Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kembali ke Tanah Air (Episode 31 )

4 Juni 2019   08:20 Diperbarui: 4 Juni 2019   08:31 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Banyak celotehan para jamaah, semua pada bergembira dibawa ketempat yang tidak mereka sangka, sebagai bonus tambahan dari pihak travel.

Peternakan unta di Hudaibiyah ini pada saat musim haji ramai dikunjungi oleh para jamaah, baik yang ingin minum susu atau bisa susu unta yang langsung diusapkan kewajah atau hanya sekedar untuk selfie saja.

Empat jagoan neon dan para bapak-bapak yang lain pada membeli dan minum susu unta, sedang para Ibu dan gadis-gadis tidak ada satu pun yang berani, rasaya emang beda dengan susu-susu yang selama ini  mereka minum, ada asin-asinnya dikit.

Para ibu-ibu hanya berselfie ria dengan para unta, melihat unta dari dekat, melihat mata dan kelopak mata serta alis mata yang lentik, Maha sempurna Allah, membuat mata unta seperti itu, agar kalau badai pasir datang bisa menjaga mata unta dari badai tersebut.

Pihak travel memberikan waktu selama tiga puluh menit di tempat ini, ini sudah di perkirakan oleh pihak travel, pasti waktu yang digunakan dan mereka kembali ke bus sekitar satu jam, tapi kalau pihak travel gunakan waktu satu jam, bisa di pastikan mereka akan kembali dalam satu jam setengah atau dua jam.

Kembali bus perlahan meninggalkan Hudaibiyah, para jamaah sudah mulai lelah, sudah mulai ada yang terpejam, semua di kagetkan karena pihak travel, mengatakan sebentar lagi kita akan melewati sepeda Nabi Adam, semua mata melek dan siap dengan kamera dan HP masing-masing, entah siapa yang memberi nama sepeda Nabi Adam, yang jelas ukuran sepedanya sangat besar, supir bus sengaja memperlambat jalannya, memberikan ruang dan waktu bagi jamaah untuk mengambil foto.

Kembali jamaah perlahan menutupkan mata, dan kembali di kagetkan oleh pihak travel, bahwa kurang lebih lima belas menit lagi mereka akan tiba di Bandara Internasional King Abdul Azis, memohon agar semua jamaah mencek kembali barang-barang yang akan dibawa, dan mengingatkan kembali untuk tidak menaruh barang-barang tidak diijinkan, terakhir menyampaikan air zam-zam nanti masing-masing orang mendapatkan lima liter dan akan di ambil di Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta.

Bandara King Abdul Azis  merupakan bandar udara tersibuk di dunia terutama pada musim haji, bandara ini memiliki luas 105 kilometer dan terbagi dalam tiga terminal, domistik, internasional dan terminal haji, yang unik adalah untuk terminal haji, bentuknya seperti tenda-tenda di padang Arafah.

Turun dari bus, berjalan menuju pelataran bandara lumayan jauh, untung mereka hanya membawa apa yang disarankan oleh pihak travel, namun ada beberapa jamah yang membeli barang lumayan banyak, terlihat mereka kerepotan sendiri membawanya, temen-temen yang agak lowong membantu membawakan, terbayang nanti bagai mana ribetnya kalau membawa barang melebihi kapasitas yang telah di tentukan.

Satu-persatu jamaah berkumpul dulu di satu titik, untuk mencek kelengkapan pasport dan lain-lainnya, serta mengatur dan menata kembali mereka-mereka yang barangnya masih tercerai berai, sedangkan mereka berlima hanya menyaksikan saja aktivitas teman-teman satu rombongan, yang kalap membeli apa saja setiap yang dilihat, yang penting harga murah.

Memasuki ruang pemeriksaan imigrasi, hampir tidak ada kesulitan karena semua barang-barang logam sudah di lepas dan dimasukan kedalam tas, dan tidak ada jamaah yang membawa bahan cair melebihi ketentuan yang sudah ditentukan, sudah tiga puluh orang yang keluar dari pemeriksaan, masih terdapat dua belas orang lagi, yang lain tetap sabar menunggu, sesekali melihat cara kerja mereka-mereka yang bertugas di bagian imigrasi ini, ada yang ramah, ada yang kaku, ada yang tersenyum adapula yang datar saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun