"Aku belum memiliki uang yang cukup untuk melaksanakan pesta pernikahan seperti yang lain." Lanjut Topan
"Maaf ya pan, aku juga orang yang ngak punya, semenjak bapak meninggal 7 tahun lalu, aku ikhlas berhenti sekolah, kasihan melihat ibu banting tulang," jelas Putri
"Aku bekerja di swalayan ini alhamdulillah, bisa menghidupi kami berdua, ku rasa Ibu juga nanti setuju, yang penting menurut Agama syah." Lanjut Putri
"Terus terang dari aku dan Ibu tidak memiliki apa-apa lagi, hanya rumah yang kami tempati satu-satunya peninggalan bapak, mau minta tolong dengan keluarga bapak dan ibu pun mereka tidak jauh beda seperti kami."
"Ia, biaya untuk pernikan sendiri sebutulnya tidak mahal, yang mahal itukan ada bab resepsi, sewa gedung, dan lain sebagainya."
"Nanti keluargaku akan datang ke keluarga Putri, kita menikah kemudian syukuran saja nanti, Putri tidak kecewakan ? tanya Topan
Putri menggelengkan kepalanya, digenggamnya tangan Topan, untuk memberikan kekuatan. Usia mereka berdua sudah cukup untuk berumah tangga, Topan berusia 28 tahun, Putri 26 tahun, Topan bekerja di sebuah percetakan dengan gajih UMR, Putri bekerja di swalayan dengan gaji UMR juga.
"Yang sabar ya, semoga setelah berumah tangga rezeki kita akan bertambah, " kata Topan.
Ikan kakap merah bakar, tumis kangkung, sambal terasi dan kelapa muda, sudah terhidang di hadapan mereka, mereka menyantapnya seraya memandang laut luas.
Bogor, 01102019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H