Ke depan, kita mungkin akan melihat Lipstick Index diterapkan tidak hanya pada barang-barang mewah kecil yang berbentuk fisik, tetapi juga pada layanan dan pengalaman digital.Â
Produk-produk seperti langganan layanan hiburan, konten eksklusif di platform online, atau bahkan pembelian item digital dalam gim online bisa menjadi contoh terbaru dari bagaimana konsumen tetap mencari cara untuk memanjakan diri, meskipun dalam bentuk yang berbeda.
Kesimpulan
Lipstick Index adalah salah satu fenomena menarik yang membantu kita memahami bagaimana perilaku konsumen bisa bertentangan dengan kondisi ekonomi makro.Â
Di tengah ekonomi yang sedang lesu, orang-orang tetap menemukan cara untuk memanjakan diri dengan membeli barang-barang kecil yang memberikan kepuasan psikologis, baik itu lipstik, gadget, atau bahkan layanan digital.Â
Fenomena ini juga mengungkapkan adanya kesenjangan daya beli di berbagai lapisan masyarakat, di mana kalangan menengah atas tetap memiliki kekuatan konsumsi yang signifikan meskipun ekonomi secara agregat melemah.
Dengan memahami Lipstick Index, kita dapat melihat gambaran yang lebih holistik tentang bagaimana konsumsi dan ekonomi berinteraksi, serta bagaimana perubahan dalam preferensi konsumen dapat menjadi penanda penting dalam membaca arah perekonomian ke depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H