Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Media Sosial dan Oversharing: Menelusuri Batasan Privasi yang Buram

19 September 2023   18:00 Diperbarui: 20 September 2023   14:51 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sangatlah menarik membahas bagaimana media sosial telah mengubah cara kita memandang privasi dan perilaku oversharing. 

Setiap hari, kita disuguhi dengan berbagai konten viral yang membahas kehidupan orang lain, bahkan hingga aspek-aspek yang biasanya dianggap pribadi. 

Kehidupan seksual, aktivitas sehari-hari, hubungan, pekerjaan, dan bahkan momen-momen pribadi lainnya seringkali menjadi bahan untuk dibagikan di media sosial.

Seiring perkembangan media sosial, siapapun dan apapun bisa dengan mudah menjadi viral. 

Terkadang, hal-hal aneh atau kontroversial direkam dan diposting secara online. 

Fenomena ini tentu memiliki pro dan kontra, dan sulit untuk menghakimi sepenuhnya.

Namun, satu hal yang pasti, media sosial telah mengaburkan batasan privasi individu. 

Banyak orang menjadikan media sosial sebagai sarana untuk mencatat setiap aspek kehidupan mereka dan menganggapnya sebagai hal yang wajar. 

Mulai dari momen jadian, liburan, kelahiran anak, hingga pencapaian karier, semuanya di-post. Bahkan masalah-masalah pribadi kadang-kadang diungkapkan di platform media sosial ini.

Mungkin pertanyaannya adalah, bagaimana bisa orang-orang saat ini bersedia berbagi begitu banyak aspek kehidupan mereka? 

Apakah media sosial memengaruhi konsep privasi seseorang? 

Dalam artikel ini, kita akan membahas penyebab perilaku oversharing dan hubungannya dengan privasi.

Definisi Oversharing

Perilaku oversharing adalah ketika seseorang berbagi terlalu banyak informasi pribadi mereka secara terbuka di media sosial. 

Dampaknya adalah orang lain menjadi tahu terlalu banyak tentang kehidupan pribadi mereka. 

Seiring dengan berbicara tentang privasi, ada penelitian menarik yang bisa kita lihat.

Mungkin bagi banyak dari Anda yang merupakan generasi milenial atau Gen Z, Anda telah mengenal istilah co-working space atau ruang kerja terbuka. 

Ini adalah tempat kerja dengan ruang terbuka yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan. 

Beberapa penelitian telah membandingkan antara ruang kerja terbuka dan ruang kerja tertutup untuk melihat di mana karyawan merasa lebih puas.

Menariknya, kebanyakan karyawan cenderung lebih puas dengan ruang kerja pribadi. 

Ini bisa mencerminkan apa yang terjadi di media sosial. 

Ketika Anda memilih untuk membuka diri dan berbagi kehidupan Anda di media sosial, semakin banyak orang yang tahu tentang Anda. Akibatnya, privasi Anda juga berkurang.

ilustrasi media sosial. sumber: freepik
ilustrasi media sosial. sumber: freepik

Tiga Alasan Utama

Ada tiga alasan utama mengapa karyawan merasa lebih puas dengan ruang kerja pribadi daripada yang terbuka. 

Pertama, ada lebih sedikit gangguan di ruang pribadi. 

Kedua, ruang pribadi memberi lebih banyak ruang bagi individu. 

Ketiga, ruang pribadi biasanya memiliki tingkat privasi yang lebih besar.

Ini bisa dihubungkan dengan kehidupan di media sosial. 

Ketika Anda berbagi informasi pribadi Anda secara terbuka, ada potensi gangguan dari berbagai pihak. Selain itu, privasi Anda berkurang, karena banyak orang yang tahu tentang kehidupan Anda.

Jadi, mengapa begitu banyak orang cenderung oversharing di media sosial? 

Ada dua alasan utama yang dapat menjelaskan perilaku ini.

1. Kebutuhan akan Perhatian

Salah satu alasan utama orang oversharing adalah kebutuhan mereka akan perhatian. 

Ketika seseorang merasa perlu untuk lebih diperhatikan atau dicintai, mereka cenderung melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satunya adalah dengan oversharing di media sosial. 

Mereka berbagi berbagai aspek kehidupan mereka, bahkan yang paling pribadi, dalam upaya untuk menarik perhatian dan mendapatkan cinta.

Kebutuhan akan perhatian ini dapat berasal dari berbagai faktor, termasuk pengalaman masa kecil yang kurang memadai. 

Orang yang merasa perlu mendapatkan lebih banyak perhatian seringkali cenderung bersedia untuk mengorbankan batasan privasi mereka.

2. Ketidaktahuan dan Kurangnya Kesadaran

Faktor kedua yang dapat menjelaskan perilaku oversharing adalah kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang privasi. 

Banyak orang tidak diajari atau tidak sadar akan pentingnya menjaga privasi mereka, terutama di era media sosial yang relatif baru. 

Hal ini mirip dengan pemahaman tentang privasi fisik, di mana kita tahu untuk berpakaian dengan sopan agar tidak mengekspos diri kita secara berlebihan.

Namun, hal yang sama tidak selalu berlaku untuk privasi informasi dan identitas. 

Beberapa orang mungkin tidak menyadari konsekuensi dari berbagi terlalu banyak informasi pribadi secara online, atau mungkin tidak tahu apa batasan yang harus mereka tetapkan.

Menjaga Privasi di Media Sosial

Dalam menghadapi fenomena oversharing di media sosial, ada beberapa langkah yang dapat kita ambil:

1. Kesadaran Terhadap Privasi Diri

Penting untuk memahami batasan-batasan privasi diri kita sendiri. 

Sebelum memposting sesuatu di media sosial, pertimbangkan mengapa Anda melakukannya, apa tujuannya, dan apa konsekuensinya.

2. Etika Bermedia Sosial

Jaga privasi orang lain dan pahami etika bermedia sosial. Jangan secara sembarangan membagikan data atau informasi pribadi orang lain tanpa izin.

3. Pendidikan dan Kesadaran

Pendidikan tentang privasi di media sosial perlu ditingkatkan. Ini bisa dimulai dari keluarga, sekolah, atau bahkan melalui kampanye publik.

4. Bersikap Bijak

Selalu pertimbangkan apakah informasi yang ingin Anda bagikan benar-benar perlu. Jangan sampai Anda menyesal atau merugi akibat oversharing.

Kesimpulannya, media sosial telah mengubah cara kita memandang privasi, dan perilaku oversharing menjadi hal yang umum. 

Penting bagi kita untuk lebih sadar tentang privasi, memahami konsekuensi dari tindakan kita di media sosial, dan menjaga privasi kita sendiri serta orang lain. 

Dengan melakukan ini, kita dapat menciptakan lingkungan online yang lebih aman dan lebih menghormati privasi individu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun