Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Deflasi Empat Bulan Berturut-turut, Tanda-tanda Krisis Ekonomi atau Sekadar Penyesuaian Harga?

19 September 2024   06:00 Diperbarui: 19 September 2024   06:06 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi deflasi. sumber: freepik

Indonesia saat ini menghadapi situasi ekonomi yang agak membingungkan dengan adanya deflasi yang berlangsung selama empat bulan berturut-turut, dimulai dari Mei hingga Agustus 2024. 

Meskipun durasi deflasi kali ini belum mencapai panjangnya periode deflasi pada krisis ekonomi 1998-1999, situasinya tetap menimbulkan kekhawatiran. 

Definisi Deflasi dan Penyebabnya

Deflasi adalah kondisi di mana terjadi penurunan harga barang dan jasa secara umum dalam suatu periode tertentu. Deflasi sering kali disebabkan oleh dua faktor utama: kelebihan pasokan barang dan penurunan daya beli masyarakat.

1. Kelebihan Pasokan Barang

Deflasi bisa terjadi jika pasokan barang di pasar melebihi permintaan. Dalam situasi ini, banyak barang yang tidak terjual sehingga harga harus diturunkan untuk menarik konsumen. 

Misalnya, jika ada panen besar bawang merah atau cabai yang melebihi kebutuhan pasar, harga dari barang-barang tersebut dapat turun tajam.

2. Penurunan Daya Beli Masyarakat

Deflasi juga bisa terjadi akibat penurunan daya beli masyarakat. 

Ketika konsumen tidak memiliki cukup uang untuk membeli barang dan jasa, permintaan menurun, dan harga barang dapat turun sebagai respons terhadap kurangnya permintaan. 

Penurunan daya beli sering kali berhubungan dengan kondisi ekonomi yang melemah, pengangguran yang meningkat, atau ketidakpastian ekonomi yang tinggi.

Deflasi di Indonesia: Sejarah dan Tren Terkini

Deflasi di Indonesia bukanlah fenomena baru. Negara ini telah mengalami beberapa periode deflasi yang signifikan di masa lalu:

1. Krisis Ekonomi 1998-1999

Selama krisis ekonomi Asia yang melanda pada akhir 1990-an, Indonesia mengalami deflasi yang berkepanjangan. Dari Maret hingga September 1999, deflasi terjadi selama tujuh bulan berturut-turut. 

Krisis ini ditandai dengan penurunan drastis dalam pertumbuhan ekonomi, nilai tukar mata uang yang melemah, dan ketidakstabilan ekonomi secara umum.

2. Krisis Global 2008

Pada krisis ekonomi global yang dimulai pada tahun 2008, Indonesia mengalami deflasi selama dua bulan, yaitu dari Desember 2008 hingga Januari 2009. 

Krisis ini disebabkan oleh runtuhnya pasar perumahan di Amerika Serikat dan dampaknya yang meluas ke seluruh dunia, mempengaruhi pasar global dan ekonomi negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

3. Pandemi COVID-19 2020

Selama pandemi COVID-19, Indonesia mengalami deflasi selama tiga bulan berturut-turut, dari Juli hingga September 2020. 

Pandemi menyebabkan gangguan besar dalam rantai pasokan, penurunan konsumsi, dan ketidakpastian ekonomi yang mempengaruhi daya beli masyarakat.

Deflasi 2024: Apa yang Terjadi?

Deflasi Tahun Ini: Data dan Tren

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia telah mengalami deflasi selama empat bulan berturut-turut, yaitu:

  • Mei 2024: Deflasi sebesar 0,03%
  • Juni 2024: Deflasi sebesar 0,08%
  • Juli 2024: Deflasi semakin dalam dengan deflasi sebesar 0,18%
  • Agustus 2024: Deflasi kembali menjadi 0,03%

Deflasi yang berkepanjangan ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan di pasar. 

Sebagai perbandingan, deflasi yang terjadi pada tahun ini telah lebih lama dibandingkan dengan deflasi yang terjadi selama pandemi COVID-19.

Meskipun penurunan harga barang bisa terlihat menguntungkan bagi konsumen dalam jangka pendek, dampak jangka panjangnya perlu dipertimbangkan dengan hati-hati.

Jika situasi ini terus berlanjut, dampaknya bisa mendekati tingkat deflasi yang terjadi pada krisis ekonomi 1998-1999.

Dampak Deflasi pada Ekonomi dan Masyarakat

Deflasi dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap ekonomi dan masyarakat, yang tidak selalu positif:

1. Lingkaran Setan Ekonomi

Deflasi dapat menciptakan lingkaran setan di mana penurunan harga menyebabkan masyarakat menunda konsumsi. 

Penurunan permintaan ini berakibat pada penurunan produksi, yang kemudian mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. 

Akibatnya, perusahaan mungkin memotong gaji atau bahkan melakukan PHK, yang pada gilirannya mengurangi daya beli lebih lanjut dan melanjutkan siklus deflasi.

2. Dampak pada Investasi

Bagi investor, deflasi berarti penurunan nilai investasi seperti saham dan obligasi. 

Penurunan harga dapat mengurangi laba perusahaan, yang berdampak negatif pada nilai saham. 

Obligasi juga bisa terpengaruh karena deflasi mengindikasikan ketidakpastian ekonomi yang tinggi.

3. Pertumbuhan Ekonomi yang Melambat

Deflasi yang berkepanjangan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. 

Ketika masyarakat dan perusahaan menghadapi ketidakpastian mengenai harga dan pendapatan, mereka mungkin menunda investasi dan konsumsi, yang dapat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dalam jangka panjang.

Pandangan Pemerintah dan Kebijakan Terkait

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan pandangannya bahwa deflasi saat ini lebih disebabkan oleh menurunnya harga bahan pangan, bukan semata-mata melemahnya daya beli masyarakat. 

Menurut Ibu Sri Mulyani, penurunan harga bahan pangan seperti bawang merah, cabai merah, tomat, daging ayam ras, dan telur ayam ras adalah penyebab utama deflasi yang terjadi.

Pemerintah juga telah mengimplementasikan berbagai kebijakan untuk mengatasi dampak deflasi dan menjaga stabilitas harga. 

Misalnya, intervensi pasar untuk mengatur harga pangan dan upaya untuk meningkatkan daya beli masyarakat melalui program sosial dan subsidi.

Dampak terhadap Kehidupan Sehari-Hari

Sebagai individu, Anda mungkin merasakan dampak deflasi dalam berbagai cara. 

Meskipun harga barang mungkin turun, jika pendapatan Anda juga menurun atau tidak naik seiring dengan penurunan harga, maka daya beli Anda mungkin tetap tertekan. 

Diskon dan promosi bisa jadi tidak cukup untuk mengatasi penurunan daya beli yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi yang lebih luas.

Jika Anda merasakan bahwa harga barang-barang tertentu menurun tetapi Anda tetap merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, itu bisa jadi indikasi bahwa masalah deflasi dan melemahnya daya beli berdampak langsung pada kehidupan Anda.

Penutup 

Deflasi yang berkepanjangan adalah tanda bahwa ekonomi menghadapi tantangan besar. Penting untuk memantau perkembangan deflasi dan memahami dampaknya terhadap ekonomi dan kehidupan sehari-hari. 

Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mengatasi deflasi dan memastikan bahwa dampaknya tidak merugikan perekonomian secara keseluruhan.

Sebagai individu, Anda bisa melakukan beberapa langkah untuk menghadapi dampak deflasi, seperti merencanakan anggaran dengan hati-hati, memanfaatkan diskon dengan bijaksana, dan tetap waspada terhadap perubahan ekonomi yang mempengaruhi daya beli Anda. 

Dengan pendekatan yang bijak dan perhatian terhadap perubahan ekonomi, kita dapat menghadapi tantangan ini dan menjaga stabilitas ekonomi serta kesejahteraan masyarakat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun