Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebelas (Indonesia, 20 Juni 1994)

18 Juni 2019   05:21 Diperbarui: 18 Juni 2019   05:31 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Cinta yang sudah berakar tentu tidak mudah untuk mencabutnya, apalagi hanya lambayan sepoi angin tidak akan mampu mengoyahkanya, tapi nyatanya, Semakin Yoga mencoba membuang jauh-jauh bayang-bayang Anti, semakin kuat bayang-bayang kemesraan bersama mengikuti, hari ini adalah hari kesepuluh Yoga merasakan patah hati, ia mencoba melupakan semua bayang-bayang itu, dengan cara keliling sebagian Indonesia dengan uang yang ada, agar semua dia mulai dari nol lagi, dan berharap sekembali nanti bisa melupakan semua, bisa melupakan Anti dengan segala kemesraan yang pernah ada, ia ingin menghabiskan uang penjualan rumah itu, agar dia bisa melupakan semua.

Surabaya kota pertama dituju, dia mampir ke Telkom untuk mengirim telegram. Telegram untuk Anti.

"Abang di Surabaya, mencoba melupakan yang ada dengan uang penjualan rumah."

Ini lah kalimat yang di Tulis Yoga, sudah dia niatkan semua tulisan nanti sama, yang membedakan hanya lokasinya, sepulang dari Telkom Yoga langsung ke Tunjungan Plaza, mampir sebentar membeli baju, karena Yoga hanya membawa baju dan celana sebanyak lima stel.

Dari Surabaya Yoga langsung menuju Batu, Malang, dia ke Kantor Telkom lagi untuk menulis telegram.

"Abang di Batu, Malang, mencoba melupakan yang ada dengan uang penjualan rumah."

Main ke Selecta, kemudian main lagi ke Kebun Apel, dipuaskan untuk menikmati indahnya Indonesia seorang diri dengan hati yang sudah retak dan patah.

Dari Batu, Malang Yoga melanjutkan petualangannya ke Jogjakarta, Dia ingin menikmati Malioboro, dan bermain di Alun-Alun, dia Ikut dengan remaja-remaja yang mencoba mengadu nasib dengan menutup mata dan berjalan menuju tengah-tengah pohon beringin, dimana di katakan, kalau bisa masuk diantara pohon beringin itu, maka apa yang di cita-citakan akan tercapai.

Yoga, mendatangi Telkom sore hari untuk mengirim berita ke Anti.

"Abang di Jogjakarta, mencoba melupakan yang ada dengan uang penjualan rumah."

Puas main di Malioboro, Yoga menggunakan jalan darat menuju semarang, dia tidur di Hotel yang ada di Simpang Lima Semarang, dia hanya semalam disini, karena besok pagi sudah menuju Jakarta, kembali ke Kantor Telkom untuk menulis berita ke Anti.

"Abang di Semarang, mencoba melupakan yang ada dengan uang penjualan rumah."

Setiba di Jakarta, Yoga hanya mencari Kantor Telkom untuk menulis berita.

"Abang di Jakarta, mencoba melupakan yang ada dengan uang penjualan rumah."

Yoga langsung menju Bandung Menggunakan Kereta Api, setiba di Bandung dia langsung menuju Daerah Dago, Dia ingin main ke Taman Hutan Raya, ke Goa Jepang terus ke Maribaya, kemudian kembali lagi ke Dago, untuk selanjutnya ke Sariater Lembang, dia ingin mencoba berendam air belerang di malam hari, begitu rencana kegiatannya selama di Bandung, tidak lupa dia ke Telkom untuk mengirim berita.

"Abang di Bandung, mencoba melupakan yang ada dengan uang penjualan rumah."

Dua malam tidak cukup rupanya di Bandung, malam ke tiga Yoga nginap di seputaran Cihampelas, dia menikmati Cihampelas di malam hari.

Sisa uang yang ada masih cukup banyak, Yoga kembali ke Jakarta menggunakan kereta api, sesampai di Jakarta, dia mencoba mencari tiket ke Batam, dia mendapatkan penerbangan terakhir malam hari ke Batam.

Dia nginap di daerah Nagoya, kemudian meminta Bantuan pihak Hotel untuk dapat menyeberang ke Singapura besok pagi, pihak hotel menyanggupi, diarahkan ke biro travel, dan dititipkan ikut dalam rombongan tersebut, dengan catatan, mengikuti rute dan kegiatan rombongan tersebut, karena berangkatnya pagi jam 08.00, Yoga minta tolong dengan pihak hotel untuk mengirimkan berita ke Telkom esok harinya.

"Abang di Batam, mencoba melupakan yang ada dengan uang penjualan rumah."

Di Singapura tidak menginap tapi datang pagi dan kembali sore hari, menggunakan kapal motor cepat, untung Yoga membawa Pasport, sehingga dia bisa menyeberang.

Dari Batam, Yoga langsung menuju Manado, dia hanya diving dan snorkling disini, tidak lupa tetap dia ke Kantor Telkom.

"Abang di Manado, mencoba melupakan yang ada dengan uang penjualan rumah."

Dari Manado, Yoga kembali Bandara, banyak dia pertimbangkan, mau ke Bali apa Banjarmasin, awalnya dia ingin ke Bali, namun setelah dia pikir malah nanti mengingatkan masa lalunya, akhirnya Yoga memutuskan untuk ke Banjarmasin saja, nanti dari Banjarmasin dia menggunakan Bus Menuju Balikpapan dan Samarinda.

"Abang di Banjarmasin, mencoba melupakan yang ada dengan uang penjualan rumah."

Di Banjarmasin Yoga hanya ke Telkom, untuk menuliskan kalimat itu di Telkom, selanjutnya dia menginap di Martapura, untuk melihat-lihat pembuatan batu akik di sana.

"Abang di Martapura, mencoba melupakan yang ada dengan uang penjualan rumah."

Itu adalah telegram terkahir Yoga ke Anti, setelah ini dia mencoba untuk menghapus apapun tentang Anti, entah dia sanggup atau tidak, tapi dia benar-benar ingin melupakan Anti, semua pemberian Anti sudah tidak digunakan Yoga lagi, jam tangan dia berikan ke orang hotel yang membantu ke Telkom untuk telegram selagi Batam, beberapa baju pemberian Anti sebagian sudah dia berikan ke Panti Asuhan, dan barang-barang kecil yang lain, yang sudah rusak dia bakar atau dia buang ke tempat sampah.

Malam itu entah setan apa yang menemani Yoga, dia kembali ke Banjarmasin, kemudian hal yang belum pernah dia lakukan, dia meminum minuman keras disalah satu hotel di Banjarmasin, padahal dia sudah membayar biaya hotel di Martapura, pakaian pun masih ada di Hotel Martapura. Dia pengen mabuk di Banjarmasin, padahal sebagai Muslim dia tahu persis apabila sedikit saja meminum minuman keras maka selama empat puluh hari empat puluh malam ibadah apapun yang dia lakukan tidak diterima Allah.

          Dengan menaiki bus, menuju Balikpapan, dengan waktu perjalanan sekitar 8 jam, Yoga berangkat, melalui Martapura, tidak ada bekal khusus yang dia beli sebagai cemilan, hanya satu botol air mineral saja, karena memang nanti bus akan berhenti dua kali di peristirahatan, Yoga mengambil tempat duduk tepat di belakang supir, dia ingin menikmati perjalan melupakan semuanya.

Bus Gelora yang ia tumpangi, kondisinya masih bagus, supirnya sudah cukup umur, tidak muda juga tidak terlalu tua, Yoga sepertinya masih ingat dengan wajah supirnya, karena Yoga dahulu suka naik bus Gelora juga tapi jurusan Samarinda-Balikpapan, iseng Yoga bertanya." Mas dulu bawa Gelora Samarinda-Balikpapan, ya ?" tanya Yoga

"Iya, saya lima tahun bawa jurusan Samarinda-Balikpapan."

"Kalau bawa jurusan Banjarmasin-Balikpapan sudah berapa lama ?"

"Ini sudah memasuki tahun ke enam."

Pembicaraan kami terhenti, karena supir memasukan kendaraannya ke pom bensin, untuk mengisi bahan bakar, Yoga merapikan tempat duduk sebentar, disampinya duduk seorang lelaki paruh baya, sepertinya seorang pensiunan, penampilanya sederhana tetapi sangat rapi, kami saling mengisi waktu luang untuk ngobrol.

"Adik mau kemana ?" dia bertanya

"Saya mau ke Samarinda, Pak, Bapak mau kemana ?"

"Mau ke Balikpapan, menengok anak di Balikpapan."

"Oh, Iya saya Yoga,"

"Saya Suaib." Kata beliau dan kami saling berjabat tangan.

"Bapak tinggal dimana ?"

"Saya tinggal di Martapura, saya baru tiga bulan pensiun, dosen di Universitas Lambung Mangkurat."

"Kalau saya bekerja di Samarinda, di perusahaan swasta, ini lagi cuti pingin jalan-jalan ke Banjarmasin,"

"Di Banjarmasin main kemana saja ?"

"Main di Kayu Tangi saja pak, terus ke kelampaiyan, dan menyusuri sungai,  melihat pasar terapung."

Bus mulai bergerak, kami saling berdiam, sama-sama ingin beristirahat, terlihat Pak Suaib mulai memejamkan matanya, sementara Yoga terus memperhatikan kiri-kanan karena masih di dalam kota, dia ingin melihat perjalanan Banjarmasin-Balikpapan, setelah lelah nanti dia baru tidur.

          Sebagian penumpang di kagetkan dengan suara supir, yang agak keras bicaranya, kita istirahat disini selama tiga puluh menit, silahkan yang mau, makan, minum atau yang mau ke toilet.

Yoga turun dari bus berbarengan dengan Pak Suaib, yang pertama di tuju adalah toilet, lumayan juga ngantrinya, karena jumlah toilet yang tersedia hanya 4 buah, untuk laki-laki dan 4 buah untuk wanita.

Yoga ingin merasakan soto Banjar, pak Suaib juga ingin merasakan soto Banjar, mereka menikmati, sesekali mereka bercerita, dan bergurau, layaknya teman yang sudah lama.

Pak Suaib tidak keberatan saat Yoga membayarkan makanan dan minuman mereka.

"Rumah anak Bapak di Balikpapan dimana ?"

"Di Balikpapan Baru, saya lupa nama perumahannya, tapi di depannya ada patung kuda."

"Yang di seberang Telkom ya, pak ?"

"Ia, mantu saya kerja di Telkom itu."

"Bapak putranya ada berapa ?"

"Saya keduanya putri, yang paling tua dapat jodoh dengan yang orang Telkom, yang nomor dua baru selesai kuliah, ini juga ada di Balikpapan, seminggu yang lalu dia main ke tempat kakaknya."

"Nak, Yoga sendiri putranya berapa ?"

"Saya belum berkeluarga pak,"

"Sudah cukup usia, sudah ada pekerjaan tetap, nunggu apalagi ?"

"Mohon do`a saja pak, biar segera dapat jodoh." Kata Yoga, seraya mereka berjalan menaiki bus, mengikuti penumpang yang lain, yang lebih dahulu menaiki bus,

Setelah semua penumpang naik, perlahan bus berjalan, Yoga melihat ke belakang, dia tinggalkan cinta dan kasih sayang Anti di tempat ini.

Bogor, 18062019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun