Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Malang, suka menulis tentang ekonomi dan puisi, pegiat literasi keuangan

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Tantangan Ekonomi Generasi Z, Stigma dan Realitas yang Harus Dipahami

21 Agustus 2024   06:00 Diperbarui: 21 Agustus 2024   06:13 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi Z, sering disebut Gen Z, adalah angkatan kerja termuda saat ini dan tengah menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan. 

Dalam lima tahun terakhir, generasi ini telah mengalami dinamika ekonomi yang sangat kompleks dan beragam, terutama setelah pandemi COVID-19. 

Meskipun sering dihujat dan disalahpahami oleh masyarakat, penting untuk memahami bahwa Gen Z berada dalam situasi yang unik dan menghadapi berbagai tekanan yang tidak dihadapi oleh generasi sebelumnya.

Teknologi dan Media Sosial

Generasi Z tumbuh di era digital, di mana teknologi dan media sosial menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka. 

Mereka lahir dan dibesarkan dalam lingkungan yang dipenuhi dengan informasi yang cepat dan aksesibilitas tinggi ke berbagai platform digital. 

Internet dan media sosial bukan hanya sumber hiburan, tetapi juga menjadi pusat utama untuk mendapatkan informasi, berinteraksi dengan orang lain, dan membentuk persepsi mereka tentang dunia.

Salah satu dampak terbesar dari konsumsi media sosial adalah bagaimana Gen Z membandingkan hidup mereka dengan gambaran ideal yang ditampilkan di platform tersebut. 

Media sosial sering kali menampilkan citra kehidupan yang glamor dan ideal, yang dapat menimbulkan perasaan tidak puas atau tekanan untuk memenuhi standar yang tidak realistis. 

Misalnya, keinginan untuk mengunjungi tempat-tempat viral, membeli gadget mahal, atau mengikuti tren terbaru dapat mengarah pada pola konsumsi yang boros dan tidak berkelanjutan.

Selain itu, fenomena "healing" atau pencarian pengalaman yang dianggap sebagai pelarian dari rutinitas sehari-hari juga menjadi bagian dari gaya hidup Gen Z. 

Hal ini sering kali mendorong mereka untuk mengeluarkan uang untuk pengalaman atau barang-barang yang dianggap dapat memberikan kepuasan sementara. 

Masalahnya, pola konsumsi ini sering kali berdampak pada kesehatan keuangan mereka, dengan kecenderungan untuk berutang atau mencari jalan pintas untuk memenuhi keinginan jangka pendek.

Tantangan Ekonomi dan Persaingan Kerja

Dalam hal ekonomi, Gen Z menghadapi tantangan yang jauh lebih berat dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Salah satu tantangan utama adalah persaingan di pasar tenaga kerja. 

Meskipun Gen Z adalah angkatan kerja yang paling banyak saat ini, kebutuhan akan tenaga kerja justru mengalami penurunan sejak pandemi COVID-19 pada tahun 2020. 

Pandemi tidak hanya menghentikan banyak bisnis, tetapi juga mempercepat pergeseran menuju otomatisasi dan penggunaan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI).

Dengan berkembangnya teknologi, Gen Z tidak hanya bersaing dengan sesama manusia, tetapi juga dengan mesin dan algoritma yang semakin canggih. 

Ini berarti bahwa peluang kerja yang ada mungkin tidak sebanyak yang diharapkan, dan pekerjaan yang tersedia sering kali membutuhkan keterampilan teknologi yang tinggi. 

Akibatnya, banyak dari mereka harus terus-menerus meningkatkan keterampilan mereka untuk tetap relevan di pasar tenaga kerja yang terus berubah.

Selain itu, Gen Z juga sering berada dalam posisi sebagai generasi sandwich. Mereka harus menopang kebutuhan finansial generasi sebelumnya (misalnya, orang tua yang sudah pensiun) sambil menghadapi tuntutan hidup yang semakin tinggi. 

Kenaikan biaya hidup dan inflasi yang tinggi sering kali membuat mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar, apalagi menabung untuk masa depan. 

Belum lagi fluktuasi nilai tukar yang tidak stabil, yang dapat mempengaruhi daya beli dan menambah tekanan finansial mereka.

Kestabilan Ekonomi dan Kebutuhan Hidup Produktif

Generasi Z juga harus menghadapi tuntutan untuk hidup produktif yang lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. Di era digital saat ini, memiliki peralatan dan layanan yang tepat adalah suatu keharusan. 

Mereka memerlukan smartphone, laptop, pulsa, kuota internet, serta langganan berbagai layanan online untuk dapat bersaing di pasar tenaga kerja dan memenuhi tuntutan pekerjaan. 

Semua kebutuhan ini menambah beban finansial mereka, dan sering kali memaksa mereka untuk mengalokasikan sebagian besar pendapatan mereka untuk biaya teknologi dan layanan digital.

Menurut laporan dari Ernst & Young (EY) dan Deloitte, tingkat kecemasan finansial di kalangan Gen Z terus meningkat. Pada tahun 2019, sekitar 30% dari mereka merasa cemas tentang situasi finansial mereka. 

Angka ini naik menjadi 46% pada tahun 2021, dan semakin tinggi lagi menjadi 54% pada tahun 2023. Kecemasan ini mencerminkan betapa beratnya beban finansial yang mereka rasakan dan bagaimana mereka terus-menerus merasa tidak aman secara ekonomi.

Stigma Negatif dan Realitas Generasi Z

Banyak pihak melihat Gen Z hanya dari sisi negatif, sering kali menganggap mereka sebagai generasi yang lemah, mudah stres, dan terlalu bergantung pada solusi instan. 

Stigma-stigma ini sering kali mengabaikan kenyataan bahwa mereka berada dalam situasi yang sangat berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. 

Masyarakat cenderung melupakan bahwa Gen Z menghadapi tantangan sosial dan ekonomi yang rumit yang tidak pernah dihadapi oleh generasi sebelumnya.

Misalnya, tantangan seperti pergeseran cepat dalam teknologi, krisis ekonomi global, dan perubahan iklim memberikan tekanan tambahan yang tidak dihadapi oleh generasi sebelumnya. 

Selain itu, ekspektasi tinggi dari media sosial dan standar hidup yang sering kali tidak realistis juga menambah beban mereka. 

Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa banyak dari tantangan yang mereka hadapi adalah hasil dari faktor eksternal yang tidak dapat mereka kontrol.

Perlunya Literasi Keuangan yang Baik

Salah satu cara untuk membantu Gen Z mengatasi tantangan ini adalah dengan memberikan pemahaman tentang literasi keuangan yang baik dan sehat. 

Literasi keuangan melibatkan pemahaman tentang cara mengelola uang, membuat anggaran, berinvestasi, dan merencanakan masa depan finansial. 

Dengan memiliki keterampilan ini, Gen Z dapat lebih baik dalam mengatur keuangan mereka sesuai dengan prioritas yang tepat dan menghindari jebakan finansial yang umum.

Literasi keuangan yang baik juga dapat membantu Gen Z membuat keputusan finansial yang lebih cerdas. 

Alih-alih terjebak dalam pola konsumsi yang boros atau mencari jalan pintas untuk memenuhi keinginan jangka pendek, mereka dapat belajar bagaimana merencanakan dan mengelola keuangan mereka untuk mencapai tujuan jangka panjang. 

Misalnya, memahami konsep menabung secara otomatis, berinvestasi untuk masa depan, dan menghindari utang yang tidak perlu adalah keterampilan yang sangat berharga.

Kesimpulan

Generasi Z memang menghadapi tantangan yang luar biasa, baik dari sisi sosial maupun ekonomi. 

Mereka berada dalam situasi yang unik dan penuh tekanan, yang sering kali tidak sepenuhnya dipahami oleh generasi sebelumnya. 

Daripada terus-menerus memberikan stigma negatif, kita harus memberikan dukungan yang mereka butuhkan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. 

Dengan memahami situasi mereka secara lebih mendalam dan memberikan mereka alat serta pengetahuan yang tepat, kita dapat membantu Gen Z untuk mengatasi hambatan-hambatan yang mereka hadapi dan membangun masa depan yang lebih cerah. 

Literasi keuangan yang baik adalah salah satu kunci untuk mencapai tujuan ini, dan menjadi tanggung jawab kita bersama untuk memastikan bahwa generasi ini mendapatkan bimbingan dan dukungan yang mereka butuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun