Meskipun potensi bank emas sangat besar, pengembangannya tentu bukan tanpa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah pembentukan ekosistem yang mendukung kelancaran operasional bank emas.Â
Membangun ekosistem ini tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Mengingat peran emas dalam perekonomian global, untuk memastikan sistem bank emas Indonesia berjalan dengan baik, perlu waktu yang cukup panjang.
Lihat saja pengalaman negara-negara seperti Singapura dan Turki, yang telah mengembangkan sistem bank emas mereka.Â
Kedua negara ini membutuhkan waktu sekitar 15 tahun untuk membangun ekosistem bank emas yang matang.Â
Hal ini melibatkan pembangunan infrastruktur yang kuat, penguatan peraturan yang mendukung, serta kerja sama antara lembaga keuangan dan pemerintah.
Selain itu, mayoritas bank emas di seluruh dunia saat ini terafiliasi dengan bank sentral negara masing-masing.Â
Sebagai contoh, The Federal Reserve (Fed) di Amerika Serikat adalah salah satu lembaga yang mengelola cadangan emas terbesar di dunia, mencapai lebih dari 8.133 ton.Â
Meskipun begitu, untuk negara berkembang seperti Indonesia, pengembangan bank emas yang independen, namun tetap terhubung dengan sistem perbankan nasional, memerlukan waktu dan perencanaan yang matang.
Perusahaan yang Siap Menyelenggarakan Bank Emas di Indonesia
Di Indonesia, OJK mengidentifikasi dua perusahaan yang sudah siap untuk menjalankan bank emas, yaitu Pegadaian dan Bank Syariah Indonesia (BSI).Â
Kedua perusahaan ini dipilih karena memiliki infrastruktur yang memadai serta permodalan yang kuat untuk menyelenggarakan layanan bank emas.
Pegadaian, yang sudah lama beroperasi di Indonesia sebagai lembaga penyedia layanan pembiayaan dengan jaminan emas, memiliki keunggulan dalam hal pengalaman dan sistem yang telah mapan.Â