Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Baru Mulai Bekerja? Ini Cara Cerdas Mengelola Keuangan agar Tidak Boros

3 Februari 2025   06:00 Diperbarui: 2 Februari 2025   10:01 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pekerja (sumber:freepik/drobotdean)

Tahun baru 2025 adalah momen yang tepat untuk memperbaiki pengelolaan keuangan, terutama bagi para pekerja yang baru mulai bekerja. 

Memiliki kebiasaan finansial yang sehat sejak dini sangat penting untuk menciptakan kestabilan ekonomi dan mencapai berbagai tujuan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. 

Sayangnya, banyak pekerja baru yang masih kesulitan dalam mengelola keuangan karena kurangnya perencanaan yang matang. 

Hal ini sering kali menyebabkan pengeluaran yang tidak terkendali, utang yang menumpuk, dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan mendesak.

Mengatur keuangan dengan baik tidak hanya sebatas menabung lebih banyak, tetapi juga mencakup berbagai aspek seperti menyusun anggaran yang realistis, memiliki target keuangan yang jelas, dan menerapkan disiplin dalam pengelolaan keuangan. 

Dengan perencanaan yang baik, pekerja baru bisa memiliki kestabilan finansial yang lebih baik di masa depan. 

Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami strategi yang tepat dalam mengelola keuangan agar dapat mencapai kebebasan finansial dan hidup lebih nyaman.

Menetapkan Target Keuangan yang Jelas

Langkah pertama dalam mengelola keuangan dengan baik adalah menetapkan target yang jelas. 

Tanpa target yang terukur, sulit untuk mengetahui apakah kondisi keuangan sudah sesuai harapan atau belum. 

Target keuangan ini bisa dibagi menjadi tiga kategori, yaitu jangka pendek, menengah, dan panjang.

Untuk jangka pendek, pekerja baru bisa mulai dengan menabung untuk kebutuhan kecil seperti liburan, membeli gadget baru, atau menyiapkan dana darurat. 

Target jangka menengah dapat mencakup pengumpulan dana untuk uang muka rumah, membeli kendaraan, atau menyiapkan biaya pendidikan lanjutan. 

Sementara itu, target jangka panjang melibatkan perencanaan masa depan seperti persiapan dana pensiun atau investasi properti.

Menetapkan target yang realistis sangat penting agar dapat dicapai tanpa menimbulkan beban finansial yang berlebihan. 

Sebaiknya buat daftar tujuan keuangan yang ingin dicapai dalam satu tahun ke depan dan tentukan langkah-langkah konkret untuk mencapainya. 

Misalnya, jika ingin menabung untuk liburan senilai Rp10 juta dalam satu tahun, maka perlu menyisihkan sekitar Rp833 ribu per bulan. Dengan cara ini, tujuan tersebut bisa lebih mudah dicapai tanpa mengganggu kebutuhan sehari-hari.

Mengatur Anggaran dengan Realistis

Menyusun anggaran keuangan adalah salah satu kunci utama dalam mengelola keuangan dengan baik. 

Anggaran yang terlalu idealis dan tidak sesuai dengan kondisi finansial justru bisa membuat seseorang kesulitan dalam menjalankannya. 

Oleh karena itu, penting untuk memiliki anggaran yang realistis dan mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu metode yang populer dalam menyusun anggaran adalah aturan 50/30/20. 

Dalam metode ini, 50% dari penghasilan digunakan untuk kebutuhan pokok seperti makanan, sewa, dan tagihan bulanan. 

Kemudian, 30% dialokasikan untuk keinginan seperti hiburan, belanja, atau makan di luar. Sisanya, 20% digunakan untuk tabungan dan investasi. 

Dengan metode ini, pengeluaran lebih terstruktur dan tidak keluar jalur.

Selain itu, pekerja baru juga perlu mencatat semua pemasukan dan pengeluaran secara rutin. 

Saat ini, ada banyak aplikasi keuangan yang dapat membantu dalam mencatat transaksi harian sehingga lebih mudah untuk melihat pola pengeluaran dan menemukan peluang penghematan. 

Jika pengeluaran bulanan melebihi batas yang telah ditetapkan, evaluasi kembali pengeluaran mana yang bisa dikurangi.

Mempersiapkan Dana Darurat

Salah satu aspek yang sering diabaikan oleh pekerja baru adalah dana darurat. 

Padahal, dana darurat sangat penting untuk menghadapi berbagai kondisi tak terduga seperti kehilangan pekerjaan, biaya kesehatan mendadak, atau perbaikan mendadak pada rumah dan kendaraan.

Dana darurat yang ideal sebaiknya setidaknya sebesar tiga hingga enam bulan pengeluaran bulanan. 

Jika seseorang memiliki pengeluaran sebesar Rp5 juta per bulan, maka idealnya dana darurat yang dimiliki berkisar antara Rp15 juta hingga Rp30 juta. 

Dana ini sebaiknya disimpan dalam rekening yang mudah diakses, seperti rekening tabungan atau instrumen investasi yang memiliki likuiditas tinggi seperti reksa dana pasar uang.

Jika belum memiliki dana darurat yang cukup, pekerja baru dapat mulai menyisihkan sebagian kecil dari penghasilan setiap bulan hingga mencapai jumlah yang ideal. 

Dengan memiliki dana darurat yang cukup, seseorang tidak perlu khawatir jika terjadi keadaan darurat yang membutuhkan biaya mendadak.

Mengurangi Pengeluaran yang Tidak Perlu

Sering kali, pengeluaran kecil yang tampak sepele justru menjadi penyebab utama kebocoran finansial. 

Salah satu contoh adalah biaya transfer antar bank yang mungkin hanya beberapa ribu rupiah per transaksi, tetapi jika dilakukan berkali-kali dalam satu bulan bisa menjadi jumlah yang cukup besar. 

Oleh karena itu, mencari alternatif layanan perbankan yang menawarkan transfer gratis bisa menjadi salah satu cara menghemat pengeluaran.

Selain itu, pekerja baru juga perlu mengevaluasi kebiasaan konsumtif seperti sering membeli kopi di kafe, berlangganan layanan streaming yang jarang digunakan, atau belanja impulsif. 

Pengeluaran-pengeluaran ini jika dijumlahkan dalam satu tahun bisa menjadi angka yang cukup besar dan bisa digunakan untuk hal yang lebih produktif.

Memulai Investasi Sejak Dini

Menabung saja sering kali tidak cukup untuk mencapai kestabilan finansial yang optimal. Oleh karena itu, pekerja baru perlu mulai belajar tentang investasi. 

Dengan berinvestasi, seseorang bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan hanya menabung di rekening bank biasa.

Bagi pemula, beberapa instrumen investasi yang aman dan cocok untuk dicoba antara lain deposito, reksa dana pasar uang, dan obligasi ritel. 

Deposito adalah pilihan yang aman karena memiliki risiko rendah dan menawarkan bunga yang lebih tinggi dibandingkan tabungan biasa. 

Reksa dana pasar uang juga bisa menjadi alternatif yang menarik karena memiliki likuiditas tinggi dan risiko yang relatif rendah. 

Sementara itu, obligasi ritel menawarkan keuntungan tetap dan dijamin oleh pemerintah, sehingga cocok untuk investasi jangka menengah hingga panjang.

Sebelum berinvestasi, penting untuk memahami terlebih dahulu risiko dari setiap instrumen investasi yang dipilih. 

Jangan mudah tergiur dengan investasi yang menawarkan keuntungan besar dalam waktu singkat karena bisa jadi itu merupakan investasi bodong. Mulailah dengan investasi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan.

Mengevaluasi dan Mengelola Utang dengan Bijak

Utang yang tidak dikelola dengan baik bisa menjadi beban besar dalam jangka panjang. 

Oleh karena itu, penting bagi pekerja baru untuk mengevaluasi kembali utang yang masih dimiliki dan menentukan strategi yang tepat untuk melunasinya.

Jika memiliki utang berbunga tinggi seperti kartu kredit, sebaiknya utang tersebut diprioritaskan untuk segera dilunasi agar bunga tidak terus bertambah.

Jika memang harus berutang, pastikan utang tersebut digunakan untuk hal yang produktif seperti membeli rumah atau kendaraan untuk keperluan pekerjaan, bukan untuk konsumsi yang tidak diperlukan. 

Selain itu, pastikan bahwa cicilan utang tidak melebihi 30% dari total penghasilan bulanan agar tetap bisa dikelola dengan baik.

Kesimpulan

Membangun kebiasaan finansial yang sehat membutuhkan waktu dan disiplin. 

Dengan menetapkan target yang realistis, mengatur anggaran dengan baik, mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, mulai berinvestasi, dan mengelola utang secara bijak, pekerja baru akan lebih siap menghadapi tantangan finansial di masa depan. 

Tahun 2025 bisa menjadi awal yang baik untuk menerapkan kebiasaan keuangan yang lebih sehat dan berkelanjutan. 

Semakin cepat seseorang mulai merencanakan keuangan dengan baik, semakin besar pula manfaat yang dapat dirasakan di masa depan. 

Jadikan tahun ini sebagai momentum untuk lebih cerdas dalam mengelola keuangan dan mencapai tujuan finansial yang lebih besar. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun