Media sosial sering kali menjadi pemicu, karena melihat teman-teman memamerkan gaya hidup mewah seperti liburan ke destinasi eksotis atau membeli gadget terbaru membuat kita merasa harus ikut-ikutan.Â
Namun, pengeluaran impulsif semacam ini sering kali tidak relevan dengan kondisi finansial pribadi dan justru merusak anggaran.
Untuk mengatasi masalah ini, cobalah mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial, terutama jika platform tersebut memicu pengeluaran impulsif.Â
Fokuskan perhatian Anda pada tujuan keuangan yang sudah ditetapkan. Jangan lupa untuk terus mempertanyakan apakah pengeluaran tertentu benar-benar penting atau hanya untuk terlihat keren di mata orang lain.Â
Temukan inspirasi positif dari akun-akun yang mempromosikan gaya hidup hemat dan edukatif. Dengan begitu, Anda dapat menjaga fokus dan tetap termotivasi.
3. Kebiasaan Menunda-nunda
Menunda-nunda tindakan sering kali menjadi musuh utama dalam mencapai resolusi keuangan. Di awal tahun, motivasi untuk membuat rencana keuangan mungkin tinggi.Â
Namun, ketika tiba saatnya untuk bertindak, banyak yang berkata, "Nanti saja, masih ada waktu." Akibatnya, bulan demi bulan berlalu tanpa progres yang nyata.
Solusinya adalah mulai dengan langkah kecil. Jangan menunggu momen sempurna untuk memulai. Misalnya, menabung 10.000 rupiah sehari jauh lebih baik daripada tidak menabung sama sekali.Â
Gunakan alat bantu seperti aplikasi atau habit tracker untuk memantau kemajuan Anda. Melihat progres harian atau mingguan dapat menjadi motivasi tambahan.Â
Selain itu, berikan penghargaan kecil pada diri sendiri setiap kali Anda mencapai milestone tertentu. Misalnya, traktir diri sendiri dengan makanan favorit setelah konsisten menabung selama sebulan.
4. Tidak Membedakan Kebutuhan dan Keinginan
Kesalahan klasik yang sering menggagalkan resolusi keuangan adalah terlalu banyak berfokus pada keinginan daripada kebutuhan.Â