Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Malang, suka menulis tentang ekonomi dan puisi, pegiat literasi keuangan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Jepang: Krisis Kependudukan, Hikikomori dan Ekonomi yang Stagnan

13 Februari 2024   18:00 Diperbarui: 15 Februari 2024   11:48 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah mengalami kemajuan ekonomi yang pesat pada tahun 1970-an dan 1980-an, Jepang terjerat dalam krisis ekonomi pada tahun 1990-an yang meninggalkan trauma mendalam. 

Sejak saat itu, masyarakat Jepang menjadi sangat skeptis terhadap investasi dan pengeluaran yang dianggap berisiko.

Hal ini menyebabkan tingkat konsumsi di Jepang terus menurun, menghambat pertumbuhan ekonomi. 

Bank Sentral Jepang telah mencoba merangsang ekonomi dengan menurunkan suku bunga, namun upaya tersebut terbukti tidak cukup efektif. 

Selain itu, budaya konservatif dan sistem ekonomi yang sulit bagi pengusaha membuat sulit bagi masyarakat Jepang untuk memulai bisnis atau mengakses kredit.

Akibatnya, pemerintah Jepang terpaksa terus memperbesar utangnya untuk menjaga perekonomian tetap berjalan. Pada tahun 2022, akumulasi utang Jepang mencapai 260% dari GDP, angka yang sangat mengkhawatirkan.

Upaya Pemecahan Masalah

Menghadapi tantangan yang kompleks ini, pemerintah Jepang dan masyarakatnya perlu bekerja sama untuk menemukan solusi yang efektif. Langkah-langkah konkrit perlu diambil untuk mengatasi masalah kependudukan, krisis sosial, dan stagnasi ekonomi yang semakin meresahkan.

1. Mendorong Kebijakan Pro-Keluarga

Pemerintah Jepang harus mengambil langkah-langkah konkrit untuk mendorong kebijakan pro-keluarga. Insentif finansial, seperti kredit pajak untuk keluarga dengan anak, dapat merangsang angka kelahiran. 

Selain itu, fasilitas dan program dukungan untuk perawatan anak dan keluarga juga perlu ditingkatkan untuk menciptakan lingkungan yang lebih ramah keluarga.

2. Reformasi Budaya Kerja

Reformasi budaya kerja menjadi langkah krusial untuk mengatasi tekanan sosial yang tinggi di lingkungan kerja Jepang. 

Pengurangan jam kerja, peningkatan fleksibilitas dalam bekerja, dan promosi keseimbangan kerja-hidup perlu didorong untuk memotivasi generasi muda dan mengurangi tingkat stres.

3. Perbaikan Sistem Ekonomi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun