Hal ini terjadi terus-menerus hingga pengeluarannya menjadi membengkak, dan dia kembali miskin bahkan terjebak dalam hutang.
Kisah ini menjadi pembicaraan pada masa itu, hingga muncul istilah "Diderot Effect", sebuah kondisi di mana seseorang cenderung terus membeli barang baru secara impulsif.Â
"Kamu tidak akan pernah mendapatkan segalanya dalam hidup, tetapi kamu akan mendapatkan cukup." - Sanhita Baruah
Efek Diderot
Efek Diderot adalah hasil dari interaksi antara beberapa objek yang saling melengkapi.Â
Produk hingga sekelompok benda yang dianggap saling berhubungan satu sama lain dapat mempengaruhi keputusan pembelian kita. Kepemilikan barang baru seringkali menciptakan konsumsi spiral yang membuat kita ingin memperoleh lebih banyak barang baru.
Hampir setiap manusia pernah mengalami efek ini. Ketika kita ingin membeli sofa misalnya, kita akan diarahkan untuk melihat meja. Lalu kita akan berpikir bahwa karpet yang ada di rumah tidak senada sehingga terpikir untuk membeli karpet, dan seterusnya.Â
Itulah mengapa ada teknik marketing untuk menjual lebih banyak produk dengan sistem bundling atau paket.Â
Perusahaan furniture seperti Ikea atau Informa memamerkan produk dalam bentuk rancangan ruangan secara lengkap dengan segala furniture dan aksesorisnya.Â
Sistem ini mengarahkan kita untuk membeli barang-barang yang memiliki keterkaitan dan saling melengkapi.
Masalahnya, seberapa sering kita tergiur dan terjebak oleh efek ini hingga membeli barang secara impulsif?Â
"Hanya ada dua cara untuk menjadi kaya. Yang pertama adalah memiliki semua yang kamu butuhkan, yang kedua adalah merasa puas dengan apa yang kamu miliki." - Charles Flashman
Kebutuhan versus keinginan
Kebutuhan melawan keinginan perlu bisa kita lawan secara efektif.Â