Orang tua saya adalah pekerja pabrik dan petani dengan lahan yang terbatas. Mereka bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari, namun kemampuan finansial mereka terbatas.
Makanan sehari-hari pun seringkali menjadi pertimbangan utama. Makan ayam menjadi sesuatu yang mewah bagi kami dan seringkali hanya bisa dinikmati di momen-momen tertentu.Â
Namun, di balik keterbatasan itu, saya merasa beruntung karena mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri yang biayanya terjangkau.
Dalam perjalanan kuliah saya, saya belajar untuk lebih memahami arti pentingnya mengelola keuangan dengan bijak.Â
Saya memilih jurusan yang tidak hanya sesuai minat, tetapi juga tidak membebani orang tua saya secara finansial. Usaha keras untuk mendapatkan beasiswa juga menjadi bagian dari perjalanan saya.
Membeli Baju Baru dan Tantangan Keuangan
Setelah lulus kuliah dan memasuki dunia kerja, saya mulai menyadari bahwa masa kecil saya adalah refleksi dari keterbatasan finansial yang kami hadapi.Â
Membeli baju baru hanya saat Idul Fitri dengan mengandalkan Tunjangan Hari Raya (THR) dari orang tua saya adalah sebuah realitas yang harus saya terima.Â
Meskipun mungkin terasa sepele bagi beberapa orang, bagi kami, membeli baju baru adalah suatu keistimewaan yang tidak bisa diambil begitu saja.
Namun, seiring berjalannya waktu, saya mulai menyadari bahwa kemandirian finansial adalah kunci untuk mencapai kebebasan yang sejati. Saya tidak lagi terpaku pada budaya membeli baju baru setiap Idul Fitri.Â
Kualitas baju yang saya beli beberapa tahun lalu masih bagus, dan hal ini membuat saya tidak merasa perlu untuk membeli baju baru setiap tahun.