Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Rahasia Hidup Nyaman di Usia 40: Kuasai Kebiasaan Finansial Ini

15 Agustus 2024   06:00 Diperbarui: 15 Agustus 2024   14:31 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi hidup nyaman di usia 40 tahun. sumber: freepik

Seiring bertambahnya usia, kita akan semakin kaya dengan pengalaman hidup yang tak ternilai harganya. 

Pada usia 20-an, mungkin kita masih sibuk mengeksplorasi berbagai aspek kehidupan, mencoba berbagai hal baru, dan masih mencari jati diri. 

Memasuki usia 30-an, kita mulai menstabilkan karier, mungkin membangun keluarga, dan mulai berpikir lebih serius tentang masa depan. 

Ketika memasuki usia 40-an, kebanyakan dari kita sudah memiliki pandangan yang lebih matang dan realistis tentang kehidupan, terutama dalam hal keuangan. 

Oleh karena itu, sangat penting untuk menguasai beberapa kebiasaan finansial sebelum mencapai usia 40, agar kita dapat menghadapi masa depan dengan lebih percaya diri dan siap.

1. Hidup di Bawah Penghasilan

Kebiasaan pertama dan paling fundamental yang perlu kita kuasai adalah hidup di bawah penghasilan. 

Hidup di bawah penghasilan berarti kita tidak menghabiskan semua pendapatan yang kita peroleh, atau lebih buruk lagi, mengeluarkan lebih dari yang kita hasilkan. 

Hidup dengan cara ini membutuhkan disiplin dan perencanaan yang matang, tetapi manfaat jangka panjangnya sangat besar.

Mengapa ini penting? Karena hidup di bawah penghasilan memungkinkan kita untuk menabung dan berinvestasi, dua hal yang sangat penting untuk masa depan finansial yang stabil. 

Tanpa menabung, kita tidak akan memiliki dana darurat untuk menghadapi situasi tak terduga, seperti kehilangan pekerjaan atau kebutuhan medis mendesak. 

Tanpa investasi, kita tidak akan mampu mengembangkan kekayaan kita dan mencapai tujuan-tujuan besar dalam hidup, seperti membeli rumah, membiayai pendidikan anak-anak, atau mempersiapkan pensiun.

Untuk bisa hidup di bawah penghasilan, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah membuat anggaran atau budget. Anggaran adalah alat yang sangat penting karena membantu kita memahami ke mana uang kita pergi setiap bulan. 

Dengan membuat anggaran, kita bisa mengatur pengeluaran kita sehingga sesuai dengan pendapatan, dan memastikan bahwa kita tidak menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak perlu.

Anggaran bulanan yang baik akan mencakup semua aspek keuangan kita, mulai dari kebutuhan dasar seperti makanan dan transportasi, hingga utang, tabungan, dan sedekah. 

Setiap rupiah yang kita hasilkan harus dialokasikan dengan bijak. Sebagai contoh, jika kita memiliki utang, prioritas pertama dalam anggaran adalah membayar utang tersebut. 

Setelah itu, kita perlu menyisihkan uang untuk tabungan dan investasi. Hanya setelah semua kebutuhan dasar dan kewajiban terpenuhi, barulah kita bisa menggunakan sisa uang untuk hiburan atau keinginan pribadi.

Dengan demikian, hidup di bawah penghasilan bukan hanya tentang mengurangi pengeluaran, tetapi juga tentang membuat keputusan finansial yang cerdas dan berfokus pada masa depan. Ini adalah dasar dari keamanan finansial dan ketenangan pikiran.

2. Berpikir Minimalis: Menemukan Kebahagiaan di Luar Materi

Kebiasaan kedua yang perlu dikembangkan adalah berpikir minimalis. 

Di era modern ini, kita sering kali dibombardir dengan pesan-pesan yang mendorong kita untuk memiliki lebih banyak barang, lebih banyak kekayaan, dan lebih banyak status sosial. 

Namun, berpikir minimalis mengajarkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak harus berasal dari memiliki banyak barang, tetapi dari merasakan kepuasan dan syukur dengan apa yang kita miliki.

Berpikir minimalis bukan berarti kita harus hidup miskin atau tidak boleh memiliki barang-barang mewah. 

Sebaliknya, ini tentang memahami bahwa kebahagiaan dan kualitas hidup tidak selalu berkaitan dengan kuantitas barang yang kita miliki. 

Terlalu sering, kita terjebak dalam siklus konsumsi yang tidak ada habisnya, di mana kita selalu merasa perlu memiliki barang terbaru atau terbaik, hanya untuk mendapati bahwa kebahagiaan yang kita cari ternyata tidak bisa dibeli dengan uang.

Dalam konteks finansial, berpikir minimalis dapat membantu kita mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, sehingga kita bisa lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar penting. 

ilustrasi ruangan dengan gaya minimalis. sumber: freepik
ilustrasi ruangan dengan gaya minimalis. sumber: freepik

Misalnya, alih-alih membeli mobil baru setiap beberapa tahun, kita bisa mempertimbangkan untuk merawat mobil yang sudah kita miliki dengan baik, dan menggunakan uang yang kita hemat untuk investasi atau menabung untuk masa depan.

Berpikir minimalis juga mengajarkan kita untuk lebih menghargai pengalaman dan hubungan daripada barang-barang materi. 

Daripada menghabiskan uang untuk barang-barang yang mungkin hanya memberikan kepuasan sementara, kita bisa menginvestasikan waktu dan uang kita untuk hal-hal yang memberikan kebahagiaan jangka panjang, seperti bepergian, belajar hal baru, atau membangun hubungan yang lebih erat dengan keluarga dan teman.

Dengan mengadopsi pola pikir minimalis, kita bisa keluar dari siklus konsumsi yang tidak sehat dan fokus pada apa yang benar-benar penting dalam hidup. 

Ini bukan hanya membantu kita menghemat uang, tetapi juga membantu kita menemukan kebahagiaan dan kepuasan yang lebih dalam.

3. Membuat Budget atau Anggaran

Kebiasaan finansial ketiga yang harus dikuasai adalah membuat budget atau anggaran. 

Banyak orang merasa bahwa membuat anggaran adalah pekerjaan yang membosankan atau bahkan menakutkan, tetapi kenyataannya, anggaran adalah alat yang sangat berguna dan penting dalam mengelola keuangan kita.

Anggaran memungkinkan kita untuk merencanakan keuangan kita dengan lebih baik, sehingga kita tahu persis ke mana uang kita pergi setiap bulan. 

Dengan anggaran, kita bisa memastikan bahwa semua kebutuhan dasar terpenuhi, utang dibayar, dan masih ada uang yang tersisa untuk ditabung atau diinvestasikan. 

Tanpa anggaran, kita mungkin cenderung menghabiskan uang dengan tidak terencana, sehingga sering kali kehabisan uang sebelum akhir bulan.

Membuat anggaran tidak harus rumit. Bahkan anggaran yang sederhana sekalipun bisa sangat membantu dalam mengelola keuangan kita. 

Yang penting adalah konsistensi dan disiplin dalam menjalankan anggaran tersebut. Setiap bulan, kita perlu memeriksa anggaran kita dan melihat apakah ada pos pengeluaran yang bisa dikurangi atau dialihkan ke hal-hal yang lebih penting.

Selain itu, anggaran juga memberikan kebebasan. Meskipun terdengar berlawanan, anggaran sebenarnya memberikan kita kebebasan untuk mengontrol uang kita sendiri, daripada sebaliknya. 

Dengan anggaran, kita tahu persis berapa banyak uang yang bisa kita belanjakan untuk hiburan, misalnya, tanpa harus merasa bersalah atau khawatir tentang keuangan kita. 

Ini memberikan rasa tenang dan kepuasan, karena kita tahu bahwa keuangan kita terorganisir dengan baik dan kita bisa menikmati hidup tanpa khawatir.

4. Memutus Siklus Kebiasaan Finansial yang Buruk

Kebiasaan finansial terakhir yang perlu dikuasai sebelum usia 40 adalah memutus siklus kebiasaan finansial yang buruk yang mungkin diwariskan oleh keluarga kita. 

Setiap keluarga memiliki kebiasaan dan nilai-nilai tertentu dalam hal keuangan, dan sering kali, kebiasaan-kebiasaan ini diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Namun, tidak semua kebiasaan finansial yang diwariskan adalah baik. 

Beberapa mungkin merupakan kebiasaan buruk yang dapat merugikan kita dalam jangka panjang, seperti kecenderungan untuk hidup di luar kemampuan, tidak menabung, atau mengandalkan utang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Sebelum usia 40, penting bagi kita untuk menyadari kebiasaan-kebiasaan ini dan mengambil langkah-langkah untuk mengubahnya.

Mengubah kebiasaan finansial yang buruk tidak selalu mudah, tetapi ini adalah langkah penting untuk mencapai keamanan finansial dan membangun warisan positif bagi generasi berikutnya. 

Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan mengajarkan anak-anak kita tentang nilai-nilai finansial yang baik sejak dini. 

Misalnya, kita bisa mengajarkan mereka untuk menabung dan menghargai uang dengan memberikan reward atas usaha mereka, daripada memberikan uang saku secara cuma-cuma.

Selain itu, kita juga perlu belajar untuk menunda kepuasan. Dalam dunia yang serba cepat dan instan ini, kemampuan untuk menunda kepuasan adalah keterampilan yang sangat berharga. 

Dengan menunda kepuasan, kita bisa membuat keputusan yang lebih bijaksana dan strategis dalam hal keuangan, seperti menabung untuk sesuatu yang lebih besar di masa depan daripada menghabiskan uang untuk kepuasan jangka pendek.

Memutus siklus kebiasaan finansial yang buruk bukan hanya bermanfaat bagi kita, tetapi juga bagi anak-anak kita. 

Dengan memberikan contoh yang baik dan mengajarkan mereka tentang pentingnya mengelola keuangan dengan bijak, kita bisa membantu mereka membangun masa depan yang lebih cerah dan stabil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun