Kerugian terasa jauh lebih signifikan dan menyakitkan dibandingkan dengan rasa bahagia yang muncul akibat keuntungan.
Contohnya, dalam investasi, jika seseorang kehilangan Rp5 juta, perasaan negatif itu cenderung lebih kuat dan bertahan lama dibandingkan dengan rasa senang yang muncul saat mendapatkan keuntungan dengan nilai yang sama.Â
Hal ini sering kali mempengaruhi keputusan orang dalam menghadapi risiko, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengambilan keputusan bisnis dan finansial.
Dampak Loss Aversion dalam Kehidupan Sehari-hari
Ketakutan terhadap kerugian ini sering kali membuat orang lebih cenderung menghindari risiko.Â
Namun ironisnya, ketika mereka mencoba menghindari risiko secara sadar, mereka justru terjebak dalam risiko lain yang tidak mereka sadari. Contohnya bisa kita lihat dalam pengambilan keputusan bisnis.
Misalnya, ada seseorang yang dihadapkan pada pilihan untuk meminjam uang sebesar Rp100 juta untuk membangun bisnis, namun ia menolak karena takut bisnisnya gagal dan ia kehilangan uang.Â
Namun, ketika ditawarkan untuk membeli rumah dengan jumlah utang yang sama, orang tersebut lebih cenderung memilih membeli rumah.Â
Mengapa? Karena bisnis dianggap lebih berisiko dibandingkan dengan memiliki rumah.Â
Padahal, dengan membangun bisnis, ada potensi keuntungan yang bisa diraih, sementara dengan membeli rumah, tidak ada potensi keuntungan, atau bahkan ada kemungkinan kerugian akibat penyusutan nilai rumah.
Loss Aversion dan Keputusan Finansial
Fenomena yang sama juga berlaku dalam keputusan finansial lainnya, seperti pembelian mobil atau investasi.Â
Banyak orang lebih nyaman berutang untuk membeli mobil daripada meminjam uang untuk memulai bisnis.Â