Berkat keberuntungan awal, ia berhasil mengumpulkan kekayaan hingga $40 juta dalam waktu tiga tahun.Â
Namun, dalam kurun waktu yang singkat, kekayaan tersebut habis karena ia terus-menerus berjudi. Ini adalah contoh klasik bagaimana kekayaan instan dapat memicu perilaku impulsif yang merusak.
Mengapa Kekayaan Instan Sulit Dipertahankan?
Orang yang mendapatkan kekayaan secara mendadak sering kali tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan dalam mengelola uang.Â
Hal ini berbeda dengan mereka yang membangun kekayaan secara perlahan. Mereka yang berproses biasanya belajar bagaimana mengelola pengeluaran, berinvestasi, dan membuat uang "bekerja" untuk mereka.Â
Sebaliknya, individu yang kaya mendadak cenderung mudah tergoda oleh investasi yang tampak menggiurkan tetapi berisiko tinggi, atau bahkan terlibat dalam penipuan finansial.
Selain itu, tekanan sosial juga menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan. Ketika seseorang tiba-tiba menjadi kaya, ekspektasi dari orang-orang di sekitarnya ikut meningkat.Â
Teman, keluarga, atau tetangga mungkin mulai berharap untuk "dibelikan sesuatu" atau ditraktir.Â
Hal ini sering kali membuat individu merasa perlu memamerkan kekayaan mereka, seperti membeli barang mewah atau memberikan hadiah yang mahal. Akibatnya, keuangan mereka terkuras dengan cepat.
Tekanan sosial ini juga dapat memicu stres. Ketika uang mulai habis, individu yang sebelumnya kaya mendadak sering kali tidak siap untuk kembali ke gaya hidup yang lebih sederhana.Â
Mereka mungkin merasa malu atau kehilangan harga diri.Â
Inilah mengapa penting untuk memahami bahwa kekayaan sejati bukan hanya tentang seberapa cepat kita mendapatkannya, tetapi juga tentang seberapa lama kita dapat mempertahankan dan mengembangkannya.