"Lama tak berjumpa." Katanya sambil menyeringai. Aku terkejut dan panik.
"Untuk apa kau kesini? Tidakkah dulu kau hancur?"
"Aku memang dilempar ke tumpukan rongsokan. Tumpang tindih dengan sampah-sampah busuk. Tapi aku merangsek keluar sampai sekarang kita bertemu lagi. Aku tak ingat makan, tak ingat tidur, kecuali untuk mencarimu waktu demi waktu, bocah!"
"Nampaknya kau lebih tinggi sekarang, bocah. Aku takkan lagi segan-segan!"
"Hey...hey... tunggu!" Ia tak menghiraukanku. Ia langsung menyerang dengan jurus pamanah angin.
Aku terus melompati kursi-kursi. Ia menyerang membabi buta.
"Hey... Tunggu dulu! Itu masa lalu, kau sangat pendendam!"
Seisi kelas tertawa ke arahku. Ada juga yang panik.
"Rasakan ini, bocah!" Jurusnya melukai pelipisku. Aku mulai terpancing. Kulempar cercahan kursi. Gantian menyerang.
"Ayolah, sampai kapan mau menghindar? Ayolah aku tak selambat itu!" Ia ganti kesulitan menangkisku.
Kepalku menghantam mukanya. Ia terlempar menabrak whiteboard. "Aduh." "Hahaha."