Salam Petualang,
Dengan selesainya jalan TOL, untuk kami yang suka berpetualang tentu ini sangat menjanjikan dan sangat mengasyikan, asal ada waktu lowong sedikit, kami sudah berada di Jawa Tengah, ini memang yang agak cepat di tempuh, kalau Jawa Timur, harus minimal 4 hari waktu yang digunakan, sedang Jawa Tengah, waktu tiga hari kita sudah dapat dua atau tiga destinasi wisata.
Kali ini kami jajal
Negeri di atas awan
Dieng, pesona Dieng memang menawan, walau beberapa kali sudah menjajal daerah ini, kalau diajak lagi kesini tidak ada kata penolakan, Indah sekali dan sangat komplit, jarak antara tempat wisata satu ke yang lain tidak begitu jauh, Dieng merupakan tempatnya daya tarik pariwisata, dari sekian banyak wisata yang ada di Tanah Air tercinta ini, pesona alam yang sangat menakjubkan.
Peninggalan-peninggalan sejarah dan kepurbakalaan yang ada sangat mengangumkan. Tidak susah untuk mencari penginapan disini, di samping hotel dan villa yang ada, home stay sangat banyak tersedia, kami menempati home stay dengan biaya lima ratus ribu rupiah satu malamnya, terdiri dari dua kamar tidur, satu kamar mandi, satu dapur dan satu ruang keluarga, dengan fasilitas yang sangat memadai.
Dari catatan sejarah yang ada, para sejarawan dan arkeolog berpendapat bahwa Dieng telah dijelajahi oleh manusia 2.000 tahun yang lalu bahkan lebih, yang di perkirakan bertepatan dengan migrasi orang-orang India ke tanah Jawa.
Nama Dieng berasal dari dua kata dalam Bahasa Sansekerta, yaitu Ardhi dan Hyang, yang berarti Gunung Dewa, sehingga banyak yang menyebut Dieng adalah Negeri para Dewa.
Sedangkan komplek Candi yang ada di Dieng di Bangun pada Abad ke 7-8 Masehi, pada masa pemerintahan kalingga, yang di pimpin oleh Ratu Sima.
Kalau saya berada di Dieng ini, paling suka makan Carika dan minum jus carika, di daratan Dieng carika tumbuh subur, ada juga yang menyebutnya pepaya Dieng atau Kates Dieng, sedangkan orang sekitar Dieng meyebutnya gendul, buah carika mempunyai aroma yang sangat khas, daging buahnya sangat kenyal dan hanya bisa dikonsumsi setelah proses pengolahan terlebih dahulu, disini carika mereka buat menjadi, minuman, buah manisan, kripik, jus dan berbagai olahan lain.
Satu lagi yang menarik disini adalah fenomena rambut gimbal, kami bertemu dengan satu orang anak yang berambut gimbal, namun gimbalnya masih kurang begitu banyak, karena yang gimbalnya banyak saat itu sedang tidak ada di tempat.
Secara ilmiah belum dapat dijelaskan, namun dari orang tua yang anaknya berambut gimbal menjelaskan, mereka akan diberi mimpi, begitu juga kalau akan mencukurnya.
Masyarakat Dieng menyebut anak-anak berambut gimbal dengan sebutan anak gembel, mungkin karena rambut nya lebih banyak kering, sehingga seperti orang yang jarang mandi.
Masyarakat Dieng tapi lebih percaya bahwa anak-anak berambut gimbal merupakan titipan dari Kyai Kolo Dete, merupakan salah seorang punggawa pada masa Mataram Islam, sekitar abad ke 14.
Lihat Trip Selengkapnya