pandemi covid-19, namun menurut JARAK (Jaringan LSM untuk Penanggulangan Pekerja Anak) peningkatan jumlah pekerja anak tidak dapat dipungkiri. Jika merujuk pada angka proyeksi tersebut kemiskinan ditahun 2020 sekitar 33,4 juta orang,  sekitar 1/3 nya adalah usia anak-anak, maka ada sekitar 11,1 juta anak miskin dan potensi menjadi pekerja anak. Potensi peningkatan pekerja anak tentu tidak hanya di picu oleh satu faktor kemiskinan semata, namun kegagalan dalam beradaptasi dengan sistem pembelajaran baru dimasa pandemic dapat menambah potensi kerentanan anak putus sekolah. Misalnya saja dari hasil riset online yang dilakukan PKPA bekerjasama dengan Oxfam dan Kementerian Sosial, tentang kondisi anak dimasa pandemic covid-19, dari aspek pendidikan, dari 427 responden anak sebanyak 76% masih aktif mengikuti pembelajaran secara online, namun ada 24% yang terganggu pembelejarannya dan bahkan ada 11% yang tidak lagi mengikuti pembelajaran. Mereka yang tidak lagi mengikuti pembelajaran tentu sangat rentan masuk dalam situasi berbahaya salah satunya pekerja anak, (PKPA, Oxfam,Kemensos, 2020).

Angka-angka tersebut tentunya masih prediksi awal karena pandemic covid-19 masih berlangsung dan kasusnya masih terus meningkat. Kasus covid-19 di Indonesia dalam 2 bulan terakhir mengalami peningkatan yang sangat dratis, dan Indonesia saat ini berada di 5 (lima) besar jumlah kasus positif di dunia dengan angka lebih dari 83 ribu orang, termasuk anak-anak. Bahkan kasus covid-19 terhadap anak-anak di Indonesia yang tertinggi dibandingkan dengan Negara-negara lain di ASEAN.

Momentum Hari Anak Nasional 2020

Dengan tema "Anak Terlindungi-Indonesia Maju" memberikan pesan kuat pada kita semua untuk melakukan hal yang lebih dari biasanya, memberikan perhatian yang lebih dari biasanya, dan bekerja lebih keras lagi, karena resiko pandemic terhadap anak sangat besar. Kita juga patut memberikan ruang untuk mendengarkan pandangan anak yang disampaikan melalui berbagai media menjelang hari anak nasional ini. Seperti hasil Rembuk Anak Desa di Kabupaten Lumajang, melahirkan 5 rekomendasi suara anak yaitu:

Kebutuhan untuk sinau atau belajar dengan cara tatap muka karena sinau daring selama masa pandemi dirasa tidak efektif karena berbagai sebab (susah sinyal, minimnya alat komunikasi, keterbatasan kuota, tidak terbiasa, dll)

Kebutuhan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang anak dan hak anak. Sebagian masyarakat belum mengetahui dan memahami bahwa anak menurut UU adalah sampai usia 18 tahun.

Komitmen FAD untuk aktif menanggulangi dan mencegah segala bentuk kekerasan pada anak (stop bullying).

Komitmen FAD untuk aktif dalam upaya stop pernikahan anak

Komitmen FAD untuk aktif dalam upaya penanggulangan dan pencegahan pekerja anak.

(Forum Anak Desa Gesang Gemilang dan Forum Anak Desa Jokarto, Kab.Lumajang, Jawa Timur, minggu, 21 Juni 2020)

 

JARAK dan PAACLA Indonesia pada moment HAN 2020 ini juga menyerukan kepada seluruh anggota, pemerintah, sahabat-sahabat PAACLA Indonesia, sektor bisnis, media dan pengiat perlindungan anak untuk mengambil bagian dalam memastikan terlindunginya anak-anak. Secara khusus mereka harus tercegah dari potensi pekerja anak.

 "SELAMAT HARI ANAK NASIONAL-DIRGAHAYU ANAK INDONESIA"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun