Kehidupan kota yang sangat padat penduduk, alat transportasi bertebaran di mana-mana, pejalan kaki yang tak pernah hilang dari seberang jalanan, kemacetan yang tiap hari melanda ibu kota Jakarta.
Para pengamen di sekitar jalan raya berhamburan mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarganya, bahkan tak jarang kita melihat anak-anak di bawah umur terlantar melalui profesinya sebagai pengamen, ya mengais rezeki dari rasa iba dan uluran tangan para pengendera roda dua, roda empat hingga pejalan kaki.
Tanpa ayah ataupun ibu hiduplah seorang anak yatim piatu yang tinggal bersama kakeknya di sebuah rumah gubuk yang cukup luas untuk mereka tempati berdua, kakek yang selalu membanting tulang untuk menghidupi dirinya dan cucu satu-satunya itu, sebut saja nama pemuda itu si randy dan kakeknya yang bernama kakek rudi.
Kakek rudi bekerja sebagai buruh tani di sawah milik orang lain yang tidak sampai berhektare tersebut, setiap hari beliau berangkat ke sawah untuk membersihkan sawah dan mengurusi perairan sawah tersebut.
Cucunya ia sekolahkan dari sd hingga sampai sekarang randy menempuh pendidikan sma di salah satu sekolah negeri di kota Jakarta tersebut, tanpa sepengetahuan kakeknya, randy ternyata anak yang suka gensian, apapun yang dimiliki oleh teman-temanya yang notabene orang-orang kaya akan dibelinya juga seperti jam tangan branded contohnya.
Kakek randy banting tulang siang dan malam untuk menghidupi cucunya tersebut, tanpa mengenal rasa lelah sedikitpun demi masa depan cucunya tersebut, yang membuat orang-orang juga kagum pada kakek rudi ialah sesibuk apapun beliau, ia tak pernah meninggalkan salat demi pekerjaan di sawah.
Kakek rudi selalu menginginkan yang terbaik untuk cucunya tersebut, ini terbukti dari caranya mendidik rudi melalui nasehat-nasehatnya yang selalu ia lontarkan kepada randy agar tidak meninggalkan salat dan menghindari hidup boros.
Tapi kenyataannya berbalik, si randy anak yang keras kepala dan juga gensian, suatu hari ia nekat ke sebuah bank yang agak jauh dari rumahnya, ya randy ke sana untuk meminjam uang dengan jaminan surat tanah rumah kakeknya, ia tak memberitahu kalau surat tersebut ia curi dari lemari kakeknya, sebab jika kakeknya tahu ia tidak akan diizinkan untuk mengadaikan surat tanah rumah tersebut.
Setelah menggadaikan surat tanah tersebut randy mendapatkan uang sekitar sepuluh juta rupiah, ia pun dengan segera berbelanja sepatu dan jam tangan yang limited edition yang harganya sangat mahal. Sifatnya yang boros menyebabkan uang itu habis hanya dalam seminggu, selain ia gunakan untuk membeli barang-barang mewah, ia juga mengajak beberapa teman dekatnya nonton bioskop bareng hingga ke tempat hiburan malam.
Hingga pada suatu hari randy yang masih terbaring di tempat tidurnya tiba-tiba dikagetkan oleh dering telpon dari bank tempat ia meminjam uang.
Randy dengan sigap mengatakan kepada pihak bank akan segera melunasi hutang-hutangnya hari ini juga, tapi apa yang terjadi sudah banyak tetangganya yang ia tempati meminjam uang namun tak satu pun yang bisa meminjamkannya uang dengan berbagai alasan mereka, mulai dari dengan alasan tak punya uang, belum gajian dan sebagainya.
Apa yang terjadi selanjutnya, keesokan harinya tanah dan rumah yang ditempati randy beserta kakeknya disita oleh pihak bank, sebab randy tak sanggup melunasi pinjamannya, setelah mengetahui peristiwa ini, kakek randy merasa sangat terpukul oleh kelakuan cucu semata wayangnya tersebut, kakek rudi hanya bisa pasrah setelah rumahnya disita.
Pasca rumah mereka disita, mereka akhirnya hidup di jalanan bak orang-orang terlantar, mereka menengadahkan tangan meminta-minta kepada para pejalan kaki yang berlalu lalang di depan mereka, sungguh nasib yang malang, randy pun baru menyadari bahwa ia menderita akibat pergaulannya dengan teman-temannya dan juga gensi dan sifat borosnya.Â
Karena takut dibilang miskin randy selalu gensi dengan membeli barang-barang mewah seperti yang dipakai para teman-teman sepergaulannya.
Tamat, semoga dapat menjadi pelajaran bagi para sahabat readers, aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H