Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Spine Breaker: Ketika Kemewahan Finansial dan Status Sosial Bertabrakan

11 September 2023   18:00 Diperbarui: 11 September 2023   18:24 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kemewahan finansial. Sumber: www.instagram.com/bts.bighitofficial

Dalam dunia yang semakin terkoneksi ini, tren dan budaya konsumsi dari negara-negara Asia, khususnya Korea Selatan, telah memengaruhi banyak aspek kehidupan kita. 

Bagi para pencinta Kpop atau K-drama, fenomena yang sedang marak di Korea Selatan belakangan ini mungkin tidak asing lagi. 

Salah satu fenomena yang menarik perhatian adalah perilaku masyarakat Korea Selatan yang rela makan pakai lunch box dengan harga yang relatif murah, yakni sekitar 3000 Won, yang jika dirupiahkan setara dengan sekitar 34.000 Rupiah. 

Jika kita makan dengan harga 34.000 Rupiah di Surabaya saja kita sudah makan dengan cukup "Mewah". 

Jika kita hidup di Korea Selatan mungkin harga tersebut kita hanya bisa makan lunch box. 

Mungkin saja istilah nasi kotak masih terbilang cukup mewah ya, kalau di indonesia mungkin lunch box ini bisa diartikan dengan nasi bungkus. 

Tidak ada salahnya makan nasi bungkus, saya juga melakukan hal itu, tapi alasannya karena uang saya hanya bisa untuk makan nasi bungkus, bukan untuk hal lain, misalnya untuk beli tas atau sepatu mahal.

Namun, yang menjadi pertanyaan adalah: mengapa mereka melakukan hal ini? Jawaban sederhana adalah untuk membeli barang mewah dari brand terkenal.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi fenomena ini lebih dalam, melihat tren pembelian barang mewah di Korea Selatan, dan menggali apakah pembelian ini lebih tentang status sosial atau kemewahan finansial.

Pembelian Barang Mewah di Korea Selatan: Tren dan Statistik

Tahun 2022 mencatat peningkatan signifikan dalam pembelanjaan barang mewah oleh masyarakat Korea Selatan. 

Data menunjukkan bahwa pembelanjaan ini meningkat sebesar 22% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 

Bahkan, Korea Selatan menempati urutan pertama dengan nilai pembelanjaan mencapai 16,8 miliar Dolar atau setara dengan 325 triliun Rupiah. 

Pertumbuhan yang pesat ini menunjukkan bahwa pembelian barang mewah telah menjadi bagian integral dari budaya konsumsi di Korea Selatan.

Alasan di Balik Pembelian Barang Mewah

1. Simbol Kesuksesan Finansial

Salah satu alasan utama di balik pembelian barang mewah di Korea Selatan adalah bahwa memiliki barang dari Luxury brand dianggap sebagai salah satu tanda kesuksesan finansial seseorang. 

Sebagai individu, kita sering kali menilai diri kita sendiri berdasarkan apa yang kita miliki. 

Kebanyakan orang percaya bahwa memiliki barang mewah adalah bentuk pencapaian yang cepat dan terlihat, daripada menunggu hingga kita bisa membeli rumah atau mobil. 

Ini merupakan manifestasi dari dorongan untuk meraih status sosial yang lebih tinggi.

2. Pengaruh Media Sosial

Fenomena ini juga dipengaruhi oleh media sosial. 

Para selebritas, termasuk idol Kpop, sering kali memamerkan barang-barang mewah mereka di platform media sosial seperti Instagram. 

Ini menciptakan tekanan sosial pada penggemar untuk mengikuti tren dan memiliki barang serupa. Gambar-gambar glamor ini menciptakan citra bahwa memiliki barang mewah adalah norma dan patut ditiru.

3. Tanda Pengakuan

Pembelian barang mewah juga dapat menjadi cara untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. 

Seseorang yang memiliki barang mewah mungkin merasa dihormati atau diakui oleh teman-teman atau kenalan mereka. 

Hal ini dapat memenuhi kebutuhan akan penghargaan diri dan status sosial.

Dampak pada Orang Tua dan Generasi Muda

Namun, efek dari tren pembelian barang mewah ini bukan hanya dirasakan oleh mereka yang membelinya, tetapi juga oleh orang tua mereka. 

Bahkan, istilah "Spine Breaker" digunakan untuk menggambarkan mereka yang hidup mewah namun menimbulkan kesulitan finansial bagi orang tua mereka. 

Bagi orang tua, tekanan untuk memenuhi keinginan anak-anak mereka untuk barang mewah bisa menjadi beban finansial yang besar.

Data menunjukkan bahwa 56,4% pelajar di Korea Selatan memiliki setidaknya satu barang keluaran Luxury brand. 

Hal ini menciptakan ekspektasi yang tinggi di kalangan generasi muda untuk memiliki barang mewah sebagai bagian dari gaya hidup mereka. 

Namun, ini juga dapat menyebabkan pengeluaran yang tidak terkendali dan hutang yang tinggi di kemudian hari.

Belanja Bijak: Prioritaskan Kebutuhan Utama

Pentingnya bijak dalam berbelanja tidak boleh diabaikan. Sebelum Anda terjebak dalam keinginan untuk mengikuti tren atau mendapatkan pengakuan dari orang lain dengan membeli barang mewah, penting untuk memprioritaskan kebutuhan utama Anda. 

Utamakan pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan pendidikan sebelum memanjakan diri dengan barang-barang mahal. 

Setelah semua kebutuhan primer terpenuhi, baru Anda bisa mempertimbangkan untuk berbelanja barang mewah sebagai bentuk hadiah atau kebahagiaan pribadi.

Investasi dalam Barang Mewah: Pertimbangan yang Penting

Namun, jika Anda memutuskan untuk berinvestasi dalam barang mewah, ingatlah bahwa ini juga merupakan keputusan finansial yang berisiko. 

Pasar barang mewah sangat terbatas, dan fluktuasi suplai dan permintaan dapat memengaruhi nilai investasi Anda. 

Oleh karena itu, selalu lakukan riset dan pertimbangan matang sebelum memutuskan untuk membeli barang mewah sebagai investasi. 

Jangan hanya membeli barang mewah karena tren atau tekanan sosial, tetapi pertimbangkan dengan cermat potensi investasinya.

Mengatur Prioritas Keuangan dengan Bijak

Kesimpulannya, penting untuk mengatur prioritas keuangan Anda dengan bijak. 

Catat pengeluaran Anda, bedakan antara kebutuhan dan keinginan, dan buatlah rencana keuangan yang memungkinkan Anda mencapai tujuan finansial Anda dengan stabil. 

Jangan terlalu tergoda oleh tekanan dari lingkungan sekitar yang mendorong Anda untuk membeli barang mewah demi status. 

Ingatlah bahwa keputusan finansial yang Anda buat hari ini akan membentuk masa depan finansial Anda.

Menghadapi Tekanan dari Lingkungan

Terkadang, tekanan dari lingkungan sekitar dapat menjadi sangat kuat, terutama jika Anda merasa tertekan karena belum memiliki barang-barang mewah. 

Jika Anda merasa demikian, selalu ingatkan diri Anda bahwa keputusan finansial yang Anda buat harus sesuai dengan situasi keuangan Anda saat ini dan tujuan keuangan Anda di masa depan. 

Jangan terlalu memaksakan diri untuk membeli barang mewah hanya demi mendapatkan pengakuan dari orang lain.

Menyusun Rencana Keuangan yang Sehat

Penting untuk menyusun rencana keuangan yang sehat yang mencakup pemenuhan kebutuhan dasar, pengelolaan utang (jika ada), investasi yang bijak, dan alokasi dana untuk kebahagiaan pribadi. 

Jika Anda ingin memiliki barang mewah sebagai hadiah atau bentuk kebahagiaan pribadi, pastikan bahwa Anda melakukannya dengan bijak dan tanpa mengorbankan keuangan Anda.

Pembelajaran dari Fenomena di Korea Selatan

Fenomena di Korea Selatan ini memberikan pelajaran berharga bagi kita semua. 

Ini mengingatkan kita bahwa penting untuk memiliki kendali atas keuangan pribadi kita dan tidak terjebak dalam tekanan budaya konsumsi yang berlebihan. 

Anda adalah yang terbaik dalam mengambil keputusan finansial yang sesuai dengan tujuan dan situasi Anda.

Pembelian barang mewah bisa menjadi ekspresi dari kesuksesan finansial, tetapi juga dapat menjadi beban keuangan jika tidak diatur dengan bijak. 

Penting untuk selalu mengutamakan kebutuhan dasar, memahami risiko dan manfaat dari investasi dalam barang mewah, dan mengelola keuangan Anda dengan bijak. 

Pada akhirnya, kebahagiaan dan status sosial sejati tidak hanya dapat diukur dari barang-barang yang kita miliki, tetapi juga dari keseimbangan dan kebijaksanaan dalam mengatur keuangan pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun