Ramai sekali pengunjung yang hadir ditempat ini kalau pagi, sore dan malam hari, yang agak sepi itu siang hari, apalagi kalau matahari lagi terik-teriknya, nah....bagus itu kalau kita ambil foto, serasa milik sendiri, tidak ada orang lain.
Museum lambung Mangkurat
Kami beruntung sekali saat kesini di temani seorang ahli sejarah strata satu dari jawa tetapi orang Banjar asli, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang kami tanyakan seputar museum ini dan ada beberapa korelasi dengan museum yang lain, dapat dijelaskannya dengan baik.
Kalau dilihat dari sejarahnya, museum Lambung Mangkurat ini  beberapa kali perubahan sebelumnya, Tahun 1907 ini awalnya Museum di Kalimantan Selatan ini bernama Museum Borneo, kemudian Tahun 1955, berganti lagi menjadi Museum Kalimantan, Tahun 1967 berganti lagi Museum Banjar, terakhir tahun 1979 sampai sekarang sebagai Museum Lambung Mangkurat, tentunya berganti tahun berganti pula tempat dan pendiri Museum.
Museum Lambung Mangkurat ini berdiri diatas tanah seluas 15.000 m2, terdiri dari bangunan induk dua lantai, ruang pameran, kantor dan rumah jabatan kepala dinas.
Diberi nama Lambung Mangkurat dari sebuah hikayat Banjar, dimana Lambung Mangkurat atau Lembu Mangkurat merupakan pemangku kerajaan negara Dipa yang menjadi cikal bakal Kesultanan Banjar.
Saat kami kesini, banyak anak-anak sekolah yang dibawa oleh gurunya untuk melihat dan mencatat apa yang ada di Museum ini, Museum ini sebagai tempat pembelajaran sejarah bagi seluruh siswa.
Jumlah koleksi yang ada di Museum ini menurut pemandu kami lebih dari 12.000, terdiri dari etnografika, historika,geologika, geografika, heraldika, biologika, arkeologika, numansimatika, keramalogika,filologika dan berbagai macam koleksi seni rupa.
Kemudian kami beralih ke gedung samping, gedung yaitu Gedung Gusti Sholihin.