Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Malang, suka menulis tentang ekonomi dan puisi, pegiat literasi keuangan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengapa Hidup Terasa Monoton di Usia Paruh Baya? Ini Penjelasannya

25 Agustus 2024   06:00 Diperbarui: 25 Agustus 2024   06:05 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebahagiaan adalah salah satu tujuan hidup yang paling dikejar manusia. Namun, kebahagiaan bukanlah sesuatu yang statis, ia berfluktuasi seiring perjalanan hidup. 

Sebuah model psikologis yang dikenal sebagai U-shape of happiness mengungkapkan bahwa kebahagiaan cenderung lebih tinggi saat seseorang masih anak-anak dan remaja, kemudian mengalami penurunan seiring bertambahnya usia, mencapai titik terendah pada paruh baya, sebelum akhirnya meningkat kembali ketika seseorang menua. 

Model ini menggambarkan sebuah pola yang menarik dan banyak dialami oleh orang-orang di seluruh dunia. 

Tetapi mengapa kebahagiaan cenderung menurun di paruh baya, dan apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi perasaan stagnasi yang sering muncul pada fase kehidupan ini?

Mengapa Kebahagiaan Menurun di Paruh Baya?

Paruh baya, biasanya berada di rentang usia 40 hingga 60 tahun, seringkali merupakan masa di mana seseorang mulai merasa hidupnya stagnan. 

Ini adalah periode di mana banyak orang mencapai puncak karir mereka, memiliki stabilitas finansial, dan biasanya menetap dalam rutinitas harian yang mapan. 

Di permukaan, ini tampak seperti pencapaian yang luar biasa, tetapi bagi banyak orang, perasaan pencapaian ini tidak selalu berbanding lurus dengan kebahagiaan.

Meskipun seseorang mungkin memiliki karir yang sukses dan kehidupan yang stabil, tinggal terlalu lama di zona nyaman bisa membuat seseorang merasa terjebak. 

Pekerjaan yang dulu memacu adrenalin kini terasa seperti rutinitas yang membosankan. 

Keluarga yang dulunya menjadi sumber kebahagiaan kini menjadi tanggung jawab yang penuh dengan tekanan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun