Jepang, sebuah negara yang seringkali menjadi contoh negara maju dengan masyarakatnya yang disiplin, kekayaan sejarah budaya, dan pengaruh pop culture yang melintasi batas internasional.Â
Namun, dibalik gemerlapnya citra tersebut, Jepang tengah berjuang menghadapi sejumlah masalah ekonomi yang menjadi ancaman serius bagi masa depannya.Â
Krisis Kependudukan yang Memprihatinkan
Salah satu ciri unik Jepang saat ini adalah krisis kependudukan yang sedang dihadapinya.Â
Dalam beberapa dekade terakhir, Jepang mengalami penurunan populasi yang signifikan karena angka kelahiran yang terus menurun.Â
Di satu sisi, jumlah lansia di atas usia 65 tahun terus meningkat, sementara di sisi lain, jumlah angkatan kerja usia muda cenderung menurun setiap tahunnya.Â
Dampaknya adalah ketidakseimbangan demografis yang merugikan, di mana satu dari tiga penduduk Jepang saat ini adalah lansia yang tidak lagi produktif secara ekonomi.
Penurunan angka kelahiran ini telah menjadi faktor kunci dalam menyebabkan penurunan populasi Jepang. Idealnya, setiap perempuan di Jepang harus melahirkan dua anak untuk menjaga kestabilan populasi.Â
Namun, kenyataannya, rasio kelahiran bayi per perempuan hanya sekitar 1,3 bayi, jauh di bawah angka yang dibutuhkan untuk mempertahankan jumlah populasi.
Krisis kependudukan ini membawa konsekuensi ekonomi yang besar bagi generasi muda Jepang.Â
Dengan jumlah lansia yang mencapai sepertiga dari total populasi, pemerintah terpaksa mengalokasikan sebagian besar anggaran untuk program jaminan sosial dan kesehatan bagi lansia.Â