Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Konsumsi Tinggi dan Banyak Utang: Wajah Kelas Menengah Indonesia

4 Januari 2024   06:00 Diperbarui: 4 Januari 2024   19:10 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tren penggunaan istilah "kelas menengah ngehe" di media sosial semakin marak, terutama ketika ada perdebatan tidak penting di platform-platform seperti Twitter. 

Pertanyaan mendasar muncul, apa sebenarnya kelas menengah dan apakah mereka benar-benar ngehe? 

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita telaah definisi kelas menengah menurut Asian Development Bank dan parameter yang digunakan di Indonesia.

1. Definisi Kelas Menengah Menurut Asian Development Bank:

Menurut Asian Development Bank, kelas menengah adalah kelompok masyarakat dengan rentang pengeluaran sebesar 2 hingga 20 dolar per hari. 

Namun, Indonesia memiliki definisi sendiri, termasuk parameter seperti kepemilikan rumah, mobil, status pendidikan, dan keberlanjutan keuangan melalui asuransi kesehatan.

Kelas menengah bukan hanya tentang angka pada gaji atau pengeluaran, tetapi juga mencakup faktor-faktor seperti keamanan pekerjaan, akses pendidikan yang baik, dan kemampuan untuk merencanakan masa depan finansial.

2. Kelas Menengah di Indonesia: Kota Bekasi sebagai Kandang Terbesar:

Data survei ekonomi nasional pada 2021 menunjukkan bahwa Kota Bekasi menjadi kantong rumah tangga kelas menengah terbesar di Indonesia, diikuti oleh Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya, Kota Depok, dan Kota Tangerang Selatan. 

Jelas bahwa wilayah Jawa memiliki andil besar dalam populasi kelas menengah di Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, dan kebijakan pembangunan di beberapa wilayah telah mendorong pertumbuhan kelas menengah. 

Ini menciptakan efek domino, di mana kelas menengah yang berkembang dapat berkontribusi positif terhadap keberlanjutan ekonomi.

ilustrasi gaya hidup konsumtif. sumber: freepik
ilustrasi gaya hidup konsumtif. sumber: freepik

3. Konsumtif dan Utang: Ciri Kelas Menengah Indonesia:

Penting untuk mencermati kecenderungan konsumtif dan tingginya tingkat utang di kalangan kelas menengah Indonesia. 

Data menunjukkan bahwa pengeluaran non-makanan, sebagai indikator konsumtif, cenderung tinggi di berbagai wilayah kelas menengah. 

Kota Balikpapan menjadi contoh dengan porsi pengeluaran non-makanan mencapai 57,2%. Tingkat konsumsi yang tinggi ini juga berdampak pada tingginya angka kredit kelas menengah, terutama di beberapa kota besar.

Namun, penting untuk memahami bahwa konsumsi sendiri tidak selalu negatif. Konsumsi yang bijak dan berkelanjutan dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. 

Oleh karena itu, perlu ada pendekatan yang seimbang antara meningkatkan daya beli kelas menengah dan mendorong pola konsumsi yang bertanggung jawab.

4. Pertumbuhan Kelas Menengah: Tantangan dan Kekhawatiran:

Meskipun pertumbuhan kelas menengah di Indonesia menjadi tanda positif bagi ekonomi, ada kekhawatiran terkait dengan distribusi dan stabilitas. 

Data dari Asian Development Bank menunjukkan bahwa kebanyakan kelas menengah di Asia berada pada posisi menengah ke bawah. 

Hal ini memunculkan kekhawatiran bahwa dalam situasi ekonomi yang tidak stabil, mereka dapat dengan mudah tergelincir ke dalam kelompok miskin.

Tantangan terbesar yang dihadapi oleh kelas menengah Indonesia adalah bagaimana mereka mengelola keuangan mereka. 

Tingginya tingkat utang, terutama di beberapa kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, menunjukkan bahwa ada perlunya literasi keuangan yang lebih baik di kalangan kelas menengah. 

Pemerintah dan lembaga terkait perlu memberikan dukungan dalam bentuk edukasi keuangan agar kelas menengah dapat membuat keputusan finansial yang lebih cerdas.

5. Literasi Keuangan untuk Kelas Menengah:

Program literasi keuangan dapat membawa manfaat signifikan, terutama dalam membantu kelas menengah mengelola utang mereka dengan lebih bijak. 

Dengan menyelenggarakan inisiatif-literasi keuangan, individu dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang manajemen keuangan pribadi. 

Mereka dapat memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk membuat keputusan finansial yang cerdas, termasuk strategi investasi yang bijak dan perencanaan keuangan jangka panjang yang berkelanjutan. 

Selain mengelola utang dengan lebih bijak, program literasi keuangan juga mendorong kesadaran akan pentingnya merencanakan masa depan keuangan. 

Ini melibatkan pembuatan anggaran yang efektif, perencanaan tabungan, dan pengembangan kebiasaan keuangan yang bertanggung jawab. 

Dengan demikian, program literasi keuangan tidak hanya menjadi alat untuk menyelesaikan masalah keuangan saat ini, tetapi juga merupakan investasi dalam membangun fondasi yang kuat untuk stabilitas finansial jangka panjang.

6. Dampak Konsumtif pada Lingkungan:

Selain itu, dampak konsumsi tinggi kelas menengah tidak hanya terbatas pada aspek ekonomi, tetapi juga melibatkan konsekuensi serius terhadap lingkungan. 

Peningkatan signifikan dalam pembelian barang-barang konsumtif oleh kelompok kelas menengah dapat menyebabkan lonjakan produksi industri, yang pada gilirannya meningkatkan tingkat emisi dan limbah. 

Proses produksi yang intensif dapat menyebabkan peningkatan konsumsi energi, pengeksploitasi sumber daya alam, dan menciptakan limbah yang sulit terurai. 

Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran di kalangan kelas menengah mengenai dampak ekologis dari setiap keputusan konsumtif yang mereka buat.

ilustrasi pertumbuhan ekonomi. sumber: freepik
ilustrasi pertumbuhan ekonomi. sumber: freepik

7. Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial:

Penting untuk menyadari bahwa pertumbuhan kelas menengah tidak hanya dapat diukur dari aspek ekonomi semata, melainkan juga harus dievaluasi dari perspektif dampaknya terhadap kesejahteraan sosial. 

Ketika jumlah rumah tangga kelas menengah meningkat, dampaknya seharusnya mencakup peningkatan akses terhadap pendidikan, perawatan kesehatan, dan mobilitas sosial. 

Dengan kata lain, pertumbuhan kelas menengah yang sehat dapat menjadi katalisator untuk memajukan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh.

Melalui peningkatan akses pendidikan, anggota kelas menengah dapat memiliki lebih banyak peluang untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam masyarakat yang terus berkembang. 

Selain itu, meningkatnya perhatian terhadap perawatan kesehatan akan memberikan manfaat kesejahteraan yang signifikan, memastikan bahwa anggota kelas menengah memiliki akses yang memadai terhadap layanan kesehatan yang diperlukan. 

Ini tidak hanya membantu menjaga kesehatan individu, tetapi juga dapat mengurangi beban sistem kesehatan secara keseluruhan.

8. Membangun Ketahanan Ekonomi Kelas Menengah:

Kelas menengah yang kuat memainkan peran sentral dalam membentuk ketahanan ekonomi suatu negara, mengingat bahwa mereka menjadi tulang punggung konsumen yang stabil dan kontributor yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 

Oleh karena itu, diperlukan kebijakan-kebijakan dan langkah-langkah strategis yang menyeluruh untuk memastikan bahwa pertumbuhan kelas menengah tidak hanya bersifat kuantitatif, melainkan juga kualitatif.

Salah satu langkah kunci adalah melalui investasi dalam infrastruktur. 

Infrastruktur yang berkualitas dapat menciptakan lingkungan bisnis yang mendukung, meningkatkan konektivitas antarwilayah, dan merangsang pertumbuhan ekonomi. 

Dengan memperbaiki dan membangun infrastruktur, seperti jalan raya, pelabuhan, dan transportasi umum, negara dapat menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang beragam dan memberikan kontribusi pada pembentukan lapangan kerja.

Kesimpulan:

Dinamika kelas menengah di Indonesia mencerminkan perubahan ekonomi dan sosial yang terjadi di dalam negeri. Pertumbuhan yang pesat membawa tantangan baru, terutama terkait konsumsi yang tinggi dan tingginya tingkat utang. 

Penting untuk memandang kelas menengah sebagai kekuatan positif, tetapi juga perlu adanya tindakan preventif untuk mengatasi potensi masalah ekonomi di masa depan.

Literasi keuangan, kesadaran lingkungan, dan pembangunan sosial yang inklusif harus menjadi fokus dalam merancang kebijakan untuk kelas menengah. 

Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dapat tercapai, dan kelas menengah Indonesia dapat berperan sebagai agen perubahan positif untuk masyarakat secara keseluruhan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun