Mohon tunggu...
Juli Dwi Susanti
Juli Dwi Susanti Mohon Tunggu... Editor - Guru-Dosen-Penulis-Editor-Blogger

Menulis adalah sedekah kebaikan Yang menjadi obat, therapy, Dan berbagi pengalaman hidup untuk manfaat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Budaya dan Karakter Bangsa , Bukan Hanya Sekedar Wacana Tapi Jadikan Gerakan !!

11 Oktober 2015   18:23 Diperbarui: 11 Oktober 2015   19:59 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

                                                              Diambil dari kiriman konologi FB

 

 

" Kalau difikir-fikir UTS / UAS / UKK/ US/ UN  sepertinya belum tepat sasaran ya ? Buat sekolah swasta , ternyata nggak ngefek ! Yang ada aku sebagai pendidik jadi stres sendiri melihat tingkah dan gaya mereka yang selalu ingin cari celah untuk mencari jawaban atau remedial sekalian . Aku cape teriak-teriak terus, kalo sudah bete serahin aja, buat apa kalian lama ? Toh nggak terisi juga bukan ? Nunggu apa ? Jawaban? Sms teman ? Hadeeh ! Orang Indonesia ya, maunya dapet enak, dapet nilai tinggi, dapet lebih ! Tapi males mikir, tinggal enak, nggak mau susah. Pantes aja watak watak  korup bertebaran diseluruh sekolah ! Apa yg salah dr kurikulum ini yaa ?  lihat saja, gaji PNS , bego pintar, malas rajin nggak ada bedanya , yang ada yang pinter dan rajin ikutan turun kinerjanya , atau mencoba pintar untuk licik memainkan kelemahan pengawasan dan kebodohan rekan sesama dan gaptek . "

Kata kata diatas kutulis 3 tahun yang lalu , dan kembali kushare dikronologiku saat facebook kembali mengingatkan akan tulisanku 3 tahu yang lalu . Ah masih relevan !! dari semester ke semester selalu sama yang kutemui , namun untuk mid semester kali ini terasa miris sekali yang kudapati . Saat mengawas kembali dan berkali kali mendapatkan sikap sikap yang sama , namun yang kuheran sesama pendidik justru menyalahkan aku karena masalah psikologis anak anak saat kuawasi . Aneh ?? padahal selama lebih dari 25 tahun hal mengawas itu lazim kulakukan . Namun baru kali ini aku harus berbenturan dengan rekan seprofesi mengenai karakter tidak baik , menyontek . Lebih memukul perasaanku adalah , tidak ditanya apa alasanku , apalagi dipanggil baik baik . . .segera pada saat briefing mengawas untuk jam berikutnya kesalahanku dibahas didepan umum terlebih posisi beliau sebagai ketua panitia . Spontan aku meradang , karena aku merasa benar dan menjalankan tugasku sebagai pengawas . 

 Aku sempat lost down / hilang harapan . . .namun tidak ada keinginanku untuk melaporkan hal ini atau apapun . Yang ada benar benar aku tidak ingin lagi menjalankan idealisku ditempatku saat ini . Kemarahan dan putus asa dengan arogansi rekan yang seakan semua dimataku mendukung . Padahal aku hanya mengingatkan bahwa hasil / nilai bukan tujuan . Tapi refleksi hasil belajar seperti apa prosesnya terjadi pada peserta didik ? sudah sejauh mana ? . Dua hari aku sempat terdiam dan tak ingin apa apa , tetap mengawas , namun hatiku kosong , terserahlah . . . .kalian mau jadi apa . Toh percuma hanya aku yang teriak lantang dan disalahkan . Padahal aku kalau mengawas tidak pernah sampai harus merobek kertas ulangan  siswa seperti yang lain , tapi kenapa seolah aku saja yang paling disudutkan ?

 Bungsuku sempat heran juga dengan sikapku , pelan pelan aku mencoba berbagi bebanku , kutanya , dek , ibu seperti apa sih dimata anak anak murid disekolah ? tanyaku , karena untuk bungsuku kali ini satu satunya yang harus satu sekolah denganku , demi meringankan biaya sekolah yang harus kutanggung sebagai orang tua tunggal . Aku tahu anakku selalu fair dan tak pernah terbawa arus , pikirannya selalu netral dan mendukung sikap disiplin yang kutegakkan dimanapun sebagai pendidik , termasuk dirumah . Tak heran , aku bisa memarahinya didepan teman temannya bila dia salah disekolah . Diujung obrolan kami berdua , bungsuku hanya mengatakan , ya sudah terimakasih ibu sudah cerita , tapi apa ibu bisa merubah sikap  / idealis ibu  yang sudah bagus itu menjadi sama saja dengan guru lain yang tidak perduli dengan karakter lebih baik ? Aku tertegun , namun karena didada ini masih sesak aku memilih diam dan berkata " lihat nanti saja dek !! " pungkasku   

 Aku kembali tertegun saat dikronologi kawan pendidik dimana kami pernah masuk dalam komunitas yang sama sebuah gambar berisi tulisan diatas pada judul tulisan ini , ya Allah betapa lemah semangatku ini , mengahadapi keadaan yang mungkin belum seberapa dibanding kejadian kejadian lain . Padahal masih banyak tantangan sebagai pendidik yang berkaitan dengan penanaman karakter siswa . Keadaanku belum seberapa . . .

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun