Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Gaji Naik? Jangan Langsung Naikkan Gaya Hidup, Ini Pertimbangan Pentingnya

4 November 2024   12:00 Diperbarui: 6 November 2024   14:02 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gaji. Sumber: Freepik

Di era media sosial dan konsumsi digital yang masif seperti sekarang, kita sering disuguhkan dengan berbagai pencapaian gaya hidup mewah yang terkesan mudah diraih. 

Tak sedikit orang yang tergoda untuk langsung meng-upgrade gaya hidup setelah mendapatkan kenaikan penghasilan. 

Padahal, langkah ini bisa membawa konsekuensi finansial yang cukup serius di masa depan.

Pada kesempatan ini saya akan membahas bahaya dari buru-buru meningkatkan gaya hidup, bagaimana cara bijak mengelola penghasilan, serta pentingnya menabung dan investasi dalam membangun stabilitas keuangan.

Mengapa Banyak Orang Ingin Cepat-Cepat Meng-upgrade Gaya Hidup?

Meng-upgrade gaya hidup sering kali dianggap sebagai bentuk kesuksesan. 

Setelah bekerja keras dan mendapatkan kenaikan gaji atau tambahan penghasilan, banyak orang merasa pantas untuk menikmati hasil kerja keras mereka. 

Mereka mungkin berpikir, "Saya sudah kerja keras, jadi saya berhak untuk menikmati lebih."

Namun, ada beberapa alasan psikologis yang juga mendorong orang untuk meningkatkan gaya hidup begitu pendapatan bertambah:

1. Tekanan Sosial dan Media Sosial

Kehadiran media sosial membuat kita lebih sering melihat kehidupan orang lain yang terlihat serba mewah dan sukses. 

Ini menciptakan tekanan tersendiri yang membuat kita ingin "menyamai" atau bahkan "mengalahkan" gaya hidup orang-orang tersebut. 

Padahal, tidak semua yang terlihat di media sosial mencerminkan kondisi finansial yang sebenarnya.

2. FOMO (Fear of Missing Out)

Ketakutan akan tertinggal atau "ketinggalan zaman" membuat banyak orang rela mengeluarkan uang lebih untuk barang-barang yang mereka anggap keren atau mengikuti tren. 

Sering kali, keputusan ini tidak mempertimbangkan keadaan finansial yang sebenarnya, hanya sekadar agar terlihat setara dengan orang lain.

3. Kenaikan Penghasilan yang Tidak Direncanakan

Banyak orang yang tidak memiliki perencanaan yang baik dalam mengelola kenaikan penghasilan. 

Alih-alih menabung atau berinvestasi, mereka memilih untuk meng-upgrade gaya hidup dengan harapan mendapatkan kepuasan instan.

Namun, ada beberapa risiko yang perlu diwaspadai ketika seseorang buru-buru meningkatkan gaya hidupnya.

Risiko Terburu-Buru Meningkatkan Gaya Hidup

Apabila Anda terburu-buru untuk mengubah gaya hidup tanpa perencanaan keuangan yang matang, berikut adalah beberapa risiko yang mungkin dihadapi:

1. Kesulitan Mempertahankan Gaya Hidup Baru

Meningkatkan gaya hidup berarti menambah pengeluaran, dan hal ini tidak selalu mudah untuk dikendalikan. 

Gaya hidup baru sering kali disertai dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang mungkin sulit diubah jika suatu saat pendapatan menurun atau tidak stabil.

2. Penghasilan yang Selalu Terasa Kurang

Fenomena "lifestyle inflation" adalah ketika setiap kenaikan gaji langsung diikuti dengan kenaikan pengeluaran. 

Ini menciptakan siklus di mana berapapun pendapatan yang Anda terima, akan selalu terasa kurang. 

Pada akhirnya, tabungan atau dana cadangan menjadi terabaikan karena pengeluaran terus meningkat.

3. Terjebak Utang Konsumtif dan Pinjaman Online

Jika gaya hidup yang meningkat tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai, sering kali seseorang akan mengambil jalan pintas dengan berutang. 

Kartu kredit atau pinjaman online menjadi solusi instan untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup. Namun, utang konsumtif semacam ini justru berisiko besar pada kesehatan keuangan jangka panjang.

Utang konsumtif berbeda dengan utang produktif. Utang produktif digunakan untuk hal-hal yang bisa menghasilkan uang, seperti modal bisnis atau investasi. 

Sementara itu, utang konsumtif umumnya digunakan untuk membeli barang-barang yang sifatnya sementara, dan justru menambah beban keuangan.

Menjaga Gaya Hidup: Fokus pada Pemasukan Aktif

Jika pendapatan Anda saat ini masih didominasi oleh pemasukan aktif atau hasil dari bekerja sehari-hari, maka sebaiknya tetap jaga gaya hidup yang sudah ada. 

Sebelum berpikir untuk meningkatkan gaya hidup, prioritaskan untuk menabung dan berinvestasi agar keuangan lebih stabil. 

Dengan menjaga gaya hidup di level yang sama meski penghasilan meningkat, Anda akan memiliki sisa pendapatan yang bisa digunakan untuk membangun kekayaan atau menghadapi situasi darurat.

Mengapa fokus pada pemasukan aktif penting? Pemasukan aktif cenderung memerlukan waktu, tenaga, dan usaha dari Anda. 

Berbeda dengan pemasukan pasif yang bisa datang dari aset yang bekerja untuk Anda, pemasukan aktif bisa berubah sewaktu-waktu tergantung pada kondisi ekonomi atau perusahaan tempat Anda bekerja. 

Dengan demikian, mempertahankan gaya hidup saat penghasilan aktif meningkat akan memberikan ruang untuk mengumpulkan dana cadangan.

Pentingnya Menabung untuk Dana Darurat

Menabung adalah fondasi dari perencanaan keuangan yang sehat. 

Meski menabung mungkin tidak membuat Anda kaya dalam waktu singkat, namun tabungan dapat berfungsi sebagai penyangga keuangan Anda dalam menghadapi keadaan mendesak atau darurat. 

Sebagai contoh, jika ada keperluan mendadak seperti biaya kesehatan atau kebutuhan rumah tangga yang tidak terduga, tabungan bisa menjadi solusi tanpa perlu berutang.

Berapa Besar Dana Darurat yang Dibutuhkan?

Menurut saya, dana darurat disarankan sebesar 6 hingga 12 kali pengeluaran bulanan. 

Misalnya, jika pengeluaran bulanan Anda adalah Rp5 juta, maka idealnya Anda memiliki dana darurat antara Rp30 juta hingga Rp60 juta. 

Dana ini akan memberikan perlindungan keuangan dan memungkinkan Anda bertahan tanpa penghasilan aktif dalam waktu tertentu, misalnya jika kehilangan pekerjaan.

Menabung atau Investasi? Kapan Waktu yang Tepat?

Banyak orang bingung kapan waktu yang tepat untuk menabung dan kapan harus berinvestasi. Jawabannya tergantung pada kondisi keuangan Anda saat ini. 

Jika dana darurat Anda belum mencapai angka ideal, maka fokuskan pada menabung terlebih dahulu. Setelah dana darurat tercukupi, Anda bisa mulai mengalihkan fokus ke investasi atau pembelian aset produktif.

Manfaat Menabung dan Investasi

  1. Menabung
    Menabung memberikan rasa aman dan persiapan untuk menghadapi situasi darurat. Meskipun tidak menghasilkan keuntungan besar, tabungan sangat berguna sebagai dana cadangan.

  2. Investasi
    Investasi memungkinkan Anda untuk membangun kekayaan dan meningkatkan penghasilan. Dengan berinvestasi, uang yang Anda miliki bekerja untuk Anda, memberikan keuntungan dalam jangka panjang.

Investasi dalam Aset Produktif untuk Cash Flow dan Capital Gain

Dalam dunia investasi, terdapat dua jenis keuntungan utama yang perlu dipahami: capital gain dan cash flow.

  1. Capital Gain (Pertumbuhan Modal)
    Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh dari kenaikan nilai aset seiring waktu, seperti investasi dalam tanah atau properti. Misalnya, tanah yang Anda beli saat ini mungkin akan bernilai lebih tinggi dalam 5 atau 10 tahun mendatang. Namun, investasi semacam ini tidak memberikan penghasilan rutin.

  2. Cash Flow (Penghasilan Rutin)
    Investasi dalam aset yang memberikan cash flow adalah investasi yang menghasilkan penghasilan rutin, seperti properti yang disewakan atau bisnis yang berjalan. Aset ini cocok bagi mereka yang ingin mendapatkan tambahan penghasilan bulanan atau tahunan.

Memilih antara capital gain dan cash flow tergantung pada tujuan finansial Anda. Jika Anda ingin menambah kekayaan, capital gain mungkin menjadi pilihan yang tepat. Namun, jika Anda ingin tambahan penghasilan bulanan, maka pilihlah aset yang menghasilkan cash flow.

Tips Memilih Aset Produktif

Investasi pada aset produktif harus dilakukan dengan hati-hati dan perencanaan yang matang. 

Berikut beberapa tips yang bisa dipertimbangkan:

  1. Pastikan Aset Dapat Memberikan Pemasukan Rutin
    Pilih aset yang mampu memberikan pemasukan, misalnya properti yang disewakan. Jika Anda membeli tanah, pastikan ada rencana yang jelas untuk menghasilkan keuntungan dari tanah tersebut, seperti membangun properti untuk disewakan atau dijual.

  2. Pertimbangkan Pajak dan Biaya Lainnya
    Investasi dalam properti, misalnya, tidak hanya memerlukan dana untuk membeli, tetapi juga untuk membayar pajak bumi dan bangunan (PBB) setiap tahun. Pastikan Anda siap untuk menanggung biaya-biaya ini agar investasi tidak menjadi beban.

  3. Lakukan Riset Mendalam Sebelum Membeli
    Sebelum memutuskan membeli aset, lakukan riset untuk memahami proyeksi keuntungan dan risiko yang mungkin dihadapi. Konsultasikan dengan ahli atau penasihat keuangan jika perlu.

Kesimpulan: Perencanaan Keuangan adalah Kunci

Mengontrol keinginan untuk meningkatkan gaya hidup dan mengelola keuangan dengan bijak adalah kunci kesehatan finansial. 

Sebelum memutuskan untuk meng-upgrade gaya hidup, pastikan penghasilan Anda cukup stabil dan dana darurat sudah tercukupi. 

Setelah itu, manfaatkan sisa uang untuk investasi dalam aset produktif yang bisa membantu Anda membangun kekayaan jangka panjang.

Dengan perencanaan yang matang, Anda dapat menjaga stabilitas keuangan sekaligus meningkatkan kekayaan secara bertahap tanpa harus terburu-buru. 

Ingat, membangun masa depan finansial yang kuat tidak perlu dilakukan dengan langkah besar, tetapi dengan keputusan bijak yang diambil setiap hari.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun