Mohon tunggu...
m.m (marsogi the manatee)
m.m (marsogi the manatee) Mohon Tunggu... Dokter - a legend procrastinator with a great curiosity

menuangkan apa yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata karena terperangkap oleh pemikiran bahwa pemikiran ini tidak memenuhi standar umum yang lumrah di manusia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kamu Mau ke Mana, Hamster?

5 November 2021   19:55 Diperbarui: 5 November 2021   20:41 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: animalj0427606.jpg (1014×1024) (lifecoachonthego.com) 

Hidup jadi manusia kok susah

Jika menutup mata, dan membiarkan badan bekerja bak autopilot, kita tak akan sadar sudah 30 tahun kita makan, mandi, tidur, menjaga anak, ngobrol, menghibur raga jasmani dengan drama manusia dan atraksi ceria yang membuat kita terpana. Kita lupa untuk menanyakan diri kita "Kita tuh lagi ngapain sih?"

Manusia itu layaknya hamster. Muter-muter, sibuk-sibuk, lelah, makan, tidur, mandi, BAK, BAB, lalu muter-muter lagi. Tanpa disadari kalau dia menghabiskan energinya di lingkaran yang tidak pernah bergerak. Ya sebatas di kandang saja. Ibarat anime atau manga, manusia itu kehidupannya seperti anime 'Attack on Titan'. 

Semua seperti sudah sewajarnya, eh, ternyata dunianya sebatas di dalam benteng. Kalau bicara begini ke orang-orang, pasti akan dijawab: "Kok lu pusing mikir beginian?". Lah, batinku yang bingung, kok kalian ga kepikir yang beginian? Seakan-akan, kita sudah disihir untuk tidak usah berpikir, cukup jalanin saja hidup yang seperti game RPG. 

Mulai dari login, membuat karakter, karakter kita jadi jago, lalu the end. Seperti manusia, yang akan the end menjadi tanah. Mungkin setelah kita menjadi tanah, kita akan kembali diolah oleh 'game master' dunia ini, lalu kehidupan mulai lagi dari awal. Pernah nonton film 'the Matrix', dimana manusia sebetulnya hidup dalam dunia buatan komputer, padahal dikehidupan nyata dia menjadi 'pupuk' para komputer? Jangan-jangan, kita juga menjadi 'pupuk' dari 'game master' dunia ini. 

Aneh deh pemikiranmu

Ya aneh. Tapi pernahkah kita berpikir, terkadang kita lupa mencari makna hidup masing-masing karena tidak bisa lepas dari rutinitas kehidupan seorang manusia. Ada saja kondisi yang membuat kita menjadi autopilot setiap hari, contoh: sibuk mengurus anak, sibuk bekerja, sibuk mencari jodoh, sibuk menikah, sibuk terkena tekanan kapan menikah. Tiba-tiba, puluhan tahun berlalu, dan sudah waktunya kita menutup mata. 

Suatu hari aku serius bertanya ke temanku, "Sebetulnya manusia itu di dunia ngapain sih?"

Tapi setiap aku bertanya demikian, pasti akhirnya berujung ke senyuman, karena ya, aneh saja pertanyaannya. Atau mungkin, teralihkan dengan topik pembicaraan lain yang lebih menyenangkan. Topik  tadi seakan-akan kalah penting dengan topik sehari-hari:

  1. Hari ini mau masak apa?
  2. Aduh hari ini rencananya mau nonton konten media sosial apa ya?
  3. Hari ini siap-siap mau war di game
  4. Duh, celebgram A dan B cakep banget
  5. Si politisi ini tidak sesuai harapan
  6. Bagaimana yah supaya bisa cocok dan disayang mertua?
  7. Ada kupon diskon nih, hari ini mau belanja apa ya?

Tiba-tiba teringat hamster, seekor peliharaan yang lucu. Melihat peliharaan hamster kita yang kehidupannya gitu-gitu saja, kadang membuat kita bosan. Mungkin terbesit untuk bertanya ke hamster, "kok hamster ini gak bosen yah?". Tapi pernahkah kita terbayang, di balik luasnya samudra, benua, antariksa kita, jangan-jangan, ada 'majikan' yang sedang melihat kita, manusia, sebuah spesies, sambil bertanya "kok manusia ga bosen yah?"

Tahun-tahun belakangan ini, banyak sekali buku-buku, atau kursus meditasi, yang memberitahu bahwa kita harus aware terhadap inner feelings kita supaya bisa legowo dan move on. Hal-hal ini seringkali disebut sebagai emotional intelligence. Setuju sih, secara selama ini saya sendiri juga selalu mengunci rapat-rapat perasaan yang kita label sebagai perasaan negatif, seperti sedih, tidak berdaya, tidak adil, marah, tidak terima. 

Sering kita tidak ngaku kalau lagi merasa 'negatif'. Seakan-akan, kalau kita mengaku, artinya kita lemah, dan tidak sesuai standar ekspektasi masyarakat. Dalam bahasa lain, mengaku bahwa kita bisa merasa 'negatif', seakan-akan terkesan kita tidak bergengsi, tidak kuat, tidak inspiratif dan bukan role model. 

Tidak jarang orang memikirkan ekspektasi orang-orang ke kita. Ekspektasi dari orangtua, lingkungan kerja, lingkungan tetangga, lingkungan arisan, lingkungan pendidikan, lingkungan netizen di media sosial. Tapi kok kita jarang berdiskusi atau kepikiran kalau kita sebagai manusia, saat diberi kesempatan hidup, kita tuh sebetulnya di expect apa sih dari si Pemberi Kehidupan? Hidup, survive, belajar, kerja, lalu meninggal. 

Tapi semakin padat manusia, dan jika hanya begitu-begitu saja, rasa-rasanya bukannya menambah sampah pemakaian manusia saja? Ya seperti limbah, plastik, emisi karbon dan polusi. Lalu tanpa kita sadari, setelah bertahun-tahun, kita akan terus muter-muter sampai umur rumah kita, Bumi, habis. 

Ngejar apa sih kita? Ngejar apa sih hamster? Hei hamster, kamu lari-lari terus dalam mainan lingkaranmu yang selalu sama dan tidak pernah kemana-mana. Hamster, mau kemana tujuan kamu?

Sembari menulis ini, sembari bertanya-tanya. Aku tidak bisa memungkiri, bahwa ketika menulis ini, sudut pikiranku takut kalau-kalau ini sudah jam 16.00. Jam 16.00 adalah waktunya masak, anak sudah waktunya bangun dari tidur siang, dan artinya sudah waktunya aku menemani dia main. 

Saat itu tiba, aku akan kembali berputar dalam kehidupanku, seperti hamster yang berputar di lingkarannya tanpa kemana-mana. Jika putaranku lancar, aku akan tetap survive memenuhi ekspektasi umum orang-orang di kehidupan ini sampai batereku habis. Iya, sampai aku sudah lelah dan tidak sanggup lagi berputar-putar. 

Sambil menulis ini, youtube ku berjalan memutar lagu favoritku. Eh tiba-tiba, di sela lagu ada iklan terselipkan. Iklan yang warna-warni, menarik mata, serta mengalihkan fokus perhatianku. Spontan aku senyum sendiri, "Kok pintar ya manusia menciptakan 'hiburan' dan 'kesibukan' untuk kita". Akupun berpikir demikian, sambil terus berputar-putar di lingkaranku. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun