Orang tua sebagai pendidik harus memberikan pemahaman sejak dini bahwa setiap perbuatan akan ada konsekuensinya. Anak yang melakukan perbuatan yang baik akan mendapat hadiah bukan hanya materi mungkin bisa juga dengan pujian, sebaliknya anak yang melakukan perbuatan yang buruk akan mendapat hukuman bukan semata-mata hukuman fisik namun dengan meminta anak agar bertanggung jawab dengan kesalahan yang dilakukan.
Metode Internalisasi
Metode ini mengupayakan kesadaran untuk melakukan kebaikan melalui tiga tahap yaitu learning to know, learning to do,dan learning to be atau dengan konsep, demonstrasi dan kebiasaan.
Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan suatu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai mahluk sosial yang memiliki tempat tinggal yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Anak yang merupakan amanat bagi kedua orang tuanya, apabila sejak kecil dibiasakan, dididik dan dilatih dengan hal yang baik secara kontinu maka akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula. Oleh karena itu, dalam keluarga perlu dibentuk lembaga pendidikan.
Sejak dalam kandungan, menurut para ulama, anak sudah memiliki hak walaupun belum menerima hak. Adanya hak bagi anak tersebut menunjukkan bahwa menurut Islam, kasih sayang orang tua itu harus diberikan sejak dalam kandungan sampai menjelang dewasa, yang disebut hak perawatan dan pemeliharaan (al-hadhanah).
Selain itu, sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Orang tua adalah model yang akan ditiru dan diteladani. Sebagai model, orang tua seharusnya memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan perilaku orang tua harus mencerminkan akhlak yang mulia.
Karena peran dan tanggung jawab orang tua adalah mendidik, mengasuh dan membina setiap pribadi anak. Untuk itu, keberadaan keluarga harus senantiasa memberikan dan mewariskan pengalaman edukatifilahiah yang dialogis dan dinamis, sesuai dengan perkembangan tuntutan zamannya. Kondisi ini sangat baik bagi tumbuhnya kepribadian anak secara optimal. Â Â
Jenis-jenis pola asuh orang tua dapat dikelompokkan sebagai berikut. Pertama, pola asuh permisif yakni jenis pola asuh yang acuh tak acuh terhadap anak. Anak hanya diberi materi atau harta saja sehingga apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan. Biasanya pola pengasuhan anak oleh orang tua semacam ini diakibatkan oleh orang tua yang selalu sibuk dengan pekerjaan, yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Anak yang diasuh dengan metode ini akan menjadi anak yang rendah diri, nakal, merasa tidak berarti, kemampuan bersosialisasi yang kurang, tidak menghargai orang lain dan salah pergaulan.
Kedua, pola asuh otoriter yakni pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras, dan kaku. Dalam pola asuh ini orang tua membuat aturan-aturan ketat, kebebasan anak dibatasi, anak jarang diajak berkomunikasi, dan penggunaan hukuman yang keras terutama secara fisik. Dengan pola asuh seperti ini anak tidak bahagia, merasa paranoid/selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, dan senang berada di luar rumah.
Ketiga, pola asuh demokratis yakni pola asuh yang memberi kebebasan pada anak untuk bertindak dengan batasan dan pengawasan yang baik dari orang tua. Anak yang diasuh dengan teknik demokratis akan hidup bahagia, kreatif, cerdas, tidak mudah stress, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat.