Mohon tunggu...
Miskar Kariti
Miskar Kariti Mohon Tunggu... wiraswasta -

Penikmat, perakit, untaian tulisan, sapuan kuas bercat dan elektronika, lahir di Sumedang 13 September 1965.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sadar Derita

6 Mei 2017   20:53 Diperbarui: 14 Januari 2018   23:44 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terperenyak di lantai ubin

Antara terus dengan tidak

Meyakini penderitaan

Benarkah masa anak-anak cerminan waktu dewasa

Harus diawali masa itu

Diakhiri dengan masa itu

Juga diyakini dengan keyakinan

Bersama dengan ketegaran

Serentak dengan ketabahan

Dan penghidupan masa lalu hingga kini ialah kehidupan hakiki

Ketidakpercayaan menjawab

Tidak

Hidup, kehidupan dan penghidupan ini di luar semua itu

Sangat di luar pengharapan

Juga tidak pula direncanakan oleh jiwa raga ini

Lelah asa

Letih hati

Sakitlah diri

Lesu benak

Capai ingatan

Susahlah badan

Dari membaca suratan

Dari mengartikan kalimat

Dari menyarikan ayat-ayat itu

Hasilnya selalu mengapa

Dan mengapa

Hidup

Kehidupan

Penghidupan

Begini

Selalu begini

Harus begini

Perasaan capai meredam keinginan-keinginan

Hati letih menaklukkan harapan-harapan

Benak lelah menjinakkan perbandingan-perbandingan

Bunga-bunga itu tetap tidak menjadi buah

Mereka luruh runtuh hilang sudah

Jiwa raga lalu lelah

Kepala menunduk ke lantai ubin

Kalau saja derita itu Diadakan Tuhan harus selalu hadir

Derita tidak akan pernah meminta izin praktik di dalam jiwa raga ini di dalam hidup ini

Ia akan selalu menjadi penderitaan sepanjang hidup dari kehidupan dari penghidupan ini

Muka bersinar-sinar

Tatapan menembus air mata yang berkaca-kaca

Menampak

Jelas

Garis-garis lurus semenan pengokoh antara ubin dengan ubin

Seandainya ubin-ubin itu serempak berpadu suara tidak ingin menjadi lantai

Mereka tetap kukuh membisu

Mereka tetap diam tidak bergerak

Mereka tetap tidak pernah berjumpa

Keyakinan, ketegaran, ketabahan, serentak

Menghadapi menikmati mensyukuri

Keadaan hidup kehidupan penghidupan yang hanya seperti ini yang hanya seini

Selama-lamanya

Diri kini berani berdiri meski lirih

Kalbu setuju meronta

Menggapai jiwa memicu benak

Untuk memerintahkan mulut agar berteriak secepatnya

Sadar derita

Sadar deritaaa!

Suara itu menggelegar

Menggelegaaar!

Tetapi tidak terdengar

Tidak terdengaaar!

(Pataruman, Kamis 20 April 2017/03:09:54)

Terakhir diperbaiki Kamis 11 Januari 2018/23:35:07/Sadar Derita/Miskar Kariti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun