Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Meriahnya Tradisi Sahur di Desa: Antara Nostalgia dan Kontroversi

3 April 2024   12:00 Diperbarui: 4 April 2024   07:19 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sahur. sumber: freepik

Bulan Ramadan, bulan penuh berkah dan rahmat, tiba lagi. Bagi umat Muslim di seluruh dunia, bulan ini adalah momen yang dinantikan dengan penuh kegembiraan dan harapan. 

Di Indonesia, tradisi Ramadan membawa nuansa tersendiri, terutama di pedesaan, di mana kebersamaan dan solidaritas antar sesama muslim terasa begitu kuat. 

Salah satu momen yang sangat khas dan meriah adalah saat sahur, di mana para pemuda desa dengan semangatnya membangunkan warga untuk menunaikan ibadah sahur.

"Sahur, sahur... sahur..." terdengar suara riuh rendah pemuda-pemuda desa yang bergumul dengan rindunya untuk membangunkan orang sahur. 

Suara itu membawa kenangan manis tentang masa kecil di desa, di mana momen membangunkan sahur menjadi begitu meriah. 

Dulu, saat kecil, saya bahkan membuat beduk dari sisa karung semen untuk membangunkan sahur, sementara yang lain membawa kentongan dari bambu.

Bulan Ramadan di desa bukan hanya tentang puasa dan pahala, tapi juga tentang tradisi khas yang menghangatkan hati.

Membangunkan sahur bukanlah monopoli desa saya. Di seluruh Indonesia, tradisi ini turut menjadi bagian dari budaya Ramadan. 

Bagi sebagian orang, teriakan "sahur-sahur" menjadi ciri khas yang sangat dinantikan saat Ramadan tiba. Namun, tidak bisa dipungkiri, ada juga yang merasa terganggu dengan teriakan dan tetabuhan yang terlalu berlebihan. 

Budaya membangunkan sahur tidak hanya ditemui di Indonesia, namun juga ada di negara-negara Arab atau Timur Tengah. Meskipun, tentu saja dengan nuansa yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun