Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Malang, suka menulis tentang ekonomi dan puisi, pegiat literasi keuangan

Selanjutnya

Tutup

Financial

Mengapa Orang Yahudi Bisa Sukses? 5 Rahasia Investasi yang Menginspirasi

7 Desember 2023   18:00 Diperbarui: 10 Desember 2023   11:25 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia keuangan selalu menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang, terutama ketika melihat kesuksesan finansial sejumlah individu atau kelompok tertentu. 

Salah satu komunitas yang telah mendapat sorotan khusus dalam hal ini adalah orang Yahudi, yang, meskipun hanya menyumbang 2% dari populasi di Amerika Serikat, memiliki kontribusi yang signifikan dalam dunia bisnis dan keuangan. 

Keberhasilan mereka terkadang dianggap sebagai rahasia tersembunyi, dan dalam artikel ini, kita akan membongkar lebih dalam mengenai strategi investasi orang Yahudi yang membawa mereka meraih kesuksesan finansial yang luar biasa.

1. Kesabaran sebagai Fondasi

Prinsip pertama yang layak mendapatkan penekanan adalah kesabaran, yang menjadi fondasi bagi kesuksesan finansial orang Yahudi. 

Pandangan jangka panjang ini mencerminkan keyakinan bahwa kekayaan sejati tidak dapat dicapai melalui tindakan spekulatif atau langkah cepat.

Orang Yahudi cenderung memiliki pandangan bahwa kesuksesan finansial adalah hasil dari kesabaran dan ketekunan.

Filosofi ini tidak hanya diterapkan dalam dunia investasi, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. 

Sebagai contoh, Warren Buffett, seorang tokoh terkemuka dalam dunia investasi, menekankan bahwa pasar saham diciptakan untuk mengalihkan uang dari orang yang aktif ke orang yang sabar. 

Kesabaran menjadi pondasi dalam tradisi Yahudi, diilustrasikan oleh cerita Hony the Circle Maker yang menanam pohon kurma dengan pikiran untuk cucu-cucunya.

Pentingnya kesabaran ini mengajarkan kita untuk tidak tergesa-gesa dalam membuat keputusan investasi, melainkan untuk melihat hasilnya dalam jangka panjang. 

Investasi bukanlah kilat yang menyambar, tetapi lebih mirip dengan maraton, di mana keberhasilan datang kepada mereka yang sabar dan tekun.

ilustrasi jangan menaruh telur dalam satu keranjang. sumber: freepik
ilustrasi jangan menaruh telur dalam satu keranjang. sumber: freepik

2. Diversifikasi Aset untuk Mengurangi Risiko

Prinsip kedua dalam strategi investasi orang Yahudi adalah diversifikasi aset. 

Konsep "jangan menaruh telur dalam satu keranjang" menjadi panduan yang kuat bagi mereka. 

Diversifikasi adalah kunci untuk mengelola risiko, yang mencerminkan kebijaksanaan Talmud untuk membagi dana menjadi tiga bagian: untuk bisnis, tanah, dan simpanan.

Dengan meratakan investasi di berbagai bidang, risiko dapat dikurangi. 

Dalam dunia modern, konsep diversifikasi ini ditegaskan oleh Benjamin Graham, bapak investasi nilai, yang memandang diversifikasi sebagai langkah kritis dalam manajemen risiko. 

Menempatkan telur dalam beberapa keranjang mengurangi potensi kerugian besar jika satu investasi tidak berkinerja sesuai harapan.

Orang Yahudi memahami bahwa dengan menyebarkan investasi mereka, mereka dapat menciptakan portofolio yang seimbang, yang lebih tahan terhadap fluktuasi pasar. 

Prinsip ini menjadi landasan untuk mencapai pertumbuhan finansial yang stabil dan berkelanjutan.

3. Etika dalam Investasi sebagai Panduan Utama

Prinsip moral dan etika juga merupakan bagian integral dari strategi investasi orang Yahudi. 

Mereka tidak hanya berfokus pada angka-angka, tetapi juga mempertimbangkan dampak investasi mereka pada lingkungan, masyarakat, dan tata kelola perusahaan (ESG). 

Filantropi adalah nilai utama dalam budaya Yahudi, dan banyak investor Yahudi menganggap memberi sebagai bagian penting dari pertumbuhan kekayaan.

Investor Yahudi tidak hanya memikirkan keuntungan finansial, tetapi juga mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dari investasi mereka. 

Pendekatan ini semakin relevan dalam era modern, di mana semakin banyak investor yang mengintegrasikan pertimbangan ESG dalam keputusan investasi mereka.

Dalam dunia bisnis yang terus berkembang, memasukkan pertimbangan etika dapat menciptakan bisnis yang lebih berkelanjutan dan dapat diandalkan dalam jangka panjang. 

Prinsip ini menjadi cerminan dari keyakinan bahwa kekayaan sejati bukan hanya tentang akumulasi materi, tetapi juga tentang kontribusi positif pada masyarakat dan lingkungan.

4. Istirahat untuk Kembali Lebih Kuat

Konsep istirahat untuk bangkit menjadi prinsip keempat dalam strategi investasi orang Yahudi. 

Meskipun terdengar kontrast dengan budaya kesibukan saat ini, memberikan waktu istirahat dalam rutinitas investasi dapat membawa manfaat besar. 

Beberapa investor sukses, seperti George Soros, menghabiskan waktu untuk merenung dan memikirkan strategi mereka.

Istirahat memberikan kesempatan untuk mengevaluasi keputusan, memikirkan kembali strategi investasi, dan kembali dengan pikiran yang lebih segar. 

Ini sejalan dengan konsep bahwa terkadang tindakan terbaik adalah tidak berbuat apa-apa. 

Memberikan jeda secara teratur dalam aktivitas investasi dapat memberikan perspektif yang lebih jelas dan memungkinkan investor untuk membuat keputusan yang lebih bijak.

ilustrasi filantropi. sumber: freepik
ilustrasi filantropi. sumber: freepik

5. Memberi untuk Mendapat: Filantropi sebagai Investasi Bersama Tuhan

Prinsip terakhir yang perlu dipahami adalah memberi untuk mendapat. 

Filantropi adalah bagian integral dari budaya Yahudi, dan memberi dianggap sebagai investasi bersama Tuhan. 

Banyak investor Yahudi terkemuka, seperti Warren Buffett dan Sir John Templeton, terkenal karena kegiatan filantropis mereka yang besar.

Menurut Talmud, memberikan amal dianggap setara dengan berinvestasi bersama Tuhan, dengan janji pengembalian yang tidak hanya materi tetapi juga spiritual. 

Memberikan sebagian dari kekayaan sebagai bentuk sedekah dapat membuka pintu bagi peluang baru, membangun jaringan, dan menciptakan modal sosial yang tidak dapat diukur secara materi.

Prinsip memberi untuk mendapat juga terlihat dalam dunia bisnis modern. 

Perusahaan yang aktif dalam kegiatan sosial dan filantropi biasanya menarik pelanggan yang lebih setia dan karyawan yang lebih berdedikasi. 

Konsumen semakin cenderung memilih produk dari perusahaan yang mendukung isu-isu yang mereka pedulikan.

Penutup: Membangun Kekayaan dan Warisan yang Holistik

Dalam pandangan keseluruhan, lima prinsip investasi ala orang Yahudi---kesabaran, diversifikasi aset, etika, istirahat, dan filantropi---membentuk kerangka kerja yang kuat untuk mencapai kesuksesan finansial jangka panjang. 

Saat kita memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, investasi tidak lagi hanya sekadar tentang angka-angka di grafik atau laporan keuangan, tetapi juga tentang membangun fondasi yang kokoh untuk keberlanjutan dan kebermaknaan.

Penting untuk diingat bahwa kesuksesan finansial yang sejati bukan hanya tentang mencapai kekayaan materi, melainkan juga tentang menciptakan warisan holistik yang mencakup nilai-nilai etika, kontribusi sosial, dan pertumbuhan pribadi. 

Sebagai investor, kita dapat memanfaatkan kebijaksanaan dan nilai-nilai yang telah teruji dari komunitas Yahudi untuk membimbing langkah-langkah kita menuju kesuksesan finansial yang berkelanjutan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun