Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fast Fashion vs Slow Fashion Mewujudkan Perubahan Menyelamatkan Bumi

1 November 2023   18:00 Diperbarui: 3 November 2023   10:47 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi fast fashion. sumber: freepik

Saat kita memasuki era revolusi industri yang melanda berbagai sektor ekonomi, salah satu aspek yang mendapat sorotan besar adalah industri fashion. 

Perkembangan teknologi, globalisasi, dan perubahan budaya telah membawa perubahan yang signifikan dalam dunia fashion. 

Konsep fast fashion, yang kini sangat populer, menjadi salah satu produk dari revolusi ini. 

Fast fashion telah mengubah cara kita memandang pakaian, pembaruan gaya, dan konsumsi produk fashion. 

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam dampak fast fashion terhadap lingkungan, masyarakat, dan bagaimana konsep slow fashion menjadi solusi yang lebih berkelanjutan.

Revolusi Fast Fashion

Fast fashion merujuk pada konsep produksi dan distribusi pakaian yang cepat, dengan tujuan menjawab perubahan tren gaya dan kebutuhan konsumen dalam waktu singkat. 

Ini berarti pakaian dapat diproduksi dan dijual kepada konsumen dalam hitungan minggu setelah tren muncul di catwalk. 

Fenomena ini mengubah fundamental cara industri fashion beroperasi.

Pada zaman sebelum fast fashion, pergantian jenis pakaian yang dijual di toko biasanya hanya terjadi sekitar 11 kali dalam setahun. 

Namun, hingga tahun 2014, pergantian jenis pakaian di toko telah meningkat drastis menjadi 52 kali dalam setahun. 

Ini berarti toko-toko dapat meluncurkan 520 jenis baju dalam satu tahun, menciptakan perlombaan untuk memenuhi keinginan konsumen yang selalu ingin tampil berbeda.

Dampak Produksi dan Konsumsi

Peningkatan produksi fast fashion memiliki dampak ganda pada industri dan konsumen. 

Di satu sisi, produsen seringkali memproduksi secara berlebihan, menghasilkan banyak pakaian yang akhirnya tidak terjual. 

Pakaian-pakaian ini seringkali mengakhiri hidup mereka sebagai limbah tekstil, menciptakan masalah bermasalah dalam manajemen limbah.

Di sisi lain, konsumen cenderung terjerumus dalam sifat hedonisme. Baju sering hanya digunakan beberapa kali sebelum dibuang atau diberikan kepada orang lain. 

Ini menciptakan budaya pemborosan dan konsumsi berlebihan yang memiliki dampak negatif pada sumber daya alam dan lingkungan.

ilustrasi pakaian bekas. sumber: freepik
ilustrasi pakaian bekas. sumber: freepik

Dampak Lingkungan

Fast fashion memiliki dampak serius pada lingkungan. Produksi pakaian melibatkan serangkaian proses, termasuk pencucian dan pewarnaan, yang memerlukan penggunaan bahan kimia berbahaya. 

Hal ini menghasilkan polusi air yang signifikan, serta menyebabkan limbah plastik yang sulit terurai.

Data menunjukkan bahwa air bekas proses produksi fashion menyumbang sekitar 20% dari polusi global yang dihasilkan oleh industri. 

Contoh nyata adalah banjir merah di Pekalongan pada tahun 2021, yang disebabkan oleh pembuangan limbah pewarna secara sembarangan. 

Pada saat itu, limbah pewarna batik merah yang dibuang tanpa pertimbangan telah mencemari air sungai dan lingkungan sekitarnya.

Selain polusi air, fast fashion juga berdampak pada emisi gas rumah kaca. Industri fashion bertanggung jawab atas emisi gas rumah kaca sebesar 1,2 miliar ton, melebihi emisi dari sektor penerbangan internasional dan kapal maritim. 

Perlu diingat bahwa dampak ini tidak hanya terjadi selama produksi pakaian, tetapi juga sepanjang siklus hidupnya, termasuk pemakaian dan pembuangan.

Untuk membuat satu kaos saja, diperlukan sekitar 2.720 liter air, setara dengan konsumsi air minum manusia selama tiga tahun. 

Proses pembuatan kain katun yang banyak digunakan dalam produksi fashion juga mencemari lingkungan melalui penggunaan bahan kimia berbahaya.

Dampak Sosial

Fast fashion juga mempengaruhi masyarakat, terutama pekerja di sektor ini. 

Meskipun peningkatan produksi membuka lebih banyak lapangan kerja, banyak pekerja sering kali dibayar dengan upah yang tidak layak, bahkan ketika mereka harus bekerja lembur. 

Ini menciptakan ketidaksetaraan dan masalah sosial dalam masyarakat, dengan pekerja di belakang layar yang sering kali tidak mendapatkan manfaat dari pertumbuhan industri fashion.

Dampak Setelah Penggunaan

Tidak hanya pada tahap produksi dan konsumsi, fast fashion juga memiliki dampak ketika masa pakai pakaian habis. 

Setelah tidak digunakan, banyak pakaian berakhir di tempat pembuangan akhir, di mana mereka akan mengendap selama bertahun-tahun. 

Alasan utamanya adalah bahwa 90% kain yang digunakan dalam fast fashion adalah kain yang sulit terurai. 

Angka sampah fashion dunia sudah mencapai 800.000 ton pada tahun 2016, dan ini mungkin telah meningkat secara signifikan sejak itu.

Pakaian yang sulit terurai menciptakan masalah besar dalam pengelolaan limbah, dan banyak pakaian akhirnya memenuhi tempat pembuangan sampah yang sudah padat. 

Ini menciptakan masalah dalam perpanjangan siklus hidup produk fashion dan meningkatkan tekanan pada lingkungan.

ilustrasi tas daur ulang. sumber: freepik
ilustrasi tas daur ulang. sumber: freepik

Industri Fashion: Salah Satu Industri Terkotor

Industri fashion mendapat julukan "salah satu industri terkotor di dunia," dan faktanya, ini merupakan predikat yang tepat. 

Menurut penelitian, industri fashion adalah industri terkotor kedua setelah industri minyak bumi. 

Ini adalah fakta yang mengkhawatirkan dan menunjukkan perlunya perubahan dalam cara kita memandang dan mendekati produksi dan konsumsi pakaian.

Solusi: Slow Fashion

Meskipun tantangan yang dihadapi oleh industri fashion sangat besar, tidak semuanya berakhir dengan pesimisme. 

Ada konsep yang dikenal sebagai "slow fashion" yang telah muncul sebagai alternatif yang lebih berkelanjutan. 

Seperti namanya, slow fashion adalah kebalikan dari fast fashion.

Slow fashion menggunakan material daur ulang, fokus pada kualitas, dan merancang pakaian dengan umur panjang. 

Ini menciptakan pakaian yang tahan lama, tidak hanya dalam hal fisik tetapi juga dalam hal gaya. 

Banyak merek slow fashion berkomitmen untuk memproduksi pakaian dengan pertimbangan lingkungan yang lebih besar, meminimalkan dampak mereka pada planet ini.

Sementara barang-barang slow fashion mungkin lebih mahal daripada barang-barang fast fashion, namun dampaknya pada lingkungan jauh lebih positif. 

Dengan membeli pakaian dari merek-merek yang menganut prinsip slow fashion, kita sebagai konsumen dapat membantu mengurangi dampak negatif yang diakibatkan oleh fast fashion. 

Selain itu, ini juga dapat menginspirasi industri fashion untuk mempertimbangkan kembali cara mereka memproduksi dan mendistribusikan produk.

Kesadaran Konsumen

Untuk mencapai perubahan yang lebih besar dalam industri fashion, peran konsumen sangat penting. 

Kesadaran konsumen tentang dampak lingkungan dan sosial dari pilihan fashion mereka adalah langkah awal yang krusial. Konsumen dapat melakukan tindakan berikut:

  1. Pemilihan Merek Berkelanjutan: Mencari merek fashion yang berkomitmen untuk praktik berkelanjutan, seperti daur ulang material, meminimalkan limbah, dan memproduksi pakaian yang tahan lama.

  2. Pemakaian yang Bertanggung Jawab: Merawat pakaian dengan baik, memperpanjang masa pakai, dan meminimalkan pemborosan.

  3. Pembelian yang Bijak: Tidak tergoda untuk membeli pakaian hanya karena tren terbaru. Membeli pakaian yang sesuai dengan kebutuhan sehari-hari dan pakaian yang akan digunakan dalam jangka waktu yang lama.

  4. Mengutamakan Kualitas: Memilih kualitas daripada kuantitas. Pakaian berkualitas cenderung lebih tahan lama dan memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah dalam jangka panjang.

Kesimpulan

Industri fast fashion telah membawa perubahan dramatis dalam dunia fashion, tetapi dampaknya terhadap lingkungan, masyarakat, dan budaya konsumsi kita sangat serius. 

Dari polusi air hingga emisi gas rumah kaca, dari pemborosan barang-barang fashion hingga pembiayaan upah yang tidak layak, fast fashion menciptakan tantangan besar. 

Namun, ada harapan dalam bentuk slow fashion, yang menekankan keberlanjutan, kualitas, dan tanggung jawab sosial.

Penting bagi kita sebagai konsumen untuk memilih dengan bijak, mendukung merek-merek berkelanjutan, dan menjadi bagian dari perubahan menuju industri fashion yang lebih berkelanjutan. 

Dengan melakukan itu, kita dapat membantu menciptakan masa depan di mana fashion tidak hanya menjadi cermin gaya, tetapi juga menjadi kekuatan positif yang merawat lingkungan dan masyarakat.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun