Konsumen yang memiliki daya beli lebih tinggi atau memiliki simpanan uang bisa memanfaatkan kesempatan ini.Â
Harga kebutuhan pokok seperti beras, minyak, atau barang elektronik bisa turun, sehingga lebih terjangkau. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan inflasi pada beberapa sektor, seperti bahan makanan dan produk konsumen, sehingga daya beli masyarakat yang stabil bisa membeli barang dengan harga lebih murah.
2. Mata Uang Negara Menguat
Saat deflasi, mata uang negara cenderung menguat karena daya beli uang meningkat dan harga-harga barang turun.Â
Dalam konteks internasional, nilai tukar mata uang domestik biasanya lebih kuat dibandingkan mata uang asing, sehingga harga barang impor menjadi lebih murah.Â
Pada tahun 2024, penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat tercatat sebagai salah satu dampak dari deflasi di beberapa sektor. Ini menguntungkan bagi masyarakat yang sering membeli barang impor atau yang merencanakan liburan ke luar negeri.
3. Kesadaran Menabung Meningkat
Deflasi seringkali membuat masyarakat lebih sadar untuk menabung.Â
Orang-orang cenderung lebih hati-hati dalam mengeluarkan uang, dan kebiasaan ini bisa membantu kita bertahan dalam jangka panjang.Â
Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terjadi peningkatan signifikan dalam pembukaan rekening tabungan di beberapa bank besar selama periode deflasi.Â
Banyak masyarakat yang mulai mengalokasikan lebih banyak uang untuk tabungan, yang menunjukkan kesadaran akan pentingnya memiliki dana cadangan.
4. Munculnya Gaya Hidup Hemat (Frugal Living)
Deflasi mendorong orang untuk lebih bijaksana dalam mengatur keuangan.Â
Gaya hidup hemat atau frugal living menjadi semakin populer, terutama di kalangan anak muda.Â