Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Media Sosial: Sarana Belajar atau Sumber Kebodohan?

2 September 2024   06:00 Diperbarui: 3 September 2024   00:10 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Indonesia, media sosial telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. 

Dulu, platform ini hanya digunakan untuk komunikasi pribadi---mengirim pesan singkat, berbagi foto, atau update status. 

Namun kini, media sosial telah merambah ke hampir semua aspek kehidupan kita. Dari hiburan, bisnis, politik, hingga pendidikan, media sosial telah menjadi bagian penting dalam aktivitas sehari-hari.

Menurut data terbaru, sekitar 79% populasi Indonesia merupakan pengguna aktif media sosial. 

Angka ini menunjukkan betapa besarnya peran media sosial dalam kehidupan masyarakat kita. Hal ini juga berarti bahwa apa pun yang terjadi di media sosial akan memiliki dampak langsung pada masyarakat luas. 

Konten-konten yang disebarkan melalui platform ini akan mempengaruhi cara berpikir, bertindak, dan bahkan cara kita melihat diri kita sendiri.

Namun, seiring dengan perkembangan ini, muncul pula tantangan-tantangan baru. 

Meskipun media sosial menawarkan banyak peluang positif---seperti edukasi, networking, dan bisnis---banyak pengguna yang terjebak dalam pola konsumsi yang tidak sehat. 

Mereka lebih memilih konten yang sekadar menghibur daripada yang mendidik. 

Konten yang hanya mengejar sensasi, kontroversi, dan kepopuleran sering kali lebih diminati daripada konten yang benar-benar memberikan nilai tambah.

Pola Konsumsi Media Sosial di Masyarakat Indonesia

Salah satu masalah terbesar yang kita hadapi saat ini adalah pola konsumsi media sosial yang kurang bijak. 

Kita sering kali menggunakan media sosial hanya untuk mencari hiburan, mengisi waktu luang, atau bahkan sekadar melarikan diri dari kenyataan. 

Akibatnya, kita mengabaikan potensi besar yang dimiliki media sosial sebagai alat untuk belajar, berkembang, dan berkontribusi bagi masyarakat.

Mari kita renungkan sejenak: berapa banyak waktu yang kita habiskan setiap hari untuk menggulir konten di media sosial? 

Dan berapa banyak dari konten tersebut yang benar-benar memberikan manfaat bagi diri kita? 

Jika kita jujur, mungkin sebagian besar dari kita akan mengakui bahwa kita lebih sering menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak produktif---menonton video lucu, membaca gosip selebriti, atau mengikuti tren-tren yang sebenarnya tidak relevan dengan kehidupan kita.

Ini adalah realitas yang perlu kita sadari. Dalam era di mana informasi tersedia di ujung jari kita, kita justru semakin terperangkap dalam 'bubble' yang kita ciptakan sendiri. 

Kita hanya melihat apa yang ingin kita lihat, mendengar apa yang ingin kita dengar, dan mengabaikan segala sesuatu yang berada di luar zona nyaman kita.

Dampak Media Sosial Terhadap Kualitas Masyarakat

Dampak dari pola konsumsi media sosial yang tidak sehat ini sangat nyata. 

Ketika konten-konten yang viral lebih sering berupa hal-hal yang tidak bermutu---seperti prank, drama bucin, atau tantangan-tantangan berbahaya---maka kita sedang membangun masyarakat yang terobsesi pada hal-hal yang dangkal dan tidak mendidik.

Media sosial yang seharusnya bisa menjadi alat untuk meningkatkan literasi dan pengetahuan justru sering kali menjadi sumber kebodohan massal. 

Konten-konten yang viral cenderung yang kontroversial, memancing emosi, atau bahkan yang mempromosikan perilaku negatif. 

Di sisi lain, konten-konten yang mendidik, memperkaya wawasan, dan mendorong perubahan positif malah sering kali sepi peminat.

Kondisi ini mencerminkan betapa rendahnya minat masyarakat kita terhadap literasi dan edukasi. Hal ini tidak hanya merugikan individu secara pribadi, tetapi juga merusak kualitas masyarakat secara keseluruhan. 

Ketika kebodohan dan kontroversi lebih disukai daripada pengetahuan dan kebijaksanaan, maka kita sedang menciptakan generasi yang tidak siap menghadapi tantangan masa depan.

Mencari Jalan Keluar dari Siklus Kebodohan

Mengubah pola konsumsi media sosial masyarakat tentu bukan perkara mudah. Ini bukan hanya tentang mengubah kebiasaan individu, tetapi juga tentang merombak sistem yang telah terbentuk. 

Meskipun begitu, perubahan tetap mungkin dilakukan, dimulai dari langkah-langkah kecil yang bisa diambil oleh setiap individu.

Pertama-tama, kita perlu menyadari bahwa media sosial adalah alat yang netral---bukan baik, bukan pula buruk. 

Kualitas dari apa yang kita konsumsi melalui media sosial sangat tergantung pada pilihan kita sendiri. 

Jika kita terus-menerus memilih untuk mengonsumsi konten-konten yang tidak bermutu, maka kita hanya akan mendapatkan hal-hal yang tidak bermutu pula. 

Sebaliknya, jika kita mulai selektif dalam memilih konten---hanya mengonsumsi konten yang edukatif, inspiratif, dan membangun---maka kita akan merasakan perubahan positif dalam diri kita sendiri.

Kedua, kita perlu mulai mendukung konten-konten yang bermutu. Di tengah maraknya konten-konten sampah, ada banyak kreator yang berusaha menyajikan konten-konten berkualitas yang bisa memberikan nilai tambah bagi penontonnya. 

Namun, sering kali mereka kalah bersaing dengan konten-konten yang lebih sensasional. 

Sebagai pengguna media sosial yang bertanggung jawab, kita bisa membantu mengubah ini dengan memberikan dukungan kepada para kreator konten yang membawa dampak positif.

Ketiga, kita perlu mulai mempraktikkan literasi digital dengan lebih baik. 

Literasi digital bukan hanya tentang kemampuan menggunakan teknologi, tetapi juga tentang kemampuan memahami, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dengan bijak. 

Dengan literasi digital yang baik, kita bisa lebih kritis dalam menilai konten-konten yang kita konsumsi, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang salah atau menyesatkan.

Menuju Masa Depan yang Lebih Baik

Media sosial memiliki potensi yang luar biasa untuk mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik. 

Namun, potensi ini hanya bisa terwujud jika kita, sebagai pengguna, mulai mengambil tanggung jawab atas apa yang kita konsumsi dan bagikan. 

Jangan biarkan media sosial menjadi sumber kebodohan dan ketidaktahuan, tetapi jadikanlah sebagai alat untuk belajar, berkembang, dan membawa perubahan positif dalam masyarakat.

Akhirnya, perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Mari kita mulai dari diri kita sendiri. 

Jadilah konsumen konten yang bijak, dukung para kreator konten yang berkualitas, dan praktikkan literasi digital dengan baik. 

Jika kita bisa melakukan ini, kita bukan hanya akan mengubah diri kita sendiri, tetapi juga akan memberikan kontribusi bagi masa depan yang lebih baik bagi masyarakat kita.

Ingatlah, media sosial adalah cerminan dari siapa kita sebagai individu dan sebagai masyarakat. 

Apa yang kita pilih untuk konsumsi akan membentuk siapa kita dan bagaimana dunia melihat kita. Jadi, pilihlah dengan bijak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun