Ada keinginan serta kerinduan seseorang untuk menulis di dinding Face Book, Namun dia urungkan untuk menuliskanya, dia coba lagi merangkai kata, kemudian dibacanya kembali sesuatu yang telah dia tuliskan, kemudian dia hapus lagi, aku memperhatikan dari samping, karena duduk kami memang bersebelahan, menunggu keberangkatan dengan pesawat yang sama.
Usianya tidak lagi terlalu muda, mungkin seumuran dengan ku sekitar 55 tahunan, dia memegang handphonenya, kemudian dia melihat, membuka dan membaca beberapa whatsApp yang masuk. Setelah itu dia memutar-mutar balikkan handphone yang ada di tangannya, kembali dia menulis sesuatu di dinding face book nya, setelah selesai dia baca dan kembali dia menghapusnya.
Rasa ingin tahu mengusik jiwa ku, bagaimana memulai pembicaraan, untuk menuju pokok pertanyaan kepadanya.
"Maaf, mau ke Jakarta juga ?"
"Ia."
"Agak ramai penumpang hari ini, kemarin agak sepi."
"Ia"
Saya mengambil handphone, dan membuka face book, saya menulis sesuatu, kemudian saya hapus, saya sedikit merenung dan berfikir, kemudian menuliskan sesuatu di dinding face book setelah selesai saya perhatikan, saya baca dan saya menghapusnya, rupanya usaha saya berhasil, dia memperhatikan dan bertanya kepada saya.
"Semakin tua, semakin banyak yang kita saring untuk menulis ya, pak." Kata nya.
"Saya tadi juga menulis beberapa kali, tapi saya hapus, saya khawatir dan takut, apakah tulisan saya dapat saya pertanggung jawabkan ?!"
"Apakah tulisan saya membawa kebaikan bagi yang membacanya ?"
"Apakah tulisan saya bisa menginspirasi ?"
"Setidaknya tulisan saya dapat menghibur tanpa mengandung unsur kebohongan ?"
Dia memandang kearahku,"bapak tadi saya perhatikan menulis dan menghapus, menulis dan menghapus kembali, sama seperti yang saya lakukan, tapi saya tidak tahu apakah pemikiran bapak sama seperti yang saya pikirkan." Jelasnya.
Bijak mengelola media sosial
"Seraya menunggu saya merenung, saya mengenal face book sejak tahun 2006, waktu itu niatnya hanya untuk menyambung tali silaturahmi, mecari kawan lama dan mengisi waktu luang, kadang sedikit pamer kalau mengunjungi suatu tempat yang sangat mengasyikan atau saya makan sesuatu. Niat saya yang luruh dihiyanati oleh Jari jemari ini, Hasrat saya untuk berbagi kabar menjadikannya kabur, Ketika saya marah pada suami, pada anak-anak atau pada seseorang saya ceritakan semua pada dunia, saat saya  membaca Al-Qur`an saya pamer, saat  lapar, saat  makan semua saya tuangkan didinding face book ini, mungkin ini tidak salah, tapi saat ini tidak saya inginkan." Urainya.
"Mungkin karena usia saya semakin mendekati akhir, saya mulai menyadarinya, untuk apa saya ceritakan pada dunia, saya takut sesuatu yang saya tuliskan akan meminta pertanggung jawaban nantinya." Katanya.
Seiring dengan panggilan untuk memasuki pesawat, kami saling tersenyum sapa, dan beranjak dari tempat duduk menuju pesawat, melalui pemeriksaan tentunya.
"Sesuatu yang sangat berharga, belajar dari seorang ibu yang sama-sama menunggu keberangkatan, "sesuatu yang kita tuliskan, kita ucapkan, sekecil apapun, akan dimintai pertanggung jawaban kelak. Bijaklah dalam mengelola diri sendiri di media sosial.
Bogor, 13032020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI