"Apakah tulisan saya membawa kebaikan bagi yang membacanya ?"
"Apakah tulisan saya bisa menginspirasi ?"
"Setidaknya tulisan saya dapat menghibur tanpa mengandung unsur kebohongan ?"
Dia memandang kearahku,"bapak tadi saya perhatikan menulis dan menghapus, menulis dan menghapus kembali, sama seperti yang saya lakukan, tapi saya tidak tahu apakah pemikiran bapak sama seperti yang saya pikirkan." Jelasnya.
Bijak mengelola media sosial
"Seraya menunggu saya merenung, saya mengenal face book sejak tahun 2006, waktu itu niatnya hanya untuk menyambung tali silaturahmi, mecari kawan lama dan mengisi waktu luang, kadang sedikit pamer kalau mengunjungi suatu tempat yang sangat mengasyikan atau saya makan sesuatu. Niat saya yang luruh dihiyanati oleh Jari jemari ini, Hasrat saya untuk berbagi kabar menjadikannya kabur, Ketika saya marah pada suami, pada anak-anak atau pada seseorang saya ceritakan semua pada dunia, saat saya  membaca Al-Qur`an saya pamer, saat  lapar, saat  makan semua saya tuangkan didinding face book ini, mungkin ini tidak salah, tapi saat ini tidak saya inginkan." Urainya.
"Mungkin karena usia saya semakin mendekati akhir, saya mulai menyadarinya, untuk apa saya ceritakan pada dunia, saya takut sesuatu yang saya tuliskan akan meminta pertanggung jawaban nantinya." Katanya.
Seiring dengan panggilan untuk memasuki pesawat, kami saling tersenyum sapa, dan beranjak dari tempat duduk menuju pesawat, melalui pemeriksaan tentunya.
"Sesuatu yang sangat berharga, belajar dari seorang ibu yang sama-sama menunggu keberangkatan, "sesuatu yang kita tuliskan, kita ucapkan, sekecil apapun, akan dimintai pertanggung jawaban kelak. Bijaklah dalam mengelola diri sendiri di media sosial.
Bogor, 13032020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI