Sebelum memahami dampak akuisisi tersebut, kita perlu kembali ke waktu sebelum TikTok mengumumkan penutupan TikTok Shop pada 4 Oktober 2023.Â
Penutupan tersebut berkaitan dengan perizinan, di mana Menteri Koperasi dan UKM, Tetan Masduki, menjelaskan bahwa TikTok hanya memiliki izin sebagai kantor perwakilan perusahaan perdagangan asing. TikTok hanya diizinkan memfasilitasi promosi barang atau jasa tanpa melakukan transaksi langsung melalui platform e-commerce.
Namun, tanpa menunggu lama setelah penutupan tersebut, muncul kabar bahwa ByteDance, perusahaan induk TikTok, berencana untuk kembali ke pasar e-commerce Indonesia melalui investasi di Tokopedia.Â
Spekulasi tentang skema kolaborasi mulai muncul, termasuk kemungkinan investasi langsung atau bahkan akuisisi. Pertanyaannya, apakah ini hanya sebatas bisnis ataukah juga melibatkan aspek geopolitik dan geoekonomi?
Proses Akuisisi dan Reaksi Publik
Setelah serangkaian spekulasi, pada 11 November 2023, TikTok resmi mengumumkan akuisisi sebesar 75% saham Tokopedia dengan nilai 1,5 miliar USD.Â
Langkah ini telah menciptakan berbagai reaksi di kalangan masyarakat. Reaksi positif dan optimisme muncul seiring harapan pertumbuhan bisnis Tokopedia dan peluang yang dapat diciptakan oleh sinergi antara TikTok dan Tokopedia.
Namun, di balik optimisme itu, muncul pula berbagai pertanyaan dan kekhawatiran. Salah satu kekhawatiran utama adalah terkait dengan kepemilikan data dan keamanan nasional.Â
Bagaimana data transaksi masyarakat akan dikelola? Apakah pihak asing akan mengendalikan informasi yang bersifat strategis?
Dampak Pada Ekosistem Bisnis
Pertumbuhan Bisnis Tokopedia dan Goto Group
Dalam keterangan resmi, TikTok menyatakan bahwa investasinya adalah komitmen jangka panjang untuk mendukung operasional Tokopedia. Di antara dampak yang diharapkan adalah pertumbuhan bisnis Tokopedia.Â
Dengan TikTok Shop bergabung di bawah PT Tokopedia, layanan belanja dalam aplikasi TikTok akan dioperasikan dan dikelola oleh PT Tokopedia.