Pidato Presiden Jokowi di depan ribuan relawan mengenai sosok pemimpin berambut putih menuai beragam reaksi dan penafsiran. Pidato yang disampaikan dalam acara reuni relawan dengan tema Gerakan Nusantara Bersatu (di GBK, Sabtu 26/11/2022) tersebut secara tegas menggambarkan bahwa ciri-ciri sosok pemimpin yang merakyat dan bekerja untuk rakyat adalah berambut putih dan wajah yang mulai keriput. Banyak yang menduga dan menafsirkan bahwa kode tersebut merujuk pada sosok Gubernur Jawa Tengah saat ini yaitu Ganjar Pranowo.
Jika dinurut secara seksama, sinyal arah dukungan Jokowi ke Ganjar Pranowo sebenarnya sudah mulai nampak saat acara Rakernas relawan Projo di Magelang pada Mei 2022 lalu. Pada acara tersebut Jokowi berujar bahwa kemungkinan capres yang nanti akan didukung hadir dalam acara rakernas tersebut. Seperti diketahui bahwa Ganjar Pranowo adalah salah satu nama dalam bursa Capres 2024 yang hadir pada saat Jokowi menyampaiakan pidato tersebut.
Ganjar Pranowo memang menjadi capres yang paling populer dan memiliki elektabilitas tertinggi di berbagai lembaga survei. Merujuk pada hasil survei Litabang Kompas pada Oktober lalu misalnya, Â Ganjar Pranowo memiliki tingkat elektoral tertinggi dengan 33,6 persen dibanding dengan nama-nama lainnya, seperti Prabowo Subianto dengan 27,3 persen, Anies Baswedan 25,6 persen, dan Ridwan Kamil 13,5 persen.
Dalam konteks ini, posisi Ganjar memang kurang menguntungkan. Sebagai kader PDIP ia harus tunduk dan putuh kepada perintah dan kebijakan Partai yang sampai hari ini masih berusaha menggenjot elektabilitas Puan Maharani sebagai bakal Capres. Namun demikian, di saat yang sama banyak dukungan dari berbagai elemen masyarakat dan partai politik lain yang secara terang-terangan mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden 2024 mendatang, salah satunya adalah deklasrasi dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Kondisi ini tentu menjadikan hubungan anatara Ganjar Pranowo dan PDIP tidak seharmonis dulu, sekalipun sampai hari ini Ganjar Pranowo lebih memilih diam dan tetap di barisan PDIP.
Ketidakharmonis tersebut terkonfirmasi dari ketidakhadiran Ganjar Pranowo pada kegiatan PDIP di Kota Semarang dalam rangka persiapan pemenangan Pemilu 2024 yang digelar pada bulan September lalu. Kegiatan yang dihadiri oleh beberapa kepala daerah yang diusung PDIP tersebut, juga dihadiri oleh Puan Maharani yang disebut-sebut sebagai Capres usulan PDIP. Padahal sebagai Gubernur dan juga kader PDIP sudah semestinya ganjar hadir, setidaknya sebagai tuan rumah, karena kegiatan tersebut digelar di Kota Semarang.
Selain itu, Ketua Umum PDIP Megawati juga beberapa kali memberikan peringatan agar kader PDIP tidak bermanuver untuk urusan capres 2024, karena keputusan menentukan capres mutlak menjadi hak preprogatif Ketua Umum. Peringatan tersebut jelas ditujukan kepada Ganjar Pranowo yang semakin populer dan masuk dalam bursa Capres teratas.
Keberlanjutan Program Jokowi
Sebagai presiden yang memiliki berbagai program strategis nasional yang belum tuntas, Jokowi sudah pasti harus memastikan bahwa Presiden mendatang adalah sosok yang satu visi agar program-program pemerintah saat ini bisa terus dilanjutkan. Misalnya saja adalah megaproyek Ibu Kota Negara (IKN) yang saat ini sedang berjalan. Presiden Jokowi tentu tidak ingin program strategis yang telah dijalankan oleh pemerintah saat ini berhenti seiring dengan pergantian rezim mendatang.
Jokowi sepertinya sadar bahwa Ganjar Pranowo adalah sosok kader partai potensial yang berpeluang menang. Namun di sisi lain, di internal PDIP ada sosok Puan Maharai yang digadang-gadang menjadi capres, walaupun tidak populer dan elektabilitasnya rendah. Dalam konteks ini, Jokowi tentu tidak mau asal-asalan dalam memberikan dukungan, terlebih loyalis dan relawan pendukungnya sampai saat ini masih cukup solid dan tetap dalam satu barisan. Jokowi adalah orang yang realistis dan objektif, yang tidak mungkin memberikian dukungan kepada orang yang elektabilitasnya rendah, sekalipun berasal dari partai yang mengusung dan membesarkannya, sehingga pilihan terakhirnya adalah Ganjar Pranowo.
Jika ditelaah secara mendalam koalisi antara PAN, PPP, dan Golkar boleh jadi sengaja dibentuk oleh Jokowi sebagai kendaraan untuk menampung Ganjar apabila PDIP tidak mencalonkan Ganjar dan tetap memilih Puan Maharani sebagai Capres. Dugaan ini terkonfirmasi dengan masuknya ketua umum PAN Zulkifli Hasan dalam Kabinet Indonesia Maju dengan menduduki posisi menteri perdagangan. Koalisi inipun sampai hari ini juga belum memiliki calon presiden yang pasti.