Mohon tunggu...
Juli Dwi Susanti
Juli Dwi Susanti Mohon Tunggu... Editor - Guru-Dosen-Penulis-Editor-Blogger

Menulis adalah sedekah kebaikan Yang menjadi obat, therapy, Dan berbagi pengalaman hidup untuk manfaat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Boy , Dibalik Sikap dan Kenakalanmu Ternyata . . . .

23 Maret 2015   00:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:16 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Huffft , aku menahan rasa sesak didadaku . Kutanya , apakah mama mengikhlaskan ayah begitu dan mencoba bertahan demi ke 4 anak tersebut ? ( Karena kutahu mamanya tidak bekerja bagaimana nanti menghidupi 4 anaknya tersebut ) . Mama Boy mengatakan , iya buuuu saya sudah ikhlas , yang penting dia tetap bertanggung jawab sama anak anaknya . Tapi kami harus selalu meminta biaya tersebut setiap bulan kerumah istrinya disana , karena dia sudah tidak mau menginjak rumah ini lagi bu, tangisnya tertahan . Dan yang bikin saya sakit itupun biaya yang dikeluarkan susah , terlebih untuk keperluan Boy sekolah tangisnya perlahan.



Ya Allah , ada suami seperti itu. Haruskah wanita selalu berada pada posisi yang lemah . Dimana nuranimu sebagai laki laki dan seorang ayah ? Jika dengan menikah lagi yang menjadi keinginanmu , silahkan tapi selesaikan tanggung jawabmu . Berdosa kamuuu pak , batinku terasa ingin berontak dan berteriak merasakan kegemasan mendengarkan cerita tersebut .



Sebagai seorang guru dan wali kelas dari Boy di kelas yang kupimpin , aku sudah curiga ada yang ganjil dengan sikap Boy tersebut . Kalau melihat tampangnya sangat baik dan santun , siapa yang menyangka ternyata menyimpan rasa dendam terhadap permasalahan keluarga . Mengapa aku berkata seperti itu ? karena aku sering mendapat laporan dari guru guru yang mengajarnya dikelas bahwa Boy sering bolos , sering rebut dengan temannya masalah sepele , tapi , Boy juga sangat disayang teman temannya karena sikap setia kawannya . Tidak sekali dua kali juga aku menangkap mata berontaknya setiap kunasehati berkaitan dengan sikapnya yang terkadang tidak patuh dengan peraturan. Kini aku baru mengerti . Ya Allah , kasian kamu nak . . .harus menyaksikan keadaan yang seharusnya tidak pantas kamu saksikan dan kamu lakukan terlebih itu adalah ayah kandungmu sendiri , batinku .



HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun