>
Sedang asyik asyiknya mengerjakan tugas menyusun judul tesisku yang tengat waktu 5 hari lagi harus dikumpulkan , sambil mendengarkan music penghantar yang membuatku bisa bersemangat menyelesaikan tugasku , tiba tiba music berganti sebuah panggilan telpon masuk . Kubaca, dari mama Boy salah seorang muridku dikelas X IPA dimana aku menjadi wali kelasnya .
“ Ya mama , ada yang bisa saya bantu ? Kemana saja, . . .mengapa sms saya tidak pernah dibalas ? berondongku spontan . “ Maaf bu , saya baru bisa memberi jawaban , setelah saya berjuang selama ini dan baru mendapat keputusannya” . Deg, jantungku rasanya mau copot. Ada apakah mama ? apakah Boy mau keluar atau bagaimana ? Nggak kan ? tanyaku sedikit mendesak . “ Nggak bu , tapi maaf ya saya percaya dan bukan curhat mengenai masalah keluarga kami . . .Karena besok Boy harus UTS tetapi kartu belum bisa saya ambil karena ada permasalahan keuangan keluarga katanya dengan terbata bata bahkan diiringi suara yang terasa getir kurasa .
Lalu mengalirlah sebuah cerita , dimana ternyata Boy selama ini tidak pernah dibiayai sekolahnya oleh ayahnya karena dianggap selalu membela ibunya . Bila ayahnya bertengkar dan selalu ingin memukuli ibunya , Boy selalu berusaha membela ibunya dengan justru pada akhirnya boy yang jadi bertengkar dan terlibat baku hantam dengan ayahnya . Dan itu menimbulkan kemarahan yang mendalam dari ayahnya , dimana ayahnya sampai memutuskan tidak akan membiayai sekolah sulung dari 3 bersaudara tersebut . Masyaallah, kok ada ayah yang tega berfikir seperti itu . Ketika kutanya apa alasan mereka bertengkar pada ibunya , sang mama menjawab dengan isak tangis bahwa sejak 2008 suaminya itu selingkuh dan telah menikah siri lagi dengan janda beranak tiga .
Huffft , aku menahan rasa sesak didadaku . Kutanya , apakah mama mengikhlaskan ayah begitu dan mencoba bertahan demi ke 4 anak tersebut ? ( Karena kutahu mamanya tidak bekerja bagaimana nanti menghidupi 4 anaknya tersebut ) . Mama Boy mengatakan , iya buuuu saya sudah ikhlas , yang penting dia tetap bertanggung jawab sama anak anaknya . Tapi kami harus selalu meminta biaya tersebut setiap bulan kerumah istrinya disana , karena dia sudah tidak mau menginjak rumah ini lagi bu, tangisnya tertahan . Dan yang bikin saya sakit itupun biaya yang dikeluarkan susah , terlebih untuk keperluan Boy sekolah tangisnya perlahan.
Ya Allah , ada suami seperti itu. Haruskah wanita selalu berada pada posisi yang lemah . Dimana nuranimu sebagai laki laki dan seorang ayah ? Jika dengan menikah lagi yang menjadi keinginanmu , silahkan tapi selesaikan tanggung jawabmu . Berdosa kamuuu pak , batinku terasa ingin berontak dan berteriak merasakan kegemasan mendengarkan cerita tersebut .
Sebagai seorang guru dan wali kelas dari Boy di kelas yang kupimpin , aku sudah curiga ada yang ganjil dengan sikap Boy tersebut . Kalau melihat tampangnya sangat baik dan santun , siapa yang menyangka ternyata menyimpan rasa dendam terhadap permasalahan keluarga . Mengapa aku berkata seperti itu ? karena aku sering mendapat laporan dari guru guru yang mengajarnya dikelas bahwa Boy sering bolos , sering rebut dengan temannya masalah sepele , tapi , Boy juga sangat disayang teman temannya karena sikap setia kawannya . Tidak sekali dua kali juga aku menangkap mata berontaknya setiap kunasehati berkaitan dengan sikapnya yang terkadang tidak patuh dengan peraturan. Kini aku baru mengerti . Ya Allah , kasian kamu nak . . .harus menyaksikan keadaan yang seharusnya tidak pantas kamu saksikan dan kamu lakukan terlebih itu adalah ayah kandungmu sendiri , batinku .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H