Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bandara King Abdul Azis (Episode 22)

26 Mei 2019   06:57 Diperbarui: 26 Mei 2019   07:41 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Catur terdiam, dia baca sekali lagi WA dari Dessy, baru sekali ini dia membaca kalimat, salam sayang walau hanya tulisan bukan ucapan, ini baru kali pertama, Catur melihat ketulusan hati dari Dessy, tidak mudah dia lakukan ini bisik Catur, rupanya Catur tidak tahu kalau sedang diperhatikan Ibu bos, " Ada apa pak Cat," tanya si Ibu," eh.....eh...tidak ada apa-apa bu, ini temen-temen tetangga rumah, pesan macam-macam." Kilah Catur.

Setelah agak tenang, Catur membalas WA Dessy," Terima kasih, say....In Sya Allah.....jaga diri baik-baik ya, titip Azka, salam sayang."

Terdengar suara dari petugas boarding memecah keheningan pagi ini, Catur berdiri diikuti oleh jamaah yang lain, jumlah mereka secara keseluruhan ada 42 orang, ustadz dari travel umroh berdiri, mereka membuat lingkaran masih diruang tunggu, si utadz mengangkat tangan diikuti semua jamaah umroh "Bismillahi tawakkaltu`alallahi,laa haula wallaquwwata illah billahil`aliyyil`aziimi," dan serempak mengusapkan kedua tangan ke muka masing-masing.

Catur, mengenakan ransel yang di pakainya, kemudian memegang tangan kedua anaknya bos, Taufiq  diserahkan ke Ilos, dan  Noval bersama Catur,  Ibu bos mengikuti di belakang Catur, berlima mereka diikuti jamaah yang lain menuju pesawat yang akan membawa mereka ke Jeddah.

Di dalam pesawat, Catur duduk satu deret dengan Ibu bos, dan Noval dan Ilos bersama Taufiq duduk persis di bangku barisan depan mereka, Ibo bos minta duduk di samping jendela, ditengah Noval dan Catur berada di ujung, beberapa pengumuman yang disampaikan oleh pramugari, tidak begitu didengar oleh jamaah, beberapa jamaah masih banyak yang minta bertukar tempat, ada yang suami istri terpisah ada juga anak dan orang tuanya berjauhan, ustadz meminta kepada jamaah untuk pertukan tempat duduk diatur masing-masing saja.

Suara mesin pesawat mulai bergemuruh, pesawat mulai bergerak secara perlahan, Catur mencoba menenangkan fikirannya, menenangkan perasaanya, antara harus jujur nanti menyampaikan dengan Ibu bos  serta berdo`a siapa yang menjadi jodohnya nantinya.

Perjalanan sepuluh jam, tentu sangat jenuh kalau tidak diisi dengan hal-hal yang bermanfaat,  Catur mengeluarkan Al-Quran disakunya, karena dilihatnya Noval sudah membaca Al-Quran yang dibawanya begitupun dengan Ibu bos.

Sekitar dua puluh menit perjalanan, jamuan makan di keluarkan oleh pramugari, menunya kali ini nasi goreng, opor ayam dan spagety, Catur dan Ibu bos memilih nasi goreng, Noval memilih spagety, sementara di bangku depan Taufiq dan Ilos terdenger memesan opor ayam, mereka menikmati makanan yang disediakan, sesekali pesawat berguncang karena awan cukup tebal terlihat dari kaca jendela.

Tidak berapa lama makanan yang disajikan sudah ludes habis dimakan, pramugari kembali berkeliling untuk mengambil bekas makanan.

"Nasi gorengnya enak apa ngak om ?" tanya Noval

"Enak, makanya om habis tadi, Ibu juga habis makanya." Kata Catur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun