Meskipun memiliki nilai-nilai positif, tradisi membangunkan sahur juga tidak luput dari kontroversi.Â
Beberapa orang berpendapat bahwa teriakan dan tetabuhan yang terlalu keras dapat mengganggu ketenangan dan kenyamanan orang lain yang sedang tidur.Â
Apalagi di perkotaan, di mana kepadatan penduduk dan keberagaman aktivitas membuat suasana lebih rentan terganggu.
Di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa tradisi membangunkan sahur adalah bagian tak terpisahkan dari identitas budaya masyarakat Indonesia.Â
Hal ini diperkuat dengan semangat kebersamaan dan kepedulian yang tercipta ketika masyarakat saling membangunkan satu sama lain untuk sahur.Â
Tradisi ini juga menjadi momen penting untuk mempererat tali silaturahmi dan meningkatkan solidaritas antar warga.
Namun, dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi kita untuk menemukan keseimbangan.Â
Bagaimana kita dapat mempertahankan tradisi yang berharga tanpa mengganggu kenyamanan dan kebutuhan orang lain? Inilah yang menjadi panggilan untuk kita semua.
Pencarian Keseimbangan
Untuk menemukan solusi yang tepat, kita perlu melibatkan semua pihak yang terkait. Pemerintah daerah, tokoh masyarakat, agama, serta masyarakat luas dapat berkolaborasi untuk menciptakan solusi yang adil dan berkelanjutan.
Salah satu alternatif yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan menggunakan teknologi sebagai sarana membangunkan sahur.Â
Misalnya, penggunaan aplikasi atau pesan singkat untuk mengingatkan waktu sahur kepada warga yang terdaftar secara sukarela. Dengan demikian, kita dapat menjaga tradisi membangunkan sahur tanpa harus mengganggu ketenangan orang lain.