Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Sudden Wealth Syndrome, Bahaya di Balik Kekayaan yang Datang Tiba-Tiba

3 Januari 2025   10:00 Diperbarui: 3 Januari 2025   09:16 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kaya mendadak (sumber:freepik/drobotdean)

Setiap orang tentu memiliki impian untuk hidup berkecukupan. Makan enak setiap hari, membayar semua kebutuhan tanpa khawatir, dan memiliki tabungan yang cukup untuk masa depan adalah keinginan yang universal. 

Dan untuk mewujudkan semua itu, ada satu hal yang menjadi kunci: uang. Dengan uang, kita memiliki kebebasan untuk memilih banyak hal dalam hidup. 

Uang memungkinkan kita untuk meraih mimpi, menjalani kehidupan yang lebih nyaman, dan memberikan perlindungan finansial di masa depan. 

Namun, bagaimana jika uang tersebut datang secara tiba-tiba, tanpa proses perjuangan?

Seiring dengan kebutuhan akan uang, muncul pula keinginan banyak orang untuk menjadi kaya dalam waktu singkat. 

Di era modern ini, kekayaan instan seolah menjadi hal yang memungkinkan berkat peluang seperti menang lotere, investasi tinggi risiko, atau warisan tak terduga. 

Tetapi, adakah risiko di balik itu? Mengapa kekayaan yang datang secara tiba-tiba justru sering kali membawa dampak negatif, baik secara emosional maupun sosial?

Fenomena Kekayaan Mendadak

Fenomena kekayaan mendadak bukanlah hal baru. Salah satu contohnya adalah "kampung miliarder" di Tuban, Jawa Timur. Saat itu, terjadi pembebasan lahan warga untuk pembangunan kilang minyak oleh PT Pertamina. 

Dari pembebasan lahan tersebut, rata-rata warga menerima uang hingga Rp8 miliar. Angka ini jelas sangat besar untuk ukuran masyarakat desa yang sebelumnya hidup sederhana.

Namun, yang mengejutkan adalah bagaimana uang tersebut digunakan. Alih-alih menabung atau berinvestasi, banyak warga justru menghabiskannya untuk membeli barang konsumtif seperti mobil mewah, gadget terbaru, atau renovasi rumah secara besar-besaran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun