Kesibukan, dalam era modern ini, telah menjadi seolah simbol kesuksesan. Kita merasa bangga menjadi orang yang sibuk, menganggapnya sebagai bukti produktivitas dan pencapaian yang mengesankan.Â
Namun, perlu kita telaah lebih dalam apakah kesibukan sebenarnya adalah indikator kemajuan ataukah sekadar alat untuk melarikan diri dari kenyataan yang sebenarnya?
Pertanyaan tersebut muncul sebagai refleksi serius ketika kita mulai merenung tentang kehidupan kita yang penuh kesibukan.Â
Apakah benar-benar menjadi sibuk merupakan tanda bahwa kita sedang berjuang menghadapi situasi hidup kita saat ini?Â
Apakah sibuk hanyalah cara kita untuk menghindari pemikiran mendalam tentang aspek-aspek penting dalam hidup?
Kesibukan sebagai Pilihan dan Kebebasan Sejati
Mengamati fenomena kesibukan, kita seharusnya menyadari bahwa kesibukan adalah pilihan yang kita buat.Â
Kebebasan sejati seharusnya berkaitan dengan kemampuan kita menciptakan ruang dalam hidup untuk bernafas, berpikir, dan memilih.Â
Kesibukan yang berlebihan seharusnya tidak dianggap sebagai tanda keberhasilan, melainkan sebagai indikator bahwa kita mungkin telah terjebak dalam pola hidup yang tidak memberikan kebebasan sejati.
Kebanyakan orang mengalami kebanggaan ketika mereka mengumumkan bahwa mereka sangat sibuk. Ungkapan seperti, "Aduh, saya lagi sibuk banget nih!" atau "Gila, kerjaan saya banyak banget," sering kali diucapkan dengan rasa bangga.Â
Namun, apa yang sebenarnya ingin disampaikan melalui pernyataan semacam itu? Mungkin saja, di baliknya terdapat dorongan untuk merasa penting atau diinginkan, atau bahkan sebagai cara untuk menunjukkan bahwa hidup kita memiliki nilai dan signifikansi.