Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Yes... Cintaku Diterima (Episode 15)

17 Mei 2019   17:05 Diperbarui: 17 Mei 2019   17:15 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Kalau bukan karena rasa terima kasihnya dengan almarhum bapak Markus Susilo, mungkin Catur akan meninggalkan perusahaan ini, sudah empat bulan sejak kematian almarhum bapak Susilo perusahaan berjalan seperti siput, pelan sekali, ini di sebabkan karena belum adanya petugas pemasaran, sehingga orderan-orderan baru tidak ada, keinginan untuk merekrut pegawai yang khusus di pemasaran belum di setujui oleh bu bos, alasanya dia ingin menunggu masa idahnya selesai dulu. Kalau menunggu waktu itu berarti masih dua bulan lagi, dia berharap semoga masih bisa bertahan dalam dua bulan ini.

Harta yang paling berharga

Adalah keluarga

Istana yang paling indah 

Adalah keluarga

Puisi yang paling bermakna

Adalah keluarga

Mutiara tiada tara

Adalah keluarga

........

Harta berharga dari alunan suara Bunga Citra Lestari masih terdengar sayup di kamar Catur, Sudah lebih empat bulan hubungan kedekatan dia dan Dessy berjalan, mereka olah raga bereng seminggu sekali, nonton di Botani Mall Bogor sudah tiga kali, Catur main kerumah Dessy sudah lebih sepuluh kali, memang belum pernah mereka jalan berdua, selalu bertiga kalau keluar rumah, namun sampai saat ini belum ada jawaban dari Dessy, apakah dengan yang selama ini mereka lakukan adalah sebuah jawaban Dessy, dia bersedia dan mau dengan Catur.

Sudah beberapa kali Catur mencoba berbicara serius tentang ini, namun Dessy selalu berkata, pikirkanlah dulu baik-baik, nanti kamu menyesal selalu seperti itu, namun apabila di ajak jalan atau nonton Dessy bersedia, sebagai mana layaknya orang yang berpacaran.

Hari ini tanggal merah, hari libur Catur tidak ada kegiatan, santai di rumah mendengarkan musik dari pagi hingga siang ini, Catur ingin mendapat kepastian dari Dessy, ya....hari waktu yang tepat menurutnya agar jelas kelanjutan hubungan mereka.

Diambilnya handphone di hubunginya Dessy.

"Assalamualaikum."

"Waalaikum Salam."

"Lagi di rumah atau di luar ?"

"Lagi diluar sendiri, ini lagi beli lapis talas, ada temen kuliah dulu mau main kerumah entar sore, kenapa ?"

"Tadinya mau main kerumah mau makan disana."

"Ya, ngak apa kerumah aja, ini habis dari sini, langsung pulang kok, ngak kemana-mana."

"Gimana kalau kita ketemuan, makan diluar aja ?" Ajak Catur

"Boleh."

"Mau ketemuan dimana ?" Lanjut Dessy

"Eh, tapi aku bawa mobil, Catur kesini saja, nanti pakai mobil sekalian." Lanjut Dessy

"Dessy, talas yang dimana ?"

"Pajajaran."

"Ok, ya sudah, tunggu disana ya, aku naik go-jack kesana."

"Ok, di tunggu."

Bergeras Catur matikan handphone begitu bersemangat dia sampai lupa memberikan salam kepada Dessy, dia langsung membuka aplikasi go-jack memesan, dan bersiap untuk bertemu Dessy.

Menunggu di dalam mobil di parkiran, Dessy beralih tempat duduk, di hidupkannya AC mobil dan di dengarkannya pengajian dari Ustadz Abdul Shomad dari flasdisk yang ada di kendaraan, cukup lama juga menunggu, beberapa kali terlihat Dessy melihat kearah jam digital yang ada di dalam kendaraanya.

Rasa lelah menunggu rupaya membuat Dessy tertidur, dia kaget terbangun karena Handphone berbunyi, dia lihat panggilan dari Catur. Dia tidak mengangkatnya karena dari parkiran dia lihat Catur sedang berdiri dan menempelkan handphone ke telinga kanannya. Dessy keluar dari mobil, berdiri dan melampaikan tangan kearah Catur, Catur melihatnya dan bergegas menuju Dessy.

"Maaf tadi ketiduran."

"Lama nunggu, iya."

"Ia lama, makanya tertidur."

"Maaf, tadi nunggu mas go-jack agak lama."

"Dessy mau makan apa ?"

"Ikut aja."

"Mau makan dimana ?"

"Ikut aja."

Catur menjalankan kendaran menuju arah sentul, sambil jalan otaknya berfikir mencari tempat makan yang sangat refresentative, dia ingin setelah makan siang nanti dapat jawaban dari Dessy tentang hubungan mereka. Catur tersenyum sendiri rupanya dia sudah menemukan tempat yang strategis, dia tidak menyadari rupanya Dessy memperhatikan dari tadi.

"Ada yang aneh senyum sendiri ?"

"Oh...Ngak tadi lagi mikir mau makan dimana, sekarang sudah ketemu."

"Emang Dessy mau di ajak Catur kemana."

"Kita makan di Sentul, Rumah Makan Saung Jago, ada view yang kearah Gunung Salak."

"Aku ikut aja, wong di bayarin." Kata Dessy

"Temennya yang kerumah nanti siapa ?" Tanya Catur sambil memacu kendaraan

"Shintya sama Melly." Mereka ada acara di Jakarta

"Nanti jam empat sore dari Jakarta menuju Bogor, belum tahu lagi mereka mau nginap dirumah apa ngak." Jelas Dessy.

"Emang Shintya sama Melly tinggal dimana ?"

"Kalau Melly di Bandung, Shintya sekarang di Surabaya."

"Kerja dimana ?"

"Mereka berdua kerja di Bank yang sama, cuma beda Kantor Cabang saja, dua-duanya sudah jadi Kepala Cabang, dulu waktu kuliah kami kemana-mana bertiga."

Tidak terasa kendaraan memasuki halaman parkir rumah makan Saung Jago, mereka disambut dengan neng geulis lengkap dengan pakaian khas Sunda, seperti sudah standar oprasional, mereka di sapa, selamat siang ? sudah booking tempat ? untuk berapa orang ?.

"Untuk dua orang, No Smoking, View Gunung Salak, ada yang kosong ?" Kata Catur.

"Kebetulan semua masih kosong, pak belum ada yang order." Jelas pramusaji.

"Kalau gitu saya di anjungan nomor empat." Kata Catur

"Baik pak, silahkan."

Catur dan Dessy berjalan beriringan menuju anjungan nomor empat, diikuti oleh pramusaji sambil membawa dua buku buah buku menu.

"Dessy pilih ya, sekarang aku yang ikut." Kata Catur sambil menyerahkan buku menu kearah Dessy.

Dessy mengambil buku menu dari Catur, memperhatikan satu-satu, dia pesan untuk berdua, dan di catat oleh pramusaji.

"Catur minum apa ?" Tanya Dessy

"Es Shangrila sama mineral biasa satu."

Pramusaji mengulang pesanan yang diminta Catur dan Dessy, kemudian menanyakan apa sudah cukup, Dessy menjawab sementara itu dulu, nanti kalau kami perlu sesuatu pesan lagi.

Catur mengambil handphone dari sakunya, dia belum pernah melakukan kegiatan ini, dia bidik kearah Dessy, mengetahui akan di foto, Dessy mengalihkan sedikit pandangannya kearah Gunung Salak, sehingga wajahnya tidak telihat, Catur mengerti isyarat dari Dessy, dia belum mau di foto.

"Tidak terasa ya Des, sudah hampir lima Bulan kita berkenalannya."

"Mudah-mudahan pertanyaan ku tidak membuat suasana tidak nyaman."

"Emang mau nanya apa ?"

"Adakah peluang untukku menjadi pengganti ayahnya Azka ?"

Dessy diam, dipandangnya Catur, dia senyum sendiri sambil memandang Catur, mereka diam karena pesanan mereka sudah datang.

"Makan dulu, ah." Kata Dessy

Mereka berdua menikmati hidangan yang sudah tersedia, sesekali terlihat Dessy menghapus keringat yang ada karena sajiannya terlalu pedas. Pedas tapi enak.

Semua hidangan sudah ludes mereka santap berdua, Catur memberi isyarat ke Dessy untuk membungkus buat Azka, bibi dan pengawai di butik, tapi Dessy bilang tidak usah, di rumah makanan tadi masih banyak.

Setelah cukup santai sehabis menikmati hidangan, Catur kembali bertanya.

"Gimana Des, peluang ku ?"

"Bagusnya Catur mikir seribu kali deh, lebih baik mungkin kalau kita berteman seperti ini." Kata Dessy

"Aku sudah fikirkan, bahkan sudah diskusi sama orang tua di Brebes, prinsip mereka setuju, terserah aku, yang penting orangnya baik dan sayang sama aku."

"Aku khawatir nanti Catur banyak kecewanya."

"Tidak seperti yang diharapkan." Lanjut Dessy

"Aku sudah bulat Des."

"Kalau aku sih, seneng saja masih ada yang mau sama aku, yang penting aku, orangnya sayang sama Azka dan aku, baik ibadah dan prilakunya, itu saja." Kata Dessy

"Aku justru khawatir Caturnya, aku paham dan mengerti aku janda dengan anak satu." Lanjut Dessy

"In Sya Allah, aku akan menjadi suami dan ayah yang baik, beri aku kesempatan ya."

"Gini saja, Catur berfikirlah baik-baik dalam beberapa bulan ini, kalau memang sudah bulat dan mau aku tidak keberatan." Kata Dessy

"Terima kasih Des, aku sudah diberi kesempatan."

"Dah yuk, kita balik sebentar lagi Shintya dan Melly datang."

Mereka beriringan menuju kasir, Catur mengeluarkan dompet dan melihat nota pembayaran.

"Nanti aku turun di terminal saja, aku mampir ke Gramedia dulu, Dessy balik sendiri ya." Kata Catur.

Hati Catur berbunga-bunga persis seperti bunga yang sedang mekar di sepanjang jalan tol dari sentul ke arah Bogor.

Dia diberi kesempatan Dessy untuk menjadi calon suami dan calon ayah bagi Azka.

EdFifteen, 17052019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun