Mohon tunggu...
Misna zain
Misna zain Mohon Tunggu... Ilmuwan - Misna zain

Semangat pantang menyerah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Memory Gelap"

16 Februari 2021   13:21 Diperbarui: 16 Februari 2021   13:35 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam hari itu Delia baru pulang dari perpustakaan umum yang tak jauh dari kediamannya, menyusuri jalan seorang diri tanpa rasa takut sedikitpun, hal itu sudah menjadi hal yang lumrah bagi Olivia. Sejak kematian ayahnya yang bernama bapak Sudarsono seorang pebisnis properti yang sukses di kota Jakarta.

       Kematian ayahnya membuatnya merasa sangat terpukul, hingga menyebabkan dirinya kehilangan semangatnya yang menggebu-gebu dalam belajar, yang membuat ia tak rela kehilangan ayahnya ialah baginya ayah sosok yang selalu ada untuknya seperti membelikannya mainan, buku dan ada setiap ia membutuhkannya seperti mengerjakan tugas sekolah, saat sedih, berbagi cerita dan terakhir membelikan barang-barang yang indah walau ia tidak minta. Kenangan itulah yang membuatnya tidak bisa melupakan mendiang ayahnya yang telah meninggal tiga tahun yang lalu akibat penyakit jantung yang dideritanya.

Ibunya adalah sosok pekerja keras dalam dunia bisnis fashion, tapi sayang, kasih sayang untuk anaknya sangatlah minim, ia bernama ibu Lidia Permatasari pebisnis nomor satu di Jakarta, ia dan anaknya mempunyai relasi yang buruk. Olivia terkadang meminta ibunya untuk menemaninya belajar atau tidur tapi ibunya menolak dengan alasan lagi ada urusan bisnis penting.

          Yang lebih membuat hati Olivia sedih saat ia mendapatkan nilai matematika terbaik di sekolahnya, hal ini membuat Olivia merasa sangat senang, kemudian ia memberitahu ibunya untuk melihat lembaran ujiannya dan menandatanganinya tapi hal itu pun tidak digubris oleh ibunya yang lagi asyik mengobrol dengan rekan kerjanya di ponsel.

       Walau Olivia berasal dari keluarga konglomerat, tapi hatinya selalu hampa lantaran ibunya lebih mementingkan dunia bisnis ketimbang hubungannya dengan anak semata wayangnya itu. Hartanya yang melimpah ruah tak pernah bisa membahagiakannya karena ia hanya kekurangan kasih sayang dari seorang ibu.

      Tapi semenjak kepergiaan ibunya, Olivia menjadi anak yang pemurung dan pendiam, prestasinya pun anjlok. Ia kehilangan kedua hartanya yang sangat berharga yaitu kedua orang tuanya telah berpulang kepada sang ilahi. Ibunya menderita kanker otak yang ganas yang menghinggapi dirinya semenjak kepergian suaminya.

Olivia tidak pernah rela atau ikhlas atas apa yang terjadi padanya dan kepada kedua orang tuanya, ia mulai meninggalkan salat dan tak percaya pada Tuhan lagi. Ia merasa hidupnya telah hancur walau ia mendapat harta warisan yang banyak dari kedua orang tuanya, baginya harta yang banyak tiadalah lebih berarti dari kedua orang tuanya yang telah pergi darinya.

      Pikirannya pun mulai dirasuki bisikan-bisikan negatif, seperti ajakan untuk mengomsumsi narkoba, minuman keras hingga berjudi, alhasil ia tidak berdaya dalam mengekang hawa nafsunya akhirnya ia kalah juga. Satu bulan yang lalu kepergian ibunya, ia pun mulai berprilaku buruk akibat terpuruk dengan keadaan, ia memesan narkoba dari seseorang yang dikenalnya lewat media sosial, ia kemudian mengomsumsinya di dalam kamar tanpa seorang pun yang tahu.

      Kemarin ia memakan narkoba, di malam minggu ia ke bar minum-minuman keras yang sangat banyak hingga menyebabkan dirinya tak sadarkan diri, beruntunglah ia karena di bar itu ia ditolong oleh wanita yang baik hati dan membawa Olivia pulang ke rumahnya untuk beristirahat. Ya ia bernama Delia teman lamanya di kampus Harapan Bangsa dulu.

     Pagi hari yang cerah ia mulai tersadar dari kondisinya ia mendapati dirinya di kamar tidurnya dengan selimut menutupi tubuhnya, ia kemudian berasandar di tempat tidur dan mengingat-ngingat lagi apa yang terjadi padanya di malam itu.

         Di malam selanjutnya Olivia tertarik mengikuti judi di sebuah bar, informasi tersebut ia dapatkan dari twitter-nya, Olivia masih saja tidak bisa mengekang hawa nafsunya, ia akhirnya mengganti pakaiannya dengan bergaya pakaian tomboy memakai jaket hitam dan setelah ia selesai berpakaian ia mengambil kuncil mobilnya dan membawa mobilnya begitu laju di jalanan raya. Setelah sampai di bar ia pun mulai mengikuti permainan judi tersebut, tapi setelah mengikuti judi tersebut ia kalah dan hal itu membuatnya sangat sedih.

      Ia pulang dari bar sambil tak henti-hentinya memikirkan peristiwa tadi dan air matanya yang selalu mengalir di pipinya, ia telah rugi 50 juta rupiah dari perjudian tersebut. Ia pikir untuk meredakan kesedihannya ia singgah di toko minuman untuk membeli minuman keras dua botol. Ia meminum hingga menghabiskan minuman itu sebelum mengendarai mobilnya.

Ia tak pernah tahu resiko mengendarai mobil di saat mabuk, sebab pikirannya pun tak karuan pada saat itu. Ia akhirnya mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi dengan keadaan mabuk, alhasil ia kecelakaan dengan menabrak mobil truk di jalan raya, kondisinya sangat kritis hingga menyebabkan ia terluka parah dibagian kepala dan tulang-tulangnya banyak yang retak.

Mendengar peristiwa ini, Delia sangat bersedih dan ia tidak menduga hal ini terjadi pada sahabatnya di bangku kuliah dulu. Ia pun berlari dan mengambil kunci mobilnya untuk pergi ke rumah sakit Kesehatan Bangsa tempat di mana Olivia dirawat dalam keadaan koma.

     Sesampai di depan pintu ruangan UGD Delia tidak bisa menahan kesedihannya hingga pada saat ia membuka pintu ia sudah mendapati sahabatnya terbaring tidak berdaya di ranjang rumah sakit dengan dengan selang yang begitu banyak menempel di tubuh sahabatnya.


     Delia tidak bisa membendung air matanya lagi saat ia berada tepat di sisi sahabatnya. Sambil memegang tangan Olivia, Delia berkata "Ol kenapa kamu sering hilang kabar, kau tak pernah mengabariku lagi semenjak kita selesai dari kampus, asalkan kamu tahu Ol, aku sangat menyanyangimu lebih dari diriku, tapi kau sangat jarang terbuka padaku, ada apa denganmu Ol sayang." Ucapnya sambil sesekali mengusap air matanya yang jatuh.

    Seminggu ia menemani sahabatnya itu, setelah menjalani operasi di hari Senin lalu, akhirnya Olivia pun tersadar dan mendapati sahabatnya sedang salat di sampingnya sambil berdoa berharap sahabatnya bisa segera pulih. Menyaksikan hal itu air mata Olivia berkaca-kaca dan air matanya keluar dengan begitu derasnya. Delia menyadari bahwa sahabatnya telah pulih melihat kondisinya Delia sangat senang dan menarik kursi di samping Olivia dan duduk di sana sambil memegang tangan Olivia.

       Merasa sangat penasaran akhirnya Delia bertanya kepada Olivia tentang apa sebenarnya yang menimpa dirinya hingga seperti saat ini, sebelum menjawab pertanyaan Delia tersebut, Olivia menangis lagi..lagi..hingga pada akhirnya ia mengatakan bahwa ceritanya panjang Del, peristiwa berderet it bagaikan memory gelap bagiku yang jika ku kenang hati dan pikiranku terserang pilu berat.

     Sepulang dari rumah sakit aku akan menceritakan semuanya ya, ini adalah rahasia kita berdua sahabatku yang cantik lagi perhatian ucap Olivia. Delia pun tersenyum mendengar ucapannya itu dan memeluk Olivia dengan begitu erat sambil meneteskan air mata.
 
Tamat...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun