Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Dua Sumber Utama Masalah Finansial: Gaya Hidup dan Utang

16 Oktober 2024   06:00 Diperbarui: 16 Oktober 2024   06:02 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi masalah finansial. sumber: freepik

Jika ada yang bertanya tentang apa penyebab utama berbagai kesulitan finansial yang kita hadapi, jawabannya sering kali berpusat pada dua masalah besar: gaya hidup yang tidak terkontrol dan utang. 

Kombinasi dari kedua faktor ini kerap kali menjadi penyebab utama seseorang mengalami masalah keuangan yang semakin memburuk. 

Ketika seseorang memiliki gaya hidup tinggi tetapi tidak mampu memenuhinya dengan pendapatan yang ada, utang sering kali menjadi solusi yang dipilih. 

Namun, solusi sementara ini justru menimbulkan masalah baru yang lebih besar. 

Kondisi ini semakin umum terjadi di Indonesia, khususnya di tengah meningkatnya penggunaan fasilitas paylater dan pinjaman online (pinjol).

Fenomena Gaya Hidup dan Utang di Indonesia

Per Agustus 2024, total nilai penggunaan paylater mencapai Rp26,37 triliun, sebuah angka yang fantastis. 

Lebih mencengangkan lagi, angka ini menunjukkan peningkatan lebih dari 70% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. 

Fakta ini menunjukkan ketergantungan masyarakat terhadap layanan paylater sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup.

Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah bagaimana paylater ini digunakan. 

Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebanyak 66,4% dari penggunaan paylater di Indonesia digunakan untuk belanja fashion. 

Sementara itu, 52,2% digunakan untuk membeli peralatan rumah tangga, 41% untuk peralatan elektronik, dan 34,5% untuk membeli laptop. 

Bahkan, 32,9% digunakan untuk perawatan tubuh. Ini menunjukkan bahwa mayoritas penggunaan paylater ditujukan untuk kebutuhan konsumtif.

Lebih parahnya lagi, banyak dari masyarakat yang juga terjerat dalam utang melalui pinjaman online (pinjol). 

Per Agustus 2024, jumlah pinjaman yang diambil oleh masyarakat Indonesia melalui pinjol mencapai Rp72,3 triliun. 

Ini adalah angka yang sangat besar, dan jika dibiarkan, utang ini berpotensi meningkat menjadi lebih dari Rp114 triliun hanya dalam waktu satu tahun. 

Fenomena ini menunjukkan betapa seriusnya masalah utang di Indonesia, terutama di kalangan masyarakat yang bergantung pada fasilitas pinjaman berbunga tinggi ini.

Usia Produktif Terjebak Utang

Satu hal yang sangat mengkhawatirkan adalah bahwa mayoritas pengguna paylater dan pinjol berada di usia produktif, yaitu antara 19 hingga 35 tahun. 

Pada usia ini, seseorang seharusnya berada dalam puncak produktivitas, memiliki potensi besar untuk bekerja dan menghasilkan pendapatan yang signifikan. 

Namun, banyak di antara mereka yang justru terjebak dalam lingkaran utang konsumtif, baik dari paylater maupun pinjaman online.

Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun mereka berada dalam usia produktif, pola pengelolaan keuangan yang buruk dapat menghambat potensi untuk mencapai kesejahteraan finansial. 

Alih-alih menabung atau berinvestasi, banyak dari mereka yang harus mengalokasikan pendapatan mereka untuk membayar cicilan utang yang terus menumpuk. 

Jika tidak segera diatasi, kondisi ini bisa berdampak pada stabilitas keuangan jangka panjang, bahkan menyebabkan kemiskinan di kemudian hari.

Mengapa Paylater dan Pinjaman Online Berbahaya?

Ada tiga alasan utama mengapa penggunaan paylater dan pinjaman online harus diwaspadai:

Efek Adiktif dari Paylater

Paylater menawarkan kemudahan bagi penggunanya untuk membeli barang tanpa harus membayarnya langsung. 

Misalnya, ketika seseorang ingin membeli sesuatu tetapi belum gajian, paylater memungkinkan mereka untuk segera mendapatkan barang yang diinginkan dan baru membayarnya kemudian. 

Namun, kemudahan ini dapat menimbulkan efek adiktif. Banyak orang menjadi ketagihan menggunakan paylater karena mereka merasa bisa menunda pembayaran. 

Akhirnya, tanpa disadari, mereka semakin sering berbelanja menggunakan fasilitas ini, yang lama-kelamaan bisa menciptakan beban finansial yang besar karena harus membayar cicilan secara terus-menerus.

Bunga Pinjaman Online yang Mencekik

Pinjaman online mungkin terlihat menarik dengan bunga yang sekilas tampak rendah, yaitu 0,3% per hari. Namun, jika dihitung secara keseluruhan, bunga ini sangat tinggi. 

Dalam waktu 10 hari, bunga yang dikenakan sudah mencapai 3%, dan dalam satu tahun bisa mencapai 108%. 

Dengan skema perhitungan yang menggunakan sistem harian, banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka sedang terjerat dalam utang yang semakin membengkak. 

Hal ini sangat membahayakan, terutama bagi mereka yang tidak mampu membayar tepat waktu, karena bunga terus bertambah dan utang semakin sulit dilunasi.

Pemiskinan Terstruktur

Orang-orang yang terjebak dalam utang, baik dari pinjol maupun paylater, sering kali tanpa sadar sedang mengalami pemiskinan terstruktur. 

Mereka mungkin merasa bahwa dengan meminjam uang mereka dapat memenuhi kebutuhan jangka pendek, namun di sisi lain, bunga yang terus bertambah akan membuat utang semakin sulit dilunasi. 

Jika tidak bijak, mereka bisa terjebak dalam siklus utang yang tidak pernah berakhir, di mana pendapatan yang mereka hasilkan habis hanya untuk membayar cicilan.

Dampak Jangka Panjang Utang Konsumtif

Salah satu contoh nyata adalah cerita dari seorang teman saya yang meminjam Rp5 juta melalui pinjaman online. 

Dalam waktu kurang dari tiga bulan, ia sudah harus membayar hampir Rp10 juta karena bunga yang terus berjalan dan skema pembayaran harian yang digunakan oleh pinjaman online. 

Skema semacam ini memang dirancang untuk memberikan keuntungan besar bagi penyedia pinjaman, tetapi sangat merugikan bagi peminjam, terutama jika mereka tidak mampu membayar utangnya tepat waktu.

Pinjaman online memang sering kali menawarkan solusi cepat untuk kebutuhan mendesak, namun dampak jangka panjangnya sangat berbahaya. 

Jika tidak digunakan dengan bijak, utang ini bisa menjadi beban finansial yang besar dan sulit dilunasi. 

Bahkan, ada kasus di mana orang menggunakan pinjaman online untuk kegiatan yang ilegal, seperti judi online, yang tentunya semakin memperparah kondisi finansial mereka.

Mengapa Banyak Orang Terjebak?

Ada beberapa alasan mengapa banyak orang terjebak dalam utang konsumtif, terutama dari paylater dan pinjaman online. Salah satunya adalah kurangnya edukasi finansial. 

Banyak orang yang tidak memahami betapa berbahayanya bunga tinggi dari pinjaman online, atau efek jangka panjang dari menggunakan paylater untuk kebutuhan konsumtif. 

Mereka mungkin merasa bahwa meminjam uang atau menggunakan paylater adalah solusi sementara yang mudah, tanpa menyadari bahwa mereka sedang masuk ke dalam siklus utang yang sulit dihentikan.

Selain itu, perubahan pola pikir juga menjadi faktor penting. Di era digital seperti sekarang, di mana segala sesuatu dapat diakses dengan mudah melalui ponsel, banyak orang merasa tergoda untuk segera memenuhi keinginan mereka. 

Mereka tidak lagi berpikir tentang menabung atau menunda pembelian sampai mereka benar-benar mampu membelinya. 

Kemudahan yang ditawarkan oleh paylater dan pinjaman online menciptakan pola konsumsi yang tidak sehat, di mana mereka terus-menerus berbelanja tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjangnya.

Bijak Mengelola Keuangan

Jika kamu ingin memiliki kondisi keuangan yang lebih baik dan terhindar dari jebakan utang konsumtif, penting untuk belajar mengelola keuangan dengan bijak. Berikut beberapa langkah yang dapat kamu lakukan:

  1. Hindari penggunaan paylater atau pinjaman online untuk kebutuhan konsumtif. Jika memang benar-benar membutuhkan sesuatu, seperti gadget atau laptop untuk keperluan kerja, paylater mungkin bisa menjadi solusi sementara. Namun, pastikan bahwa barang yang dibeli benar-benar bermanfaat untuk produktivitasmu.

  2. Fokus pada menabung dan berinvestasi. Daripada terus-menerus menghabiskan uang untuk membayar cicilan utang, cobalah untuk menabung atau berinvestasi. Ini akan memberikan dampak positif jangka panjang bagi kondisi keuanganmu.

  3. Pahami bunga dan skema pembayaran. Sebelum memutuskan untuk mengambil pinjaman, pastikan kamu memahami dengan jelas bagaimana bunga dan skema pembayaran bekerja. Jangan terjebak oleh bunga yang tampak kecil, karena bisa jadi dalam jangka panjang jumlah utangmu akan membengkak.

  4. Buat perencanaan keuangan yang jelas. Salah satu cara terbaik untuk menghindari utang adalah dengan membuat perencanaan keuangan yang jelas. Tentukan berapa banyak uang yang akan kamu alokasikan untuk tabungan, investasi, dan belanja. Ini akan membantumu mengelola keuangan dengan lebih baik dan mencegahmu terjebak dalam utang konsumtif.

Kesimpulan

Pada akhirnya, gaya hidup yang tidak terkontrol dan utang konsumtif adalah dua hal yang bisa menghancurkan stabilitas keuangan seseorang. 

Fasilitas paylater dan pinjaman online, meskipun menawarkan kemudahan dalam jangka pendek, sering kali membawa dampak negatif jangka panjang jika tidak digunakan dengan bijak. 

Untuk mencapai kesejahteraan finansial, kita harus belajar untuk mengelola keuangan dengan bijak, menghindari utang konsumtif, dan fokus pada investasi serta tabungan untuk masa depan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun