Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Serat Sintesis dan Mikroplastik: Dampak Kelam dari Revolusi Fast Fashion

2 November 2023   18:00 Diperbarui: 2 November 2023   18:02 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi serat sintesis dan plastik dalam fashion. sumber: freepik

 

Industri mode cepat, atau fast fashion, telah melalui pertumbuhan pesat selama beberapa dekade terakhir. 

Bank Dunia menempatkan industri fashion sebagai sektor manufaktur terbesar ketiga di dunia setelah mobil dan teknologi pada tahun 2021. 

Dalam tahun yang sama, valuasi pasar fast fashion mencapai angka fantastis sebesar 30,58 miliar USD. 

Bahkan lebih mengejutkan adalah proyeksi yang menunjukkan bahwa pada tahun 2025, nilai pasar ini diperkirakan akan mencapai 39,84 miliar USD. 

Namun, di balik kilauan gemerlap industri ini, terdapat fakta-fakta yang sangat mengkhawatirkan.

Lonjakan Produksi Pakaian yang Mendunia

Pertumbuhan industri fast fashion tercermin dalam lonjakan produksi pakaian. Produksi pakaian meningkat hampir dua kali lipat antara tahun 2000 dan 2014, dengan peningkatan sekitar 60% setiap tahun. 

Pada tahun 2015, angka penjualan mencapai 56 juta ton pakaian. Proyeksi juga mencengangkan dengan memperkirakan bahwa pada tahun 2030 dan 2050, angka tersebut dapat melonjak menjadi 93 hingga 160 juta ton. 

Namun, yang perlu dicatat adalah bahwa pakaian saat ini memiliki umur pakai yang lebih singkat, yakni sekitar 36% lebih pendek dibandingkan dengan 15 tahun yang lalu. 

Akibatnya, pertanyaan yang muncul adalah, ketika pakaian tersebut tidak lagi terpakai, kemana mereka pergi?

Krisis Dalam Pengelolaan Limbah

Saat pakaian sudah tidak terpakai, banyak di antaranya dikirim ke negara-negara berkembang atau akhirnya berakhir di tempat pembuangan sampah. 

Hal ini menghasilkan masalah serius dalam pengelolaan limbah dan berdampak besar pada lingkungan. 

Pada tahun 2015, industri fashion sendiri masuk dalam lima sektor paling berpolusi di dunia. 

Produksi serat sintetis, yang banyak digunakan dalam industri fashion, menghabiskan sekitar 98 juta ton minyak, setara dengan emisi rumah kaca sebesar 1,2 miliar ton CO2. 

Ini melebihi gabungan emisi dari industri penerbangan dan pelayaran.

ilustrasi sampah plastik. sumber: freepik
ilustrasi sampah plastik. sumber: freepik

Ketergantungan pada Plastik

Salah satu permasalahan krusial dalam industri fast fashion adalah ketergantungan pada plastik. 

Ini dimulai sejak tahun 1940-an dengan munculnya bahan sintetis seperti nilon dan poliester. 

Seiring berjalannya waktu, plastik terus digunakan dalam produksi pakaian, termasuk bahan-bahan seperti serat akrilik.

 Sekitar 60% dari bahan pakaian kita saat ini terbuat dari plastik, terutama polyester.

Dampak Buruk dari Penggunaan Polyester

Meskipun pakaian berbahan polyester sering dianggap lebih nyaman untuk dikenakan, ada dampak negatif yang perlu diperhatikan. 

Pada tahun 2015, produksi polyester untuk pakaian menghasilkan sekitar 282 miliar ton CO2, tiga kali lipat lebih tinggi daripada produksi kapas. 

Selain itu, polyester juga merupakan sumber utama polusi mikroplastik di lautan.

Mikroplastik: Bahaya Tersembunyi dalam Pakaian

Masalah yang serius yang tak terpisahkan dari industri fast fashion adalah mikroplastik. 

Mikroplastik adalah partikel plastik berukuran kurang dari 5 mm atau lebih tipis dari rambut manusia. Mikroplastik ini dapat berasal dari pakaian dan memasuki lingkungan, terutama laut. 

Satu hal yang perlu dicatat adalah mikroplastik memerlukan ratusan tahun untuk terurai, dan banyak dari mereka yang akhirnya masuk ke sungai dan lautan. 

Bahkan lebih mengkhawatirkan adalah bahwa mikroplastik ini dapat masuk ke rantai makanan, termasuk konsumsi manusia. 

Penelitian telah menunjukkan bahwa kita mungkin menghirup 13 hingga 68 serat mikroplastik dari pakaian setiap tahunnya. 

Dampaknya pada kesehatan manusia bisa berupa masalah pernapasan, asma, hingga risiko kanker.

ilustrasi kanker. sumber: freepik
ilustrasi kanker. sumber: freepik

Tantangan dalam Mengatasi Masalah Mikroplastik

Saat ini, brand-brand fast fashion masih menghadapi kesulitan dalam menemukan solusi untuk masalah mikroplastik. 

Hasil survei menunjukkan bahwa banyak perusahaan fashion masih mengabaikan masalah polusi plastik. 

Sedikit yang benar-benar berkomitmen untuk mengurangi penggunaan serat sintetis dalam koleksi mereka. 

Bahkan lebih miris, ada praktik yang disebut "greenwashing," yaitu upaya perusahaan untuk mempromosikan diri mereka sebagai sustainable fashion tanpa dasar yang kuat. 

Beberapa koleksi yang diiklankan sebagai berkelanjutan ternyata masih mengandung bahan sintetis dalam jumlah yang lebih tinggi daripada yang diumumkan.

Jalur yang Harus Ditempuh

Ketika kita membahas dampak lingkungan dan kesehatan dari industri fast fashion, penting untuk mengenali tantangan dan mencari solusi yang layak. Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengatasi masalah ini:

  1. Edukasi Konsumen: Penting untuk meningkatkan kesadaran konsumen tentang dampak industri fast fashion pada lingkungan dan kesehatan manusia. Semakin banyak orang yang tahu, semakin besar tekanan akan ada pada perusahaan fashion untuk berubah.

  2. Inovasi Bahan: Perusahaan fashion perlu menginvestasikan lebih banyak waktu dan sumber daya dalam penelitian dan pengembangan bahan-bahan baru yang ramah lingkungan. Alternatif seperti serat alami organik dan serat daur ulang bisa menjadi solusi yang baik.

  3. Mengurangi Limbah: Perusahaan fashion perlu mengadopsi praktik-produksi yang mengurangi limbah dan memprioritaskan daur ulang. Upaya-upaya ini dapat membantu mengatasi masalah limbah tekstil yang saat ini merajalela.

  4. Transparansi: Perusahaan fashion harus menjadi lebih transparan dalam melaporkan praktik dan kebijakan mereka dalam hal keberlanjutan dan etika.

  5. Mendorong Regulasi: Pemerintah perlu berperan dalam mengatur industri fashion dan mengimplementasikan regulasi yang lebih ketat dalam hal produksi dan pengelolaan limbah.

Masa Depan Industri Fashion

Industri fast fashion telah menjadi salah satu kekuatan besar dalam perekonomian global, tetapi pada saat yang sama, dampak negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia semakin jelas. 

Ketika kita mengenali konsekuensi dari pola konsumsi yang tidak berkelanjutan, penting untuk mempertimbangkan apa yang dapat kita lakukan sebagai konsumen untuk mempengaruhi perubahan dalam industri ini. 

Ini melibatkan mendukung perusahaan yang benar-benar berkomitmen untuk perubahan dan mencari alternatif yang lebih berkelanjutan dalam dunia mode.

Selain itu, pemerintah, organisasi lingkungan, dan perusahaan fashion sendiri juga harus bekerja sama untuk menemukan solusi yang mampu mengurangi dampak negatif industri ini. 

Dengan tindakan yang tepat, kita dapat menjaga keseimbangan antara mode yang kita cintai dan kesejahteraan planet kita serta kesehatan kita sendiri. 

Keputusan kita sebagai konsumen dan langkah-langkah yang diambil oleh pemangku kepentingan dalam industri fashion akan membentuk masa depan industri ini, dan masa depan planet kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun